"Echa siapa?" Jaeta berlagak tidak tertarik dengan arah pembicaraan Anala.
"Ituloh yang kemaren jadi bintang video klipmu,"
Jaeta menatap Anala heran, "kenapa kamu bisa tahu banyak tentangku? Aku mulai curiga, apa kamu wartawan yang sedang ingin menguak kehidupanku yang sebenarnya ke publik?"
"Bukan seperti itu!" dengan cepat Anala meluruskan, "saat dilokasi waktu itu aku tidak sengaja mendengar para staf membicarakan kalian. Aku pikir kalian memang pasangan, aku kaget mengetahui kamu dilarang memiliki hubungan khusus dengan wanita,"
"Apa yang mereka katakan?"
"Entahlah, mereka seperti menyukai kalian berdua. Kalian terlihat sangat serasi,"
Jaeta tersenyum mendengar penuturan Anala, "menurutmu sendiri?"
"Tidak cocok."
Jaeta kaget mendengar jawaban Anala, "kenapa tidak cocok!?"
"Dia cantik dan sepertinya wanita yang pintar dan baik. Terlalu sempurna untukmu. Perilakumu tidak baik, kasihan dia," dengan entengnya Anala memberi penilaian.
"Lagian dia juga tidak mau denganku, aku tidak pantas untuknya,"
"Kenapa kamu mendadak baper seperti itu? Apa kamu baru saja ditolak olehnya?"
"Sudahlah, intinya aku dan Echa tidak ada hubungan apa-apa selain teman. Kalaupun iya itu dulu, saat kami masih SMA dan semuanya sudah berakhir," Jaeta menyimpulkan sambil tersenyum.
"Kamu sudah terlalu banyak tahu tentangku. Sekarang aku juga harus tahu tentangmu sebanyak yang kamu tahu tentangku," Jaeta memperbaiki posisinya dengan lebih tegap siap mendengar apapun tentang Anala.
Anala memutar matanya berpikir, "tentang aku? Tidak ada sesuatu yang menarik tentang diriku,"
"Ayo tulis nama instagrammu disini kalau kamu tidak pandai bercerita," suruh Jaeta memberikan ponselnya pada Anala.
Daripada harus bingung bercerita, Anala memilih mengikuti permintaan Jaeta. Kini Jaeta sudah sibuk memeriksa akun milik Anala yang hanya penuh dengan foto baju-baju.
"Ini akun kamu apa akun olshop?" celetuk Jaeta sambil terus memperhatikan layar ponselnya, sedangkan si pemilik akun lebih memilih sikap bodo amat.
Jaeta mmemperhatikan salah satu foto yang mencuri perhatiannya, "ini siapa?"
"Itu kembaranku, Kenzi namanya,"
"Kupikir..., eh kamu kembar!?" Jaeta mengangguk dan tiba-tiba kaget sendiri.
"Iya,"
"Siapa yang tua?"
"Kenzi,"
"Kamu masih punya saudara?"
"Enggak, berdua doang."
"Pantesan,"
"Pantesan apa?" Anala merasa tidak suka dengan nada bicara Jaeta terakhir yang seolah sedang mengejeknya.
"Aku punya teman yang udah kayak saudara gitu. Kembar kayak kalian dan yang kecil cewek itu judes dan dingin, kurang lebih sama sepertimu, namanya Lea. Aku baru sadar ternyata ada banyak wanita seperti kalian disekitarku," Jaeta mulai menjabarkan teori di otaknya.
"Jangan asal menyimpulkan karakter seseorang sebelum kamu kenal dengan baik orang tersebut,"
"Baiklah, nanti aku akan mengenalmu dengan baik," Jaeta kembali memperhatikan akun milik Anala.
"Banyak foto diluar negeri, kamu dulu kuliah di luar negeri?"
"Iya kuliah fashion di Paris,"
"Kamu nggak punya pacar?"
"Pengen tahu aja sih?" elak Anala malas sekali disinggung hal seperti itu.
Jaeta terbahak, "kalau emosi sih tandanya jomblo,"
"Terserah,"
"Ini papa kamu?" Jaeta memperhatikan foto keluarga Anala terutama fokus pada pria yang merangkul Anala dengan hangat.
"Iya, terus kenapa?"
"Nanya doang elah emosi banget nih cewek. Darah tinggi ya?" sungut Jaeta karena Anala terus saja menjawab dengan sinis.
"Intinya aku bisa balik kapan nih? Lagian ngapain sih kamu bawa aku kerumah? Nggak jelas banget sih jadi orang, kenal juga enggak."
"Kan sekarang kita udah kenalan. Apa lagi memangnya?"
"Duuuhh, aku itu sebenarnya lagi sibuk. Sumpah ngeladenin kamu itu benar-benar bikin waktu aku terbuang," Anala sudah gemas sendiri sambil melihat ponselnya yang sudah penuh dengan pesan terkait pekerjaannya yang serba terkejar target.
"Oke oke, bentar lagi aku antar balik deh. Eh tapi mendung," Jaeta melirik keluar dan memang langit tampak gelap.
Anala menghela napas panjang, "hufft.., nggak usah diantar deh, kamu disini aja. Katanya kamu udah lama nggak pulang kan?"
"Terus kamu baliknya gimana?"
"Aku bisa minta Kenzi jemput kesini. Lagian aku nggak mau lama-lama barengan sama kamu,"
"Gugup pasti ya bateng sama artis ganteng dan hebat gini? Santai aja lah," tawa Jaeta sambil mengibaskan tangannya.
"Benar kata mama kamu, kamu itu tipikal cowok yang suka banget ngalusin cewek. Dan kamu tahu apa? Aku paling anti sama makhluk semacam itu,"
"Bahkan jika itu aku? Dan kamu juga tahu apa? Aku bukan tipikal cowok yang suka ngalus, tetapi pesonaku saja yang memang terlalu kuat untuk dilawan,"
Anala mendengus malas, "para penggemarmu akan lari jika tahu sikapmu yang sebenarnya seperti apa."
"Apa kamu berniat menebar berita kebencian tentangku? Itu akan merugikanmu juga kan?"
"Setidaknya aku harus bertahan selama kerja sama kita."
Jaeta tersenyum, "jangan balik sekarang, tunggu sebentar lagi. Nggak enak sama mama dan kakak,"
*
"Lama banget sih mbul jemputnya?" omel Anala saat baru saja masuk ke mobil Kenzi yang datang menjemputnya ke rumah Jaeta setelah sebelumnya mengirimkan lokasi.
"Orang lagi sibuk kerja. Emang kamu pikir aku supir kamu? Lagian tumben banget kelayapan terus minta dijemput. Katanya kemarin lagi dikejar deadline,"
"Ya gitu deh, gak perlu diceritain juga," malas Anala tidak ingin cerita.
"Eh tapi Nal, ngapain kamu kesini? Bukannya ini rumah Pak Juan?"
"Pak Juan? Eum.., nggak tahu. Ini rumahnya Jaeta, dia yang mau jadi model produk aku, emang Pak Juan ini siapa?"
Dahi Kenzi berkerut sambil kini tangannya dengan cepat meraih ponsel didalam sakunya untuk mencari sesuatu.
"Ada apa sih Ken?"
"Jadi Jaeta ini anaknya Pak Juan? Kenapa aku tidak tahu sama sekali?" Kenzi kaget sendiri dengan hasil pencariannya.
"Ini kenapa sih? Pak Juan ini siapa? Terus kalau Jaeta anaknya Pak Juan kenapa?"
*