Chereads / My Husband is Gay 21+ / Chapter 10 - PART 09

Chapter 10 - PART 09

Prilly Pov.

Sudah mulai menuju sebulan, aku asyik makan terus. Berat badanku semakin bertambah. Ada apa dengan diriku ini. Dari 50kg, sekarang sudah 65kg. Oh my god.

"Nita, gue butuh bantuanmu, lo bisa datang ke sini. Ya ke apartemen suamiku. Oke. Gue tunggu." Sejak Aliando pergi bertugas, Hari-hari ku semakin mengila-gila.

Bel berbunyi dari arah pintu apartemen, Segera aku bukakan pintu. Nita sudah datang. Aku menarik tangannya untuk masuk. Sekarang tidak peduli lagi dengan Nita heran dengan diriku. Yang lebih penting adalah kondisi tubuhku.

"Hei, sabar. Ada apa?" seru Nita menepis tanganku darinya.

"Gue butuh bantuanmu. Sekarang lo lihat baik-baik tubuhku. Ada yang beda?" tanyaku memutarkan tubuh dan merentangkan kedua tanganku pada Nita.

Nita melihat saksama memegang dagunya sedikit menebak. "Tidak ada. Memang kenapa dengan tubuh lo?" jawab Nita, kembali bertanya padanya.

"Masa gak nampak sih?! Lihat sekali lagi," ucapku.

"Memang kenapa dengan tubuh lo, biasa saja. Ada perubahan apa?" balik bertanya lagi.

"Akhir - akhir ini, berat badan gue dari 50 bisa naik 15kg. Gila gak tuh?! Setiap malam lapar, penginnya makan terus. Lihat nih pipi gue gembul," kataku beri tahu sama Nita. Aku gembungkan pipiku.

"Hahahaha ... jelaslah, Prilly. Itu tandanya lo gemuk. Baguslah kalo lo gemuk. Makin cantik dan manis," ucap Nita ke tawa. Aku mencebik bibir cemberut. Kok di ketawai sih.

"Masa gue gemuk? Jelek dong?!" desisku gak yakin gemuk. Nanti Aliando gak cinta dong sama aku.

"Mana jelek. Cantik begini. Apalagi makin gemas malahan," seru Nita sambil mencubit pipiku. Sakit amat.

"Sakit, Nit!!" Aku usap pipiku.

"Ada hal yang aneh gak sama tubuh lo. Saat mau makan mual atau ingin muntah?" Tiba Nita tanya hal aneh.

"Gak ada. Setiap mau makan ya gue makan aja. Ada sih, cium bau vanila gitu. Tapi, Om ada kasih gue obat untuk rasa mual," jawabku.

"Hmm... bentar gue cek di google dulu. Terakhir lo Mens tanggal berapa?" Nita mengutak-atik ponselnya terus tanya seperti hal dokter Isabella.

"Dua Minggu yang lalu. Ini sih sudah menuju ke tiga Minggu sih, belum ada haid. Kenapa sih? Kok pertanyaan lo sama kayak dokter Isabella waktu Om Lando bawa ku ke sana?" tanyaku semakin curiga.

"Lo sudah pernah testpack kehamilan belum?" Nita bertanya kembali. Aku semakin bingung. Apa lagi sih testpack.

"Testpack maksudnya apaan coba?" tanyaku balik lagi makin bingung jadinya.

"Ya Tuhan, Prilly. Lo semakin bego apa makin bloon sih?! Testpack saja lo gak tahu. Percuma lo jurusan IPA. Otak genius. Testpack saja lo gak tahu. Anak kecil saja tahu Testpack apaan," omel Nita

"Maksudnya yang panjang ada tanda merah dua itu?" tanyaku ulang lagi.

"Ya iya lah, Prilly sayang!" Semakin hari Nita harus sabar hadapi temannya. Walau gak akrab banget. Tapi, yang jelas dia tahu sifat Prilly bagaimana. Selain badgirl dulu, otak boleh pintar.

"Mungkin saking banyak makan, gue jadi sedikit oon ya. hehehe..." cengirku.

"Jadi selama ini lo, ena - ena sama suami lo. Gak pernah lagi lo minum obat pencegahan hamilkan. Besok gue beli testpack untuk lo. Lo harus test. Kalau garis dua. Berarti lo benar positif hamil. Kalau gak berarti perut lo yang bermasalah. Harus di konsultasi ke dokter spesialis," kata Nita menjelaskan.

"Masa sih, gue hamil. Kalau benar gue hamil, terus Om Lando tahu dong. Dia pakai cara rahasia dong?!" batinku dalam hati berkata.

****

Nita datang lagi ke apartemen Prilly, diberikannya alat testpack pada Prilly. Kemudian Prilly pun melakukan sesuai dengan cara penggunaan di kotak itu. Jika garis merah dua berarti positif hamil, jika tanda garis hanya satu, tanda tidak hamil. Tunggu 5menit.

Prilly sudah memasukan air seninya di tabung kecil di letakkan ke dalam. Tunggu hingga waktu habis. Prilly mencoba melihatnya, sebelum itu ia tarik napasnya dalam - dalam sebelum melihat dengan tenang

Prilly membungkam mulutnya tidak percaya bahwa dirinya benar-benar positif hamil. Merasa bahagia atau sedih. Di dalam kandungannya ada janin yang selama ini ia tunggu.

Nita yang di luar duduk menunggu hasil dari Prilly. Dari tadi Prilly gak keluar - keluar dari kamar mandinya. Nita berdiri untuk menyusul tiba pintu kamar mandi terbuka, Nita menunggu respons dari Prilly. Prilly menatap Nita, Nita sebaliknya menatap bingung.

"Apa hasilnya? Positif??" tanya Nita

Prilly menangis, ia hanya bisa menangis saja. Nita semakin bingung, positif apa negatif.

"Kok nangis, gimana hasilnya?" tanya lagi Nita mendekati Prilly masih berdiri di pintu kamar mandi.

Di peluknya langsung membuat Nita sulit mengartikan.. Di tepuk pelan-pelan punggung Prilly yang gemetar itu.

"Sudah tidak apa-apa. Kalau memang positif, masih bisa di konsultasi program hamil kok. Di sini banyak dokter handal kok. Sabar ya. Jangan nangis lagi," hibur Nita. Prilly berhenti menangis di lepas pelukan Nita. Prilly tersenyum membuat Nita semakin bingung.

"Ada apa? Lo jangan buat gue semakin takut, Pril. ada apa? Jangan senyum bentar nangis habis senyum. Jangan buat gue khawatir begini dong!" ucap Nita mengomel. Prilly dari tadi senyam senyum menyeka sisa air matanya di dekat matanya.

Di tarik lengan Nita untuk kembali duduk. Sekarang Nita makin heran. Duduklah mereka berdua. Prilly memberikan Nita minuman dulu. Nita menurut. Kemudian di tatapnyalah wajah Prilly.

"Sekarang permasalahan apa? Bagaimana hasil testpack nya, positif atau negatif?" tanya Nita kembali.

"Taaadaaahhh!!!" Di keluarkan alat testpack itu tunjukan pada Nita tepat di depan matanya. Nita melihat saksama mendelik matanya sempurna. Di tatapnya kembali wajah Prilly yang asyik senyum bahagia.

"Elo benar hamil?" tanyanya lagi untuk lebih pastikan. Prilly mangut-mangut cepat

"Ini benaran???" tanya nya lagi. Prilly memangut - mangut lagi.

Nita langsung memeluk tubuh Prilly betapa bahagianya dia. Prilly pun membalasnya. Serasa bahagia dia menyadari telah menyakiti janinnya.

"Sorry... Tidak sengaja. Gue terlalu bahagia, akhirnya lo hamil juga. Selama beberapa bulan lo berhubungan dengan suami lo," ucap Nita menyeka air matanya. Dia menangis atau ke tawa ya.

"Jadi, dia sudah tahu kalau lo hamil?" Nita bertanya kembali. Prilly menggeleng kepalanya

"Coba di telepon, kasih kabar ke dia. Bahwa lo benar hamil. Pasti dia senang." Suruh Nita meminta Prilly menelepon.

"Nggak mesti tunggu dia pulang dulu?" jawabnya.

"Terlalu lama menunggunya. Sekarang lebih bagus lo kasih tahu langsung saja," ucap Nita mendesak.

Sedangkan di hotel angkasa berbintang lima, Aliando dan Andy sedang bercumbu. Ponsel yang berdering di dalam tas miliknya bergetar tidak terdengar oleh Aliando saat ini.

Prilly terus menelepon tetap tidak ada jawaban mengangkat. Sudah berulang kali masih sama. Nita menunggu, wajah Prilly mulai murung menggeleng kepala pelan-pelan.

"Ya sudah sabar saja. Mungkin dia sedang sibuk. Nanti telepon lagi. Oke?" kata Nita senyum mengusap bahu Prilly.

"Ya sudah kalau begitu, gue balik dulu ya. Kalau ada apa-apa. Lo calling gue. Atau Jo juga boleh. Oke," ucap Nita berlalu keluar dari apartemennya. Prilly menutup kembali pintunya. Kemudian di pegang perutnya yang masih rata. Dia senyum merasa bahagia.

Aliando dan Andy bercumbu di dalam kamar mandi, mereka sedang bertukar salivanya dengan nafsu dan buas. Tanpa busana sedikit pun. Aliando mengerang desah menahan gairah sentuhan dari Andy memegang kejantannya.

Alindo mendesah hebat, Andy sedang mengulum adiknya miliknya begitu buas. Aliando menyebutkan nama Prilly terdengar oleh Andy. Andy menghentikan emutannya. Dia berdiri menatap Aliando. Aliando terlihat bingung,

"Ada apa?" batinnya.

"Siapa Prilly yang kamu maksud?" tanya Andy terdengar cemburu, Aliando menyebut nama lain.

"Maksud kamu, aku- aku tidak menyebutkan siapa-siapa," jawab Aliando terbata-bata.

"Jangan pernah sebutkan nama orang lain. Cukup diriku. Aku tidak bisa hilang tanpa dirimu, Lando," ucap Andy kembali mencium Aliando.

"Kenapa teringat Prilly. Apa dia baik-baik saja," batin Aliando dalam hati.

Setelah selesai bercumbu, Andy keluar dari kamar mandi mencari pakaiannya. Aliando sebaliknya. Mereka dari tadi tanpa busana karena terlalu panas bercumbu keintiman. Saat di buka tasnya, di lihat ponselnya 10 panggilan tak terjawab, di buka semua adalah My Sweety. Segera dia memakai bajunya, meminta izin pada Andy untuk menelepon dulu.

"Sayang, akun keluar sebentar. Sepertinya orang rumahku telepon," kata Aliando permisi. Andy mengiakan.

Aliando pun menelepon kembali dari ponsel Prilly. Prilly tertidur di sofa. Terlalu lama menunggu kabar dari Aliando. Aliando kembali menelepon lagi. Tidak ada jawaban.

"Mungkin dia sudah tidur. Besok aku akan telepon dia lagi," batinnya.

Aliando kembali masuk ke kamarnya. Di letakkan ponselnya ke dalam tas. Dia duduk di atas ranjang bersama kekasih jenisnya. Saling berpelukan.