Irwan menelepon seseorang, sepertinya penting untuk di omongi. "Aku ada kerjaan untukmu."
Percakapan mereka cukup serius, sehingga Irwan harus menunggu orang itu datang. Lima menit kemudian, tiga orang pria berbadan tinggi tegap serta bertato itu datang menghampiri Irwan.
"Ada apa bos, panggil kami?" tanya suara berat pria gondrong itu.
"Gue punya kerjaan buat kalian. Gue minta kalian hajar orang ini sampai babak belur. Kalau bisa, sekap dia. Ini fotonya." Irwan menyerahkan selembar foto pada pria bertato itu. Pria itu menerimanya di lihat saksama.
"Untuk imbalannya kalian tenang saja, jika kalian sudah menghabisi orangnya," kata Irwan.
"Oke bos. Serahkan pada kami." turut pria itu.
*****
Esok paginya, Prilly dan Aliando bersiap untuk berangkat ke rumah sakit mengecek kandungannya. Dalam perjalanan, sebuah mobil menyelipkan sebelah kanan kemudian berhenti di depan, membuat Aliando mendadak rem mobilnya. Prilly tersentak ke depan.
"Kamu tidak apa-apa kan??" tanya Aliando cemas pada Prilly.
"Tidak apa-apa, mas. Sebenarnya mereka siapa sih? Berhenti mendadak begini," jawab Prilly, lalu menanyakan pada Aliando. Aliando melirik ke depan.
Tiga orang itu turun dari mobil mereka, kemudian mendekati mobil Aliando. Seorang pria mengetuk jendela. Aliando membukanya, seseorang menyuruhnya turun.
"Mas, jangan mas... Ini pasti perampokan," ucap Prilly takut. Aliando menenangkannya tidak akan terjadi apa-apa.
"Tidak perlu khawatir. Mas bisa jaga diri. Kamu di sini jangan keluar oke," kata Aliando mengecupkan keningnya.
Pada saat Aliando turun, ada sedikit kericuhan di luar. Keributan, Prilly merasa cemas, dia takut jika terjadi hal buruk. Tiba seseorang membuka pintu mobil membuat Prilly terkejut langsung membungkam mulutnya agar tidak bersuara.
"Mas!" teriak Prilly membuat Aliando menoleh ke belakang. Prilly di culik oleh orang lain.
Aliando yang mencoba untuk menolongnya malah orang itu menghalanginya.
"Lepaskan istriku! Mau apa kalian!" bentak Aliando.
"Mas! tolong aku! Lepasi! Apaan sih kalian! Aku lagi hamil! awas kalau aku keguguran, aku kutuk kalian miskin selamanya!!!" cecar Prilly masih bisanya omel. Malahan penjahatnya bengong sendiri.
"Lepasi aku bilang! Mau di Kutuk miskin selamanya!" ancam lagi si Prilly. Mereka saling bertatapan.
"Tidak mau, neng! sudah cukup miskinnya! kami mau hidup normal neng!" jawab pria pendek tua itu.
"Nah, makanya lepasi, sakit ini perut aku. Kalau terjadi apa-apa sama anak aku tanggung jawab kalian ya!" omel Prilly.
Pria pendek tua itu melepaskan ikatan dari lengannya, Prilly mencoba untuk menghentikan perkelahian suaminya dan pria bertato itu.
"Neng! jangan ke sana, nanti neng bisa di pukul sama bos saya," ucap pria pendek itu.
"Dia itu suami aku. Justru aku harus hentikan!" ketus Prilly. Prilly berlari untuk menghentikan perkelahian itu namun, pria bertato itu mengeluarkan pisau lipat di saku celananya.
Saat akan menyerang Aliando Prilly datang tepat waktu, tusukan itu mengenai perut nya Prilly.
"Sto-p!!!"
Prilly melirik arah perutnya mengeluarkan darahnya. Aliando terkejut bukan main. Pria bertato itu gemetar dia tidak sengaja melakukannya. Prilly terhuyung jatuh. Di tangkap oleh Aliando.
"A-a-a-nak ki-ki-ta ... mas." Prilly terpatah-patah. Aliando kalang kabut melihat kondisi Prilly.
Tidak butuh banyak waktu, seseorang yang lewat di sana membantu Aliando dan Prilly ke rumah sakit segera. Seorang dokter menangani Prilly dengan keadaan sudah memburuk.
"Bel, bel, aku mohon selamatkan istriku dan anakku. Aku mohon." Dia memohon pada Isabella.
"Iya akan aku bantu sebisa ku. Kamu tenang dulu. Biar kami mengurusnya," ucap Isabella.
Lima jam sudah lewat, penanganan Prilly masih belum berakhir. Aliando frustrasi, tidak bisa percaya.
"Aku mohon bertahanlah, sayang. Jangan tinggalkan aku. Aku mohon," Doa dari Aliando dalam hati.
Di dalam ruangan IGD, Prilly terbaring lemah, denyutan jantungnya masih berdetang perlahan.
Prilly terbangun, namun dia berkerut kening tempat ini beda, apa dia sudah berada di surga?
Seorang anak kecil berlari keliling lingkaran sambil tertawa. Prilly berjalan mendekati anak kecil itu.
"Mama..." panggil Anak kecil itu berhenti bermain.
Prilly terdiam tidak menyahut panggilan anak itu.
"Mama kenapa diam. Mama tidak ingat aku?" tanya Anak kecil itu menggoyangkan tangan Prilly.
"Kamu siapa?" tanya Prilly berjongkok sejajar tinggi anak itu. Di lihat wajahnya mirip dengan suaminya Aliando.
"Mama, jangan tinggalkan papa sendirian di sana. Kasihan Papa. Menunggu mama pulang. Mama sayang papa kan," jawab Anak kecil itu.
"Mama harus kuat, kita akan ketemu lagi di lain waktu. Mama harus kuat dan sehat," ucap Anak kecil itu lagi.
Prilly menatapnya anak itu berlari kemudian menghilang. Di lorong itu terlihat sangat silau. Prilly berjalan menuju arah tempat itu.
Detak jantung Prilly berbunyi kembali, para suster menangani pun terkejut.
"Dok, detak jantungnya normal kembali," ucap suster itu.
Aliando yang di luar menunggu sambil menangis, di sana ada Nita dan Jo menemani nya. Isabella keluar. Aliando langsung menghampirinya.
"Bagaimana keadaannya. Apa dia baik-baik saja. Anakku selamatkan?" Aliando terus bertanya pada Isabella.
"Dia telah melewati masa kritisnya, tapi, saya minta maaf, janinnya tidak bisa di selamatkan. Karena tusukan benda tajam tepat di bagian perutnya," terang Isabella memberikan kabar buruk pada Aliando.
"Terima kasih ya, Dok," ucap Nita.
Prilly di pindahkan di ruang rawat, Aliando duduk di sebelahnya sambil memegang tangan Prilly yang kurus itu. Melihat wajahnya yang pucat seperti kertas.
"Sayang, maafkan aku tidak bisa selamatkan anak kita," ucapnya pelan..
"Aku harap kamu segera bangun, aku merindukan celotehmu, suara manjamu, rindu kamu memarahiku," lanjut Aliando.
Prilly masih belum sadar dari kondisi nya. Tapi dia bisa mendengarkan suara Aliando berbicara padanya.
****
"Sayang, kamu masih ingat gak? waktu pertama kali kita ketemu di bandara soekarno hatta. Kamu yang ngotot sama pramugari minta di izinkan masuk ke dalam pesawat. Waktu itu aku lihat kamu lucu banget. Sampai aku pikir masih ada saja jaman cewek seperti kamu bisa berani kayak gitu. Terus pada saat aku mau masuk ke dalam boarding, kamu malah informasikan kalau ada seorang membawa obat terlarang ke dalam. Itu aku benar shock benar saat kamu bilang tepat aku masuk ke dalam boarding pass.
Aku sampai kata hati 'ini cewek minta di ulek rujak' hahahha. lucu ya." tawa Aliando mencoba mengajak bicara pada Prilly yang masih dalam tidurnya belum juga bangun.
"Terus, kamu dan aku dibawa ke kantor imigrasi, aku lihat wajah kamu tegang takut dan takut di seret ke polisi. Untung saja tidak sampai di seret. Karena aku kenal orang imigrasi. Setelah itu, aku keluar dari bandara itu sangat kesal banget. Kamu masih ikuti aku di belakang, kamu asyik ngomel. Aku mikir, ini cewek gak capek ya ngoceh terus' Lucu sebenarnya."
"Waktu di hotel kamu masih ikuti, sampai bilang tidur berdua. Pokoknya kamu lucu, apalagi kamu belum juga beri aku kesempatan untuk istirahat, kamu malah dengan santai makan di bawah resto hotel. Suruh aku bayari. Itu benar buat aku jengkel. Belum lagi esok paginya kamu tidur seperti kerbo gak bangun - bangun. Tidak tahu nya kamu sakit kedinginan apalagi sesak nafasmu kambuh." Aliando terus bercerita pertemuan mereka berdua. Prilly masih belum siuman.
"Setelah beberapa hari, kamu minta nikah sama aku. Aku belum siap, aku bukan kasihan sama kamu, aku tahu kamu labil, aku tidak sengaja dengar pembicaraan kamu sama teman kamu yang bernama Jo. Kamu pasti ingin sekali jalan-jalan ke New York sehingga nekat menuduh aku ambil obat terlarang, ya kan."
"Selama kita menikah, aku memikirkanmu, kenapa akhir ini kamu mudah marah, cuek sama aku. Saat kamu ketahui hubungan aku bernama Andy. Ah ... kamu tahu, Andy sebentar lagi akan menikah. Menikah dengan kekasih barunya. Saat hubungan ku dengannya dia mendapat pasangan baru. Itu benar lucu sekali."
"Maafkan, jika aku tidak bisa menjagamu dengan baik, sehingga membuatmu seperti ini. Kata dokter Isabella kamu cewek yang tegar, manja, labil, dan butuh perhatian. Aku sayang kamu, aku cinta kamu. Jangan tinggalkan aku seorang diri. Cepatlah bangun, kamu tidak rindu aku yang terus berbusa ini mengoceh kenangan kita bersama. Kamu tidak cinta aku lagi yang terus kamu berjuang mendapatkan cinta dari ku. Sekarang giliran aku menjuangkan cintaku padamu. Apabila kamu sudah bangun, aku berjanji akan membawamu ke New York. Kita honey mood di sana. Liburan panjang bersama. Kamu mau?" Aliando mengusap wajah Prilly, jarinya bergerak sebentar. Aliando merasakannya.
"Sayang, hei! kamu mendengarkanku?" Segera Aliando menekan tombol memanggil dokter atau perawat.
Dokter Rico memeriksanya, Aliando tetap menemaninya. Dokter selesai memeriksanya, dan senyum pada Aliando. "Istri anda telah melewati masa kritis, anda harus mengajak dia berbicara agar dia bisa memberi respons. Tapi, pasien tidak bisa terus bicara. Dia harus melewati masa kesembuhannya," ucap Dokter Rico.
"Terima kasih Dok," ucap Aliando.
"Hei! sayang, kamu dengar. Kamu harus sembuh. Kamu tidak rindu aku? Aku butuh belaianmu. Kapan kamu akan bangun." Aliando kembali mengoceh, sampai dia tertidur di tepi brankarnya.
Tak lama kemudian, Prilly siuman membuka kedua matanya perlahan-lahan. Di lirik matanya arah ke samping, Aliando tertidur dengan muka lelah, tubuh jenggot lembab. Prilly mengangkat tangannya memegang rambut kepala suaminya. Aliando tersadar saat sentuhan itu membuatnya bangun.
"Hei! sudah bangun, ada yang sakit?" Aliando memencet tombol lagi.
"Mas..."
"Ssstt... jangan bicara dulu. Biar dokter periksa dulu." Senyum Aliando.
"Pasien sudah normal dari masa kritisnya. Untuk sementara Pasien jangan di paksakan untuk berbicara ya. Takut mengakibatkan gangguan tubuh yang lemah." ucap Dokter Rico.
"Baik, dok. Terima kasih"
"Tuh, dokter bilang, jangan banyak bicara," ucap Aliando duduk kembali.
"Mas..."
"Ya, kamu mau minum?" Dia mengakuk kepala.
Aliando mengambil minuman berikan pada Prilly. Prilly menyeruput cukup banyak.
"Bagaimana, ada yang sakit. hmm?" Aliando terus menanyakan kondisinya.
"Mas, aku mimpi." Prilly bersuara, walau suaranya masih lemah.
"Mimpi apa?" tanya Aliando siap mendengar.
"Aku mimpi ketemu anak kita." jawabnya.
"Benarkah? dia bilang apa?"
"Dia bilang, mas tidak bisa hidup tanpa aku, mas sayang sama aku, mas rindu aku, dan dia bilang lain waktu akan bertemu kembali. Terus dia menghilang setelah aku mendengar celoteh dari mas." Cerita Prilly pada Aliando.
"Maafkan aku ya, tidak bisa menjaga anak kita." ucapnya lembut.
"Mas gak salah kok. Aku yang terlalu sok hero." balas Prilly senyum. Senyumnya memang tidak bisa di lupakan oleh Aliando.
Nita dan Jo baru datang membawa beberapa buah untuk Prilly.
"Hai... gimana kabar lo, sudah mendingan?" tanya Nita membesuknya.
"Sudah." jawabnya pelan.
"Bang, aku ingin bilang sesuatu penting." ucap Jo pada Aliando.
Aliando dan Jo keluar, pembahasan ini cukup serius.
"Aku sudah tahu siapa pelaku semua ini." Jo lebih dulu bersuara.
"Siapa?"
"Irwan." jawab Jo
"Apa benar dia? Jangan salah menuduh. Tidak mungkin dia lakukan itu terhadap adiknya sendiri." ucap Aliando tidak yakin.
"Ya bisa saja bukan, tapi aku yakin, dia dalangnya. Karena aku kenal baik dengan keluarga Prilly. Aku tahu watak Irwan bagaimana. Dia tidak akan puas apa yang akan dia dapatkan nya itu." jelas Jo pada Aliando.
"Lalu, bagaimana suruhan nya?" tanya Aliando.
"Sudah di urus oleh kepolisian mereka sedang dalam pengejaran," jawab Jo
"Baguslah, aku tidak ingin dia terluka lagi. Mungkin beberapa hari ini aku tidak tinggal di Indonesia sampai kasus Irwan benar di tuntaskan. Aku akan membawa dia menjauh dari bahaya. Aku mengandalkanmu," ucap Aliando tatap Jo mempercayai padanya
"Abang tenang saja, abang tidak perlu takut, asal Prilly aman dari Irwan. Biarkan masalah ini aku yang tangani," ujar Jo senyum. Menepuk bahu Aliando.
Mereka kembali masuk ke ruang rawat, Prilly menatap wajah Aliando begitu lelah.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Prilly
"Tidak ada. Hanya bahas honeymoon bulan depan." jawab Aliando senyum melirik sebentar arah Jo.
"Benarkah? tapi, aku belum sembuh total, apa itu boleh?" Prilly bertanya.
"Tentu boleh, asal tidak buru-buru buat anak lagi. aww!" Nita mencubit lengan Jo.
"Jo bisa saja." malu Prilly. Aliando senyum senyum melihat betapa tersipu nya istri manja nya.
****
Seminggu kemudian....
Prilly sudah di perbolehkan untuk pulang dari rumah sakit. Nita dan Jo membantu Prilly membawa beberapa kelengkapan dari rumah sakit. Aliando mendorong kursi roda sampai ke mobilnya.
Saat ini mereka tidak menginap di apartemen, Aliando membawa Prilly ke rumah orang tuanya. Di sana ada ibunya Aliando, Ibunya sangat menyayangi Prilly. Setelah sampai di rumah, Prilly gendong oleh Aliando sampai ke kamar.
"Mas... kasus bang Irwan bagaimana?" tiba Prilly bertanya tentang Irwan.
"Sudah di urus oleh Jo. Kamu tidak perlu memikirkan dia. Yang di pikirkan itu kondisi kesehatanmu dan juga untuk calon anak selanjutnya." jawab Aliando mulai mengombal.
"Dasar mesum!" ketus Prilly.
"Aku mesum, itu karena kamu." Usil Aliando.
"Jangan mulai, aku baru sembuh." ucap Prilly mengancam.
"Baiklah, untuk sekarang tidak. Tapi untuk bulan depan, bersiaplah." ujar Aliando mencium bibir manis nya.
Kasus Irwan sedang tahap proses, Jo adalah pengacara dipercaya dari Prilly dan Aliando. Saksi adalah Nita. Selama ini dia adalah seorang pengacara handal selama di New York. Baru-baru ini lah kasus di dapatkan adalah Irwan, abang Prilly yang sudah lama di buron oleh polisi.