"Karna aku tidak mau seperti pria lainnya, yang hanya bertahan beberapa bulan lalu kau tinggalkan. Aku tidak mau dicampakan seperti itu." ucapnya teguh namun juga sedikit sedih.
**
"Tapi...tapi bagaimana bisa? Maksudku, kita sudah berteman lama dan kau selalu melihatku gonta ganti pria. Bagaimana bisa kau mentolerirnya?" balas Lisa shock.
"Bagaimana lagi? Aku hanya menahannya. Aku hanya ingin kau tetap didekatku dan tidak meninggalkanku.
Aku tidak terlalu sakit hati dengan semua teman priamu, karna aku tau mereka hanya akan ada disampingmu selama beberapa bulan saja.
Tapi tiba-tiba aku mendengar kabar kau akan menikah. Awalnya aku tidak percaya, namun setelah ku lihat sendiri kemarin..... Mau tidak mau aku harus percaya.
Setelah itu muncul lah berbagai gossip dibalik pernikahan buru-burumu itu. Dan yang paling masuk akal adalah berita MBA itu.
Pertanyaan dikepalaku ini begitu banyak hingga bisa meledak karna kepenuhan, maka dari itu aku memutuskan untuk menemuimu hari ini juga dan bertanya langsung." ucapnya panjang lebar.
Ia bingung apakah harus senang atau sedih dengan kenyataan yang sebenarnya.
Sedangkan Lisa hanya bisa bengong mendengar penuturan Adit barusan. Kenapa bisa? Selama ini dia sendiri bahkan tidak pernah menyadari itu.
Tunggu. Ia teringat perkataan Jhony waktu itu padanya. 'Bagaimana dengan Adit?'
Apa cuma dirinya yang tidak menyadari itu? Bahkan Jhony saja tau Adit menyukainya.
"Hei? Kau kenapa? Kau baik-baik saja?" tanya Adit khawatir melihat Lisa yang diam saja.
Tersadar dari lamunannya, "Ah iya tidak apa-apa hanya sedikit shock saja. Maaf, aku tidak tau kalau kau menyukaiku."
"Jangan begitu. Itu karna keinginanku sendiri tidak menyatakan nya padamu. Aku tidak akan berharap banyak. Tapi jangan tinggalkan aku seperti yang lainnya, apa bisa?"
Lisa pun tersenyum, "Jangan khawatir. Kau itu teman baik ku. Aku tidak mungkin meninggalkanmu Dit. Believe me."
"Haha thanks Lis, you're the best." , "Kita jalani seperti ini dulu tidak apa kan? Maksudku, aku belum menyukaimu lebih dari teman selama ini."
"Tentu. Kita nikmati saja. Jangan jadi sungkan padaku."
Keduanya terus mengobrol hingga hari sudah mulai gelap dan Lisa pun pulang diantar oleh Adit.
~
Lisa menawari Adit untuk masuk untuk sekedar mampir namun Adit menolaknya.
Saat masuk, semuanya sudah berada di ruang tamu dan beberapa wanita membantu memasak didapur.
"Dari mana kamu? Kenapa pulang larut begini?" tanya sang Ayah. "Lisa tadi keluar menemui teman, Pih."
"Teman? Temanmu disini? Kenapa tidak mengajak masuk kedalam?" , "Dia mau pulang saja katanya."
"Nak Lisa, duduk sini sebentar." ucap sang Ayah mertua. Mengangguk setuju, ia pun berjalan dan duduk disamping Alex yang memandangnya saja sedari tadi.
"Nak, kamu dan Alex kan sudah menikah. Apa sudah memutuskan untuk pergi bulan madu kemana? Jika belum, coba pergilah ke Maldives. Disana tempatnya cukup bagus dan menyegarkan." saran sang Ayah mertua.
'Again? Apa akan terus membicarakan ini sampai ada jawaban?' batin Lisa kesal.
Melirik ke arah Alex yang sepertinya tidak berniat untuk menjawab, ia pun menyenggolnya kesal.
Melirik Lisa sekilas seakan tau bahwa sang wanita menginginkan bala bantuan, ia pun menjawab, "Ayah tidak perlu buru-buru. Pekerjaan masih banyak dan waktu bulan madu masih bisa dipikirkan nanti. Lisa juga terlihat tidak keberatan. Benar kan sayang?"
"Haha iya Ayah. Tidak perlu buru-buru. Kami masih memiliki banyak waktu luang nantinya. Aku masih memiliki beberapa kontrak kerja yang harus diselesaikan lebih dulu." sambung Lisa menyakinkan.
"Huhh kalian ini. Apa pekerjaan lebih penting dari pada bulan madu?" dengus Rio sebal. "Iya Nak. Pekerjaan tidak akan selesai jika kalian tidak meluangkan waktu." sambung Geogre.
Saling berpandangan, Lisa pun menjawab "Baiklah. Akan kita pikirkan ini Ayah, Papi. Jangan khawatir. Aku ke atas dulu kalau begitu." ucapnya langsung berdiri dan naik ke atas.