"Aku tidak cemburu," ucap Aliando mengelak. Padahal dia cemburu.
"Ah... iya kan, cemburu," goda lagi si Prilly.
Di kritiknya pinggang Aliando, membuat dirinya harus menjauhi dari serangan Prilly.
"Ah ah ah ... Sudah, sayang. Geli ... hahaahaha ..." Aliando sudah tidak tahan di kritik sama Prilly.
tendangan Pelan mengenai perut Prilly, Prilly membungkuk tubuhnya memegang perutnya yang sakit. Aliando langsung mendekatinya.
"Akhh!!" Rintih Prilly, "Aduuh, sayang. Maaf. Mana yang sakit." Aliando kalang kabut melihat Prilly merintih kesakitan.
"Sayang, ayo bilang mana yang sakit. Jangan buat aku takut begini dong." Aliando benar cemas kondisi istrinya yang dari tadi diam.
"Perut aku, mas. Sakit!" rintih Prilly.
Tanpa babibu lagi, Aliando langsung menggendong tubuh kecilnya itu di atas ranjang tidur. Tidak perlu banyak waktu, ia segera menelepon Isabella.
Tak lama kemudian Isabella datang, langsung memeriksa kondisi Prilly. Prilly merintih sakit. Wajahnya pucat berkeringat. Sedangkan Aliando mondar-mandir di luar kamar. Menggigit jarinya serasa gusar. Ia sangat bersalah telah menendang begitu keras.
"Bagaimana keadaannya." Isabella sudah selesai memeriksanya. Isabella tersenyum dia tahu Sahabatnya pasti khawatir dengan kondisi istrinya.
"Dia tidak apa-apa. Sedikit rasa nyeri di perut saat kamu menendangnya terlalu kuat. Saya peringatkan jangan diulangi lagi. Sepertinya kandungannya cukup kuat," jelas Isabella menjahili Aliando.
"Maksud kamu?" Aliando tidak mengerti ucapnya.
"Istri sendiri masa gak tahu. Ya sudah aku kembali dulu ya. Ingat jangan main kasar." goda nya lagi sambil tertawa.
Di sisi lain, Nita sedang sibuknya mengerjakan tugas laporan keuangan dari kafe. Jo mampir ke kafe tempat kerjanya Nita. Di perhatikan nya si Nita masih serius menghitung keuangan.
"Serius amat sih," tegur suara menyadarkan Nita menghentikan aktivitasnya.
"Hai, Jo. Ada perlu apa?" tanya Nita masih serius dengan pekerjaannya.
"Nonton, yuk!" ajak Jo tiba-tiba. Nita menatapnya geming. Jo apalagi menatapnya penuh arti.
"hahahha... Elo bercanda kan, ajak gue Nonton. Gak sedang menggurau?" tawa Nita sepertinya ibu benar lelucon.
"Tidak, gue serius," ucapnya lagi, Sekarang Nita langsung berhenti ke tawa.
"Yakin, gak nyesal?" Pastiin lagi
"Yakin," ujarnya.
"Oke, kalau begitu. Tunggu sebentar, gue selesain dulu pekerjaan ini," ucap Nita. Jo mengaku kepala tanda OKE.
Satu jam kemudian ... Nita selesai membereskan semua nya, di letakan di atas meja bossnya. Kemudian ambil tas di dalam loker. Nita pun keluar berjalan di samping Jo.
Jo membuka pintu untuk Nita, Nita dengan senang hati masuk. Setelah itu Jo menyusul. Mobil keluar area kafe itu.
Dalam perjalanan dia orang manusia kaum hawa dan adam terdiam. Sampai di salah satu tempat permainan waterpark jika bisa di bilang begitu. Jo memarkir mobil dengan aman. Nita keluar, dengan berjalan beriringan samping.
Memberi karcis, permainan apa saja seru. Bagi Nita dia paling suka permainan ekstrim.
"Mau main apa?" tanya Jo, "Elo mau main apa?" Nita balik bertanya.
"Main itu." tunjukinya sebuah burung bangau sepeda air.
"Ayo. Tapi, kamu dayung ya," ucap Nita. Jo menunjukan kode OK.
Setelah membayar tiket. Mereka naik bangau itu. Jo mengulurkan tangannya pada Nita. Nita memegangnya begitu erat termasuk Jo juga. Kapal bangau nya bergoyang. Membuat keseimbangan Nita jatuh di pelukan Jo. Jo memegang pinggang seperti model penari.
"Makasih," ucap Nita. Mereka duduk ber-sebelahan. Dengan suasana terlihat canggung. Jo mendayung sepeda airnya. Nita mengambil ponselnya untuk mem-photo pemandangan.
Dengan gerak tangannya tidak sengaja kameranya mengarah pada wajah samping Jo. Nita merasa wajah Jo tampan saat menyamping, tidak sengaja suara jepretan terdengar oleh Jo. Kemudian Jo menoleh Nita mengalihkan pandangan tempat lain. Jo tahu bahwa Nita telah mengambil gambarnya.
Setelah permainan sepeda air selesai. Jo lebih dulu naik ke atas. Nita dengan waswas karena tempatnya itu bergoyang-goyang. Jo mengulurkan tangannya pada Nita. Nita meraihnya dengan sekuat tenaga Jo menarik tangan Nita. Nita naik dengan sempurna hampir kembali jatuh, Nita langsung memegang bahu nya Jo. tatapan mata mereka bertemu dalam diam. Nita menatap manik mata Jo, Jo menatap manik Nita yang indah itu.
Mereka tersadar suara anak kecil menghampiri mereka.
Mereka berdua sekarang pergi mencari permainan baru. Nita memilih permainan tembakan bola. Jo akui kalau Nita jago dengan berbagai bola. Saat sekolah menengah atas dulu. Jo sering perhatikan permainan Nita saat pertandingan Basket antar sekolah.
"Ayo, Jo main. Seru ini. Kalau lo bisa masukan bola itu lima kali. Maka kamu bisa dapatkan boneka besar itu. Gue pengin banget." omel Nita. Jo mengambil bola dari tangan Nita.
Jo mulai menebak bola dalam hitungan detik. Bola itu masuk sempurna lima kali. Si penjaga itu mengambil boneka beruang pada Jo. Jo berikan pada Nita. Nita dengan senang hati menerimanya.
"Wahhhh ... makasih ya. Gak menyangka gue lo pintar main bola. Gue sudah lama gak main. Jadi sedikit kagok." ucap Nita sambil menggendong Boneka nya. Jo mengambil boneka dari pelukan Nita.. Nita diam saja.
Mereka kembali bermain bermacam permainan. Tiba di salah satu permainan tebak kata cinta. Nita sebenarnya tidak ingin, tapi di paksa sama Jo. Mau gak mau dia ikut. Cowok harus nyatakan cinta pada pasangannya. Tapi dengan syarat harus tahu kesukaan pasangannya.
Nita duduk di salah tempat menunggu Jo memberikan sesuatu padanya.
Setelah sudah, Jo membawa sebuah bunga anggrek kuning pada Nita. Nita diam menerimanya, karena dia memang suka sama bunga anggrek kuning. Lalu Jo berikan lagi pada Nita cokelat dan Boneka panda. Nita Terima semuanya. Terakhir Jo mengambil Mic dan mulai berbicara.
"Hai, Nit. Aku Johannes Darmawan, Panggilan Jo. Aku ingin mengatakan Terima kasih sudah menjadi teman baikku dan menjaga adik angkatku. Saat sekolah aku terus memperhatikan mu dari jauh. Mendukungmu. Aku menyukaimu sejak lulus sekolah. Kamu orangnya berbeda dari cewek lain. Kamu kalem, ceria, humoris, dan cerewet. Aku di sini berdiri, ingin nyatakan perasaanku padamu. Aku mencintaimu, aku menyayangimu. Maukah kamu menjadi pendamping hidupku maupun suka dalam duka." ucap Jo menjelaskan semua tentang pada Nita. Nita berdiri tidak bisa menjawab apa-apa. Dia sulit mengatakan ya atau tidak. Padahal dia juga suka sama Jo. Dalam perasaan di pendam hingga ada yang benar tulus padanya.
"Ya, bagaimana kak Nita apa menerima cintanya dari Mas Jo." MC mulai bertanya pada Nita. Nita ingin menangis tidak bisa, rasa bahagia mungkin. Jo mulai mendekati Nita di buka kotak kecil berisi cincin. Nita menutup mulutnya. Bukan mengatakan Ya. Tapi langsung di peluknya. Jo menangkapnya memeluk tubuh Nita yang gemetar itu. Dia menangis. Terharu.
Jo melepaskan pelukannya dan memasukan jari manis di tangan Nita. Tidak lupa dengan ciuman pertama mereka. Seluruh peserta tepuk tangan meriah.
****
Sekarang Nita bukan sendiri lagi pulang ke kontrakan rumah barunya, sudah di jemput terus oleh Jo. Sang kekasih pujaan hatinya.
Senyam senyum terus menerus membuat si Bosnya kebingungan sendiri padanya. Apalagi, rekan kerjanya juga. Biasanya Nita setiap masuk kerja wajahnya cemberut. Hari ini berbeda, menyapa satu sama lain.
"Tumben lo senyum - senyum pagi begini. Lagi kasmaran ya?" tebak oky. Cowok office boy.
"Ada deh," ucap Nita mengedip satu mata pada Oky.
"Kasih tahu dong. Siapa sih, yang membuat lo jatuh cinta?" kepo Oky.
"Kasih tahu gak ya," usil Nita buat Oky makin penasaran saja.
"Kasih tahu dong, Nit. Kan, gue pengin tahu gimana cara bisa kasmaran kayak elo" ngotot si Oky.
"Oky!" teriak Bos memanggil namanya.
"Tuh, di panggil sama bos. Cepat pigi sana, keburu di pecat loh," usir Nita.
Oky cemberut, akhirnya dia keluar dari ruangan Nita. Nita bebas, ponselnya bergetar, dari Jo.
Jo : Nanti siang, aku jemput kamu.
Kamu mau makan apa?
Nita. : Terserah kamu saja.
apapun aku makan
Tubuh kamu juga aku makan
Jo : Benaran??
Nanti aku yang makan kamu. :p
Nita : Coba saja klo bisa.
Wleeekk
Jo : Oke. Tunggu ya siang.
Read.
Nita tersenyum, membaca chatting nya dari Jo. Tidak menyangka kalau Jo orangnya Romantis. Sekarang dia harus mengerjakan kembali kerjaannya.
Siang pun tiba...
Nita mengunci ruangannya, dia keluar seperti biasa dengan menyambut hangat para pelanggan. Di sana dia tidak sengaja berjumpa dengan Irwan. Abang Prilly.
"Nita?? kamu, Nita kan. Teman sekelas Prilly?" tunjuk Irwan sangat mengenal wajah Nita. Nita masih dalam keadaan shock, Jo menghampiri nya.
"Ayo!" ajak Jo.
Saat Nita masih belum mengedipkan matanya pada tatapan seseorang. Jo mengikuti arah pandangannya, dia ikut terdiam.
"Bang Irwan?" sebut Jo pelan. Irwan melirik arah pada Jo.
"Kamu!!" Tunjukkan lagi arah ke Jo.
"Kamu bawa ke mana 'kan adik ku." Langusng di tarik kerak baju Jo.
Irwan tentu marah sekali. Karena kejadian itu, Prilly kabur dari rumah saat akan di adakan perjodohan dengan juragan kakek-kakek. Jo lah yang membantu dia keluar dari kandang harimau itu.
"Bang! Lepasin dia!" Bersikekeh Nita mencoba meleraikan pertengkaran ini. Tidak enak di lihat orang. Irwan akhirnya melepaskan kerak baju Jo dengan kasar.
"Kamu gak apa-apa kan?" Nita merasa khawatir pada Jo. Nita tahu, Irwan orang yang kasar. Adik sendiri saja di perlakuan tidak baik.
Sekarang mereka sudah duduk di salah satu tempat kafe tempat kerja Nita. Oky yang di sana dan beberapa rekan kerja memperhatikan mereka bertiga yang duduk paling sudut.
"Itu pria siapa sih?" tanya Oky penasaran kepo banget.
"Gue saja gak tahu siapa. Kayaknya mereka serius banget. Lo lihat wajah Nita serius begitu." jawab Lina.
Untung Kafe hari ini sedang sepi, jadi teman Nita bisa ngerumpi.
"Terus yang di sebelah Nita siapa? Cogan tuh?" sambung Reni.
"Pacarnya Nita. Jangan gatalan ya," lanjut Bos Siska sejak kapan dia berdiri di sebelah para karyawannya yang sedang ngerumpi.
"Eh... bos. kagetan saja," cengir Oky
Suasana masih dalam hening diam, Nita menatap Irwan, Irwan sedang menikmati makanan di mejanya. Jo menatapnya betapa rakusnya si Irwan.
"Eerrrggghhhh!" Suara sendawanya dari kerongkongan. Nita mengipas-ngipas tangan di depan hidungnya. Sangat bau pokoknya.
"Sekarang, katakan di mana adikku? Kalian sembunyikan dia di mana?" Dia mulai bersuara setelah menyelesaikan makanan di atas meja itu.
"Dia tidak ada di sini," jawab Nita datar.
"Jangan bohong kamu! Aku tahu dia masih ada di sini?!" Gebrak meja si Irwan membuat para karyawan yang bekerja di sana terkejut.
Nita menutup matanya, dia sudah terbiasa melihat sikap abangnya Prilly. Kenapa dulu dia tidak terlalu akrab dengan Prilly. Keluarganya terlalu keras padanya.
"Aku tidak bohong, bang. Untuk apa aku bohong sama abang, kalau buktinya abang datang ke sini hanya minta makanan gratis?" ucap Nita dingin menatapnya tajam.
Irwan terdiam langsung, di sisi lain Jo memegang tangan Nita untuk menguatkan dirinya hadapi kerasnya si Irwan. Mereka berdua tetap harus melindungi Prilly dari Irwan. Prilly sedang mengandung. Jika Irwan tahu Prilly sudah menikah, bisa di pastikan Aliando mendapat masalah besar. Keluarga Prilly tetap ngotot akan menyeretnya pulang.
"Kalian ke mana kan adikku?" tanyanya lagi sekarang suaranya sedikit pelan dan lembut.
"Dia tidak ada di sini, bang." Jo yang menjawabnya.
Irwan menatap mereka bergantian, dia tahu mereka berdua pasti berbohong dan menyembunyikan sesuatu darinya. Irwan menarik sudut bibirnya tipis miring. Dia pun berdiri kemudian pergi dari sana.
Nita menghembuskan nafasnya panjang dari tadi dia tahankan. Jo meremas tangannya untuk tenangi.
"Kita harus beri tahukan pada Prilly. Aku yakin bang Irwan tetap akan menyeretnya pulang," ucap Nita pada Jo.
"Ya, aku tahu. Kamu tenang dulu ya. Kita pikirkan jalan keluarnya," sahut Jo mengusap rambut Nita. Nita menyandarkan kepalanya di bahu Jo. Dia sangat takut saat hadapi Irwan tadi.