Plak!
"Ya ampun, Chan! Ini nyamuk kenapa banyak banget sih tempel di kulit ku? Genit lagi!" tutur Fera sibuk memukul nyamuk dari tadi berkunjung di tangan, kaki, telinga.
Giiihhh... Giiihhh... Giiihhh...
Suara nyamuk di telinga Fera terasa bising, di kipas-kipas mengusir dari telinga itu. Membuat dirinya berpindah tempat.
"Kok kau tenang banget sih? Tidak merasakan ada nyamuk mendekati mu?" cicit Fera mengomeli suaminya yang duduk tenang sambil membaca surat kabar di tangannya.
"Semakin bergerak dirimu, semakin bahagia nyamuk mendekati mu. Maka dari itu diam dan biarkan mereka berkenalan sebagai tanda penyambutan agar mereka bisa merasakan darah segar dari orang kota seperti mu," lanjut Chandra mencubit hidung mungil istrinya.
"Sakit, Chan!" Di tepis tangannya gatal itu, merasa tusukan sadis di tangannya melihat seekor mamalia kecil menikmati isapan darah di sana.
PLAK!