Chereads / My Husband is Gay 21+ / Chapter 11 - PART 10

Chapter 11 - PART 10

Nita Pov

Ya Tuhan ini cewek kenapa buka lagunya bang Toyib segalanya sih. Sudah terlalu rindukah dirinya sehingga buka lagu wali band. Ya gue tahu dia paling suka lagu wali band. Tapi gak mesti harus buka segitunya.

Prilly sekarang berada di kontrakan rumahku. Sejak kejadian dia nangis tiba-tiba. Mimpi buruk kalau Aliando pergi tinggali dia demi kekasih gay nya.

Awalnya gue simak kejelasan Prilly saat menangis. Shock banget. Jadi Aliando sebelum berhubungan dengan Prilly, dia sudah duluan berhubungan sama pasangan sejenis. Oh my god, itu benar di luar akal sehat gue saat dengarnya.

Kenapa lah nasib Prilly harus setragis begini, mencintai pria yang ternyata jiwanya gay. Kalau sampai Jo tahu. Itu Aliando bisa babak-belur di buatnya. Jo sangat sayang sama Prilly. Sampai jauh - jauh dari New York pulang ke Indonesia cuma lihat dia.

Jo masih belum tahu kalau Prilly menikah dengan Aliando karena memang niat Prilly lari dari orang tuanya. Belum lagi Bang Irwan. Gue benar tidak tahu gimana lagi hadapi urusan dengan masalah Prilly. Sampai kalau Bang irwan tahu, adiknya sudah menikah dengan Om - Om. Tanpa pengetahuan dari mereka.

Guncangan bisa terjadi lebih hebat daripada gempa bumi. Prilly bakal di seret pulang, tidak di izinkan lagi sama mereka untuk keluar dari dua harimau.

Bagaimana bisa sesadis itu, Prilly yang nekat kabur dari rumah tanpa sepengetahuan dari Bang Irwan. Kabur karena tidak mau menikah sama juragan kakek-kakek kebun Pete.

Untung nya gue baik sama dia, karena dia sudah tolongi gue dari akhir ujian semester dulu. Prilly otaknya encer menurut gue. Cuma karena terlalu badgirl, labil, broken home. Keluarganya lebih memilih harta daripada Prilly sekolah tinggi-tinggi ujungnya mau di jual sama orang tuanya.

"Nita," panggilnya.

"Yup! Ada apa? Lo perlu sesuatu?" sahut gue, lalu tanya sama dia. Takutnya dia perlu sesuatu. Gue gak masuk kerja hari ini minta izin sama bos.

"Gue lapar. Ada makanan gak?" jawabnya.

"Lo mau makan apa?" tanya gue lagi. Sebenarnya ada. Tapi gak mungkin dia mau makan masakan gue yang paling hambar itu.

"Elo gak masak?" tanyanya balik.

"Ada, tapi ... gak enak. Hambar." jawabku ragu, "Hambar gimana. Ini enak kok," ucapnya, sejak kapan dia ada di sana.

"Memang enak?" tanyaku.

"Enak, cuma kurang asin." jawabnya.

"Oh..." cuma "Oh" saja yang gue keluari.

Gue segera matikan ponsel miliknya. Berisik lagu wali.

"Lo gak bosan dengan lagu wali berulang-ulang?" tanyaku

"Habis, gue kangen sama dia. Dia gak jawab teleponan gue. Gue ke bawa mimpi dia. Kalau misalkan kenyataan dia tinggali gue, gimana?" jawabnya sambil mengunyah nasi dan lauk di mulutnya.

"Nggak mungkin dia tinggali lo. Itu janin anaknya. Kalau dia sampai setega itu tinggali lo. Gue yakin dia bakal menyesal tega hamili lo dengan cara selingkuh yang paling menjijikkan." ucapku serasa emosi banget dah.

"Tapi, gue cinta sama dia. Walau dia selingkuh sama gay nya juga gak apa-apa. Awal mulanya semua dari gue yang mulai." katanya.

"Ya walaupun dari lo semua, tetap saja tidak boleh begitu dong. Lo itu istrinya Mas Lando. Mas Lando adalah suami lo. Lo harusnya sadar kalau Mas Lando punya kelainan jiwa aneh?!" jelasku. Emosi banget benar menurutku. Prilly kok jadi terlalu lembek begini.

"Iya, gue tahu dia suamiku. Tapi, kalau memang dia memilih sama jenisnya. Gue harus apa? Ceraikah?" tanyanya iming-iming lesu.

"Cerai sih, gak harus sampai cerai. Harusnya lo bicara baik-baik sama kekasih gay nya. Kalau memang lo cinta sama suami lo," jawabku. Apa yang gue jawab itu benar aneh.

****

Aliando Pov.

Kira-kira dia suka dengan warna ini gak ya. Hari ini aku sengaja cepat pulang, agar bisa jumpa sayangku.

"Sayang, aku pulang!!!" teriakku saat buka pintu apartemen.

Kok sepi ya, apa dia tidur. Aku buka kamarnya tidak ada siapa - siapa. Ke mana dirinya. Aku coba menelepon Nita.

"Halo, Nit. Prilly ada di sana?"

"Hais... Lo baru pulang. Bawa bini lo pulang. Dari semalam nangis saja. Awas lo nyakiti dia lagi. Sampai di kontrakkan gue. Gue mau bicara sama lo. Empat mata," jawab Nita di telepon.

"Ah ya. Oke, aku ke saja sekarang," ucapku

Aku segera pergi ke kontrakkan Nita. Memang Prilly mimpi apa. Apa dia sakit, jangan... Sakit karena janinnya.

Sampai di kontrakkan Nita, aku mengetuk pintu. Nita melipatkan tangannya di dada. Aku mencoba melihat kondisi istriku. Nita mendorongku keluar dari tempatnya. Maksudnya bagaimana ini. Ah ... dia mau bicara sesuatu.

"Dia mimpi apa? Apa janin bermasalah?" tanyaku.

"Lo sudah tahu, dia hamil?" tanyanya kembali.

"Iya. Kenapa?" jawabku bingung.

"Kalau lo sudah tahu dia hamil. Kenapa lo diam rahasiai sama Prilly. Dia heran sama tubuhnya. Dia cek alat kehamilan. Dia benar positif masa kandungannya sudah hampir sebulan. Dan lo malah pilih pergi bertugas. Dia senang hamil anak lo. Saat dia ingin kabari ke lo. Lo gak angkat telepon nya. Lo ke mana? sepuluh kali dia telepon. Dia kangen sama lo. Dia mimpi buruk, lo bakal tinggali dia. Siapa kekasih gay mu?" terang Nita sangat panjang menceritakan tentang Prilly padaku.

Aku kaget, Nita tahu aku punya hubungan dengan Andy. Apa dia yang menceritakannya. Dia menceritakan semuanya.

"Lo tidak perlu salahi dia. Dia istri lo. Gue tahu, dia juga salah telah lakui hal sama lo. Tapi, dia benar cinta sama lo. Lo menikahi dia karena apa? Kasihan sama dia karena permasalahan dia akan di nikahkan paksa dengan orang tuanya atau sebaliknya? Gue tanya sekali sama lo. Lo cinta gak sama dia," lanjut Nita berbicara menatapnya. Mendorong tubuhnya dengan satu telunjuk dari Nita.

Aku tidak bisa menjawab, apa aku benar cinta dengan dia atau kasihan. Tapi, dia hamil anakku itu juga karena ku terlalu bigsex sama dia. Aku juga cinta sama Andy. Segitu egois nya jika aku memilih keduanya. Segitu serakahnyakah.

"Gue kasih waktu lo satu hari berpikir. Apa lo benar mencintainya atau tidak. Kalau lo benar mencintainya, jagai dia. Lindungi dia. Jika malah sebaliknya lo tidak cinta sama dia lebih memilih kasihan. Gue minta lo tinggali dia. Biarkan dia bersama Jo," ucap Nita padaku.

Jo? Tidak! Aku tidak mungkin tinggali anakku bersama orang lain.

"Tidak, aku tidak izinkan dia bersama Jo. Dia hanya milikku," ucapku tegas. Aku menatap Nita.

"Kamu pasti ingin memisahkan aku darinya kan?!" tanyaku kembali.

"I-"

"Om..." terdengar suara memanggilku. Aku menoleh langsung, di sana Prilly. Gadis manisku bangundengan wajah rusuh. Dia menangiskah. Perutnya mulai terlihat.

Aku segera memeluknya. Tidak akan akan ku biar kan dirinya pergi dari ku. Tidak akan.

"O-Om... sesak," ucap Prilly pelan.

Aku melepaskannya, Nita yang di sana cuma bisa menggeleng kepalanya.

"Sudah, bawa dia pulang, dari tadi gue bosan dengar lagu wali band mulu. Ingat, gue kasih waktu untuk memikir. Ucapan gue gak main - main." Tegas Nita kembali masuk ke dalam rumah.

Prilly bingung menatapku saat Nita mengatakan sesuatu sulit di mengerti. Aku menciumnya lagi. Prilly malah mendorongku. Aku cengiran.

***

Sampai di apartemen, Prilly masuk ke dalam matanya terasa sangat mengantuk. Aliando menutup pintu apartemen. Melihat Prilly sempoyongan saking mengantuk matanya itu. Aliando dengan cepat menangkap tubuhnya yang hampir terbentur pintu kamarnya.

"Om..." sebutnya pelan.

"Sudah di bilang, jangan turun dulu. Nanti kalo kenapa - kenapa sama bayinya gimana?" tegur Aliando.

Denguran terdengar oleh Prilly di pelukan Aliando. Di angkat tubuh Prilly, Masuk ke dalam dibaringkannya. Akan pergi ujung bajunya tertarik, di lihatkan ternyata Prilly mengeratkan bajunya. Aliando perlahan melepaskannya.

Di masukan tangan ke dalam selimut, tidak lupa mengecupkan keningnya.

"Selamat tidur, gadis manisku." ucapnya pelan.

Aliando pun keluar dari kamarnya. Kembali masuk ke dalam kamar miliknya. Hadiah dari Aliando belum sempat di berikan pada Prilly.

Mungkin besok di berikan.

Pada malam harinya, pukul sebelas malam, terdengar suara kresek - kresek dari dapur. Aliando bangun untuk mengecek nya. Tengah malam apa ada maling masuk.

Karena gelap, jadi Aliando perlahan buka kamarnya. Terdengar lagi suara kresek-kresek.

Dibuka saklar lampu dengan ruangan tamu. Lampu kedip-kedip, muncul sosok orang di sana. Lampu terang, di sana Prilly sedang memakan sesuatu di atas meja.

Aliando merasa lega, di dekatinya langsung ke dapur. Dilihat apa yang dia makan. Sereal di campur susu.

"Kamu lapar?" tanya Aliando mencoba mendekatinya.

"Hmm" dehemnya.

"Kenapa gak banguni aku, kalau kamu lapar. Bagaimana kamu ambil sereal itu? Jangan bilang kamu naik pakai kursi lagi," ucap Aliando lalu bertanya langsung.

Bisa ia tebak, karena sereal yang dia beli kemarin sebelum pergi bertugas. Ia sengaja taruh paling tinggi agar dia tidak terlihat.

Dia diam tidak menjawab, Aliando tidak mungkin memarahinya, gadisnya sedang hamil dan labil. Jadi biarkan dia makan sesukanya. Aliando pun merasa lapar juga melihat dia begitu enak dan lahap.

Aliando mencoba mengambil sereal itu, tapi malah di tatap tajam siluet sama Prilly. Aliando menarik kembali tangannya tidak niat merebut. Aliando membuka kulkas ada beberapa sayuran di keluarin kemudian Aliando mulai memasak. Prilly yang sudah habis dengan sereal nya. Tercium aroma masakan dari Aliando.

Selesai, Aliando pun meletakan di atas meja untuk siap di santap. Prilly dengan memasukan sendoknya menatap terus Aliando untuk siap menyuap ke mulutnya. Aliando sepertinya tersadar kalau gadis manisnya memperhatikan dirinya sendiri.

"Kamu mau?" tawar Aliando. Wajah Prilly cerah langsung di tariknya piring dari Aliando.

Aliando senyum senang bisa melihat betapa lahannya si gadis manisnya. Detak jantungnya kembali berdebar. Setelah habis nasi goreng buatan Aliando. Prilly merasakan kenyang sekali. Aliando merasa ingin ketawa melihat Prilly makan sangat belepotan. Nasi goreng ada di mana-mana.

Tiba saja Aliando mengecupkan sudut bibirnya untuk mengambil butiran nasi sisa itu. Prilly terkejut. Di lihat nya Aliando yang mesum itu.

"Makan pun bisa belepotan. Bagaimana nanti anakku, jadi jelek nantinya." ucap Aliando memegang perut yang mulai terlihat membuncit.

"Om... sudah tahu, aku hamil?" tanya Prilly tiba-tiba.

"Sudah, waktu bawa kamu ke rumah sakit. Maaf ya, Om rahasiai," jawabnya kemudian merasa bersalah menutupi pada gadisnya.

"Kenapa Om tutupi kalau aku benar hamil?"

"Karena, aku ingin tahu betapa labilnya dirimu."

"Om... cinta gak sama aku?"

Aliando terdiam tidak bisa menjawab.

"Om, masih berhubungan sama kekasih gay?"

"Kekasih gay, Om. Siapa sih?"

"Om... kok diam saja. Om, cinta aku gak?" desak Prilly mengguncangkan tangan Aliando

"Gue kasih waktu lo satu hari untuk berpikir. Lo cinta sama dia atau gak. Kalau lo benar cinta sama dia, jaga dia, lindungi dia, jika lo tidak cinta sama dia. Lebih baik dia bersama Jo."

Kata-kata itu teringat dari Nita, Aliando sulit untuk menjawab. Satu lagi waktu yang sangat singkat. Jika ia tidak cinta sama gadisnya. Ia akan pisah bersama anak yang ada di rahim Prilly.