Aliando Pov
Ohh ... tidak ... tidak ... tidak ... Berikan aku kesempatan untuk berpikir. Jangan hanya satu hari aku sulit memberi jawaban yang sangat sulit di lewati. Semoga aku benar-benar bisa mencintainya, iya, pasti bisa.
Terdengar suara jatuh, aku segera keluar dari kamarku, di sana Prilly terduduk di lantai karena lantai licin. Aku sangat khawatir segera membantunya bangun. Wajahnya terlihat pucat, jangan bilang anakku di dalam tidak kenapa-kenapa.
"Mana yang sakit. Cepat bilang, ada yang sakit? Aku telepon dokter Isabella dulu?" tanyaku cemas, aku keluarkan ponsel di kantong celanaku segera aku telepon sahabat baikku.
"Kamu bisa datang ke apartemen ku. Istriku jatuh. Ya. Aku tunggu," kataku, kembali ku tutup telepon.
Aku menatap wajahnya. Kenapa dia diam, ada apa. Aku paling benci di tanya, malah memilih diam.
"Hei! Semua akan baik-baik saja." ucapku lembut.
Tak lama kemudian sebuah bel berbunyi di apartemen ku, segera aku buka di sana Isabella sudah berdiri di depan pintu. Isabella segera masuk ke dalam dan menyuruh Prilly berbaring. Tatapannya kosong. Aku benar khawatir. Mudah-mudahan dia tidak kenapa-kenapa dan juga calon bayi di kandungannya.
Setelah lama memeriksa, Isabella keluar dari kamarnya, pasti aku ingin mengetahui hasil pemeriksaannya.
"Bagaimana keadaannya, dia baik saja, dan juga anakku?" Bagaimana bisa aku khawatir dan cemas begini.
"Kamu tenang dulu, dia baik-baik saja. Hanya terbentur tidak terlalu keras. Janinnya kuat dan sehat. Tidak terjadi buruk pada kehamilannya. Kalau bisa untuk tidak berikan dirinya sendirian di kamar. Kondisi usia kandungan masih rawan. Walaupun dia sedikit shock," jelas Isabella memberitahukan ku. Aku lega. Aku senang.
Aku antarkan Isabella sampai di depan pintu, Isabella senyum dan kemudian kembali ke tempatnya. Aku segera masuk ke kamarnya. Bisa aku lihat wajah tenang dalam tidurnya. Aku berjongkok menatapnya. Sungguh, tidak kuasa jika aku kehilangan anak di dalam rahimnya.
"Maafkan aku, beri aku kesempatan untuk mencoba mencintaimu. Menyayangimu. Jangan pernah tinggali aku. Jangan pernah berpisah denganku. Kamu adalah jiwa dan ragaku. Walau hubungan kita sebatas dunia sex. Tapi, aku yakin. Aku bisa membahagiakanmu," ucapku pelan kemudian ku kecupkan keningnya.
Ku sentuh bibir manisnya yang selalu aku berikan rasa sensasi manis. Terasa rindu.
"Om..."
"Kamu terbangun. Maaf, membuatmu terbangun," ucapku lembut. .
"Om... aku ingin tidur bareng sama Om. Boleh?" katanya.
"Baiklah," jawabku. Aku naik di atas ranjangnya. kemudian masuk ke selimutnya. Aku memeluknya seperti aku memeluk guling. Ternyata begitu hangat saat memeluknya.
"Om ... kalau misalkan aku dan calon anakku pergi meninggalkan Om. Om apa akan membiarkannya?" tanya Prilly secara tiba - tiba.
Aku mengiba, dia pastikan mengatakan itu. Aku tentu tidak rela membuatnya pergi. Aku sayang sama mereka berdua. Apa aku sudah mulai jatuh cinta padanya.
"Tidak akan, biarkan kamu dan calon anakku pergi. Karena kamu adalah jiwa dan ragaku saat duniaku hancur," jawabku memeluknya erat.
"Bagaimana dengan kekasih Om. Apa dia tidak keberatan jika dia tahu hubungan Om sudah menikah?"
"Aku tidak peduli, asal istriku ada di sisiku dan anakku juga. Jangan pernah tinggalkan aku. Aku mencintaimu, bukan sebatas sex. Tapi, mencintai istri dan calon anakku," kataku menatap mata maniknya begitu indah.
"Om, benar mencintaiku?" tanyanya lagi.
"Iya, aku mencintaimu. Masih kurang aku mencintaimu sehingga kamu jatuh terdiam tanpa menjawab mana yang sakit. Kamu benar keras kepala. Kenapa aku bisa ketemu wanita seperti mu. Yang labil, nyebelin!" Cecar ku. mencubit hidung mungil merah itu.
"Sakit Om,"
"Kamu kedinginan. Sini aku peluk. Jangan pernah lepas, kalau aku meminta. Ok," pintaku.
Prilly memelukku begitu erat. Jika bisa ini selamanya. Aku tidak akan sia-sia kan lagi. Untuk masalah Andy akan aku selesaikan secara jantan.
****
Aliando melonggarkan pelukan pada Prilly, dilihatnya wajah begitu tenang tanpa beban. Merasakan betapa sangat bahagianya melihat wajah manis wanitanya.
Aliando turun dari ranjangnya perlahan, dia masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, dia melihat wanitanya masih terlelap tidur. Aliando membuat susu untuk Prilly ketika dia terbangun nanti.
Prilly mengerang di raba sebelahnya, Aliando tidak ada dia bangun. Aliando masuk ke kamar membawa susu hamil untuknya.
"Selamat pagi, gadis manisku," sambut Aliando penuh senyuman. Di berikan susu padanya. Dia malah menutup mulutnya. Aliando semakin berkerut kening.
"Kenapa? Ayo di minum," kata Aliando.
"Bawa pergi! Bau! Gak suka!" pekik Prilly tiba. Langsung turun dari tempat tidurnya berlari masuk ke kamar memuntahkan isian di perutnya.
Aliando yang melihatnya pun segera menyusul menekan lehernya agar lebih baik.
"Mas, jangan berikan susu vanila untukku. Aku tidak tahan baunya," tegur Prilly. Aliando tidak peka tadi sebutannya "Mas" bukan "Om"
"Tadi kamu sebutin aku apa?" tanya lagi Aliando menyuruh Prilly mengulang tiga huruf itu.
"Mas!" ulangnya. Dua bola mata Aliando membulat.
"Mas??" mangutnya cepat-cepat iming-iming wajahnya gemas banget.
"Sudah lebih baik. Tapi, kamu harus minum susu. Kalau gak minum, gizi di perut kamu berkurang. Kamu mau anak kita tinggal tulang mengulang saja seperti kayu rapuh?" Katanya menasihati Prilly.
Duduk di sana. Aliando membawa susu untuknya. Prilly sudah menolak beberapa kali, tetap di paksa sama Aliando. Ujungnya Prilly menyerah juga. Di tahannya minuman susu vanila itu. Rasanya benar sangatlah bau sekali.
Setelah habis, Prilly bangkit dari duduknya, kembali memuntahkan susu itu. Tidak sampai semua sebagian saja.
"Mas, masak ayam goreng, nasi goreng seafood, buat kue cubit, sama brownis ya." ucap Prilly permintaannya sangatlah aneh.
"Se-semuanya?" kejutnya, "Kita beli diluar saja ya," bujuk Aliando. Prilly memanyumkan mulutnya. Bersiap menangis.
"Gak mau?! Mas yang buatin!" rengek Prilly.
"Oke, Oke, Oke. Mas buati. Tapi kamu tunggu ya," ucapnya, Prilly senyum lebar.
Prilly duduk di meja makan menunggu suaminya memasak semua permintaan darinya. Melihat tingkah Aliando saat memasak, membuat wajah Prilly ingin tertawa. Serasa bagaimana melihat orang yang disayanginya kerepotan dengan wajan dan kompor.
"Mas, goreng ayamnya dulu, baru nasi goreng." perintah Prilly. Aliando menuruti saja demi sang buah hati.
Dua masakan telah selesai, kemudian membuat kue cubit dan Brownies. Prilly lebih menikmati dengan makanan di mejanya.
"Enak!" batinnya.
Aliando memperhatikan Prilly makan begitu lahap. Apa tidak makin gembul dua pipinya. Satu porsi nasi goreng seafood sama dua potong ayam goreng. Belum lagi kue cubit sama Brownis. Asal dia sehat saja sudah menurut Aliando. Bisa melihat gadisnya begitu lahap. Aliando membersihkan pipinya Prilly penuh dengan minyak nasi goreng dan ayamnya.
"Mas, kuenya gosong!" seru Prilly membuat Aliando mematikan kompornya. Benar gosong hitam.
Prilly melihatnya maju ke depan dua bibirnya. Tapi, Prilly tidak peduli. Dia tetap memakannya. Namun, di tepis oleh Aliando.
"Gak boleh makan, gak baik untuk kandungan kalau makanan gosong. Nanti anakku bisa jadi arang. Hitam," ucapnya pada Prilly
"Memang bisa ya?" Prilly bertanya.
"Bisa dong, kalau kamu asik makan yang gosong, kamu mau anakmu kayak arang, gagak hitam," balas Aliando mencoba menipunya. Agar ia tidak di suruh buat lagi.
"Gak mau deh. Jadi gimana dong. Kan aku pengen makan," rajuk Prilly.
"Kita beli di kaki lima saja, mungkin banyak di sana, kamu bisa makan sepuasnya. Mas temani kamu." Prilly tentu senang dong.
Setelah itu, mereka pun pergi keluar mencari makanan di kaki lima. Ya semoga saja banyak yang jual. seperti permintaan Prilly. Sampai di salah satu taman. Aliando memarkirkan mobilnya. Prilly turun tentu di temani oleh Aliando. Aliando mengenggam tangannya agar tidak terjatuh. Saat melihat - lihat, Prilly melihat cemilan yang begitu menggiurkan. Aliando yang lihat iming wajahnya. Dia pun mampir ke penjualnya. Setelah beli. Mereka makan sambil jalan. Kata Prilly jalan jalan santai kandungan sehat.
"Lando!"
****
Suara teriakan memanggil nama Aliando, Aliando dan Prilly menoleh langsung, menatap sosok pria tubuh tinggi, putih rambut pirang. Berjalan melangkah menghampiri mereka berdua.
Aliando tentu mengenalinya siapa lagi, Andy. Kekasih gay Aliando. Prilly yang mengunyah makanan camilan di dalam mulut. Menatap pria itu mulai mendekat dan langsung memeluk tubuh Aliando, tidak lupa menciumnya di depan mata Prilly langsung. Ciuman bibir. Prilly terbelalak dan mulut terbuka lebar apa yang dia lihat itu membuatnya sulit percaya. Aliando mencoba melepaskan ciuman tepat di depan umum lagi.
"Aku kangen sama kamu," ucapnya lebay.
Prilly masih belum sadar adengan yang dia lihat tadi. Aliando menatap Prilly. Di Tepuk bahunya, Prilly tersadar dalam lamunannya.
"Hai, adik kecil. Kenalkan, Andy. Kekasih nya Lando," sambut Andy mengulurkan tangan di depan Prilly. Prilly melirik tatapan pada Aliando di sebelahnya.
Aliando diam tidak berkutik, dengan tatapan Prilly sangat jelas, kalau Prilly akan marah. Di balas sambutan tangan dari Pria menjijikkan itu. Sepertinya Prilly ingin mengeluarkan isi perut. Prilly menyodorkan makanan di depan dada Aliando. Prilly berlari memuntahkan isian di perutnya itu. Camilan yang baru masuk ke dalam perut, harus keluar semua tanpa ampun.
Sekarang cemilan Prilly berpindah ke tangan Andy. Andy kebingungan dengan sikap Aliando. Aliando tidak peduli dengan Andy sekarang. Lebih penting adalah Prilly.
"Sayang, kamu gak apa-apa kan?" Di usap pundak Prilly. Prilly menangis. Aliando kebingungan. Kenapa Prilly tiba menangis.
"Hei! Ada apa? Kenapa dengan adikmu?" kepo Andy.
Prilly selesai mengeluarkan semua isian, sekarang dia menatap Andy seperti ingin memakannya.
****
Sekarang mereka berada di salah satu restoran terdekat. Prilly duduk sendiri tatapannya tajam, di hadapannya ada Andy dan Aliando. Sepertinya mereka berdua sedang di interogasi oleh Prilly. Prilly melipat kedua tangan di depan dada.
"Mas, sekarang ceritakan semua padanya. Hubungan kita. Mas, sudah janji akan menuntaskan padanya 'kan?" Prilly mulai bersuara.
Andy masih bingung, menoleh ke samping melihat Aliando.
"Maksudnya hubungan apa, baby?" tanya Andy penasaran. Prilly menahan mualnya.
"Baby, kepala lo. Bangsat!" teriak Prilly dalam hati.
"Aku ingin menjelaskan padamu, aku dan dia sudah resmi menikah dan dia sedang hamil anakku. Dia sekarang adalah istriku. Aku ingin mengakhiri hubungan kita sampai di sini," jelas Aliando pada Andy. Andy menatapnya tidak percaya, di tatap nya arah Prilly. Prilly menatapnya tajam.
"Are you crazy?" maki Andy.
"Ya, aku gila. Tapi, aku ingin normal, mencintai istriku. Mencintai lawan jenis. Kita hanya berhubungan cuma nafsu sesaat. Aku harap bisa mengerti posisi aku. Aku tidak bisa meninggalkan istriku. Kamu bisa mencintai lawan jenis," ucap Aliando meyakinkan.
Andy berdiri dari duduknya, dia memaki, membentak Aliando dengan kata kasar. Yang pasti Prilly merasa tenang tidak ada lagi yang mengganggu hubungannya.
"Sekarang kamu sudah puas? Aku di maki sama dia, di caci sama dia. Sudah puas?" sekarang gantian Aliando memarahi Prilly.
"Belum, sekarang pesan makanan. Aku lapar. Makanan yang aku makan sudah di muntahkan," ucap Prilly datar.
"Di rumah saja ya." Aliando sudah berpindah duduk. mengelus perut Prilly yang belum terlihat.
"Dia pasti benci sama aku. Sudah memisahkan mas sama dia," katanya pelan.
"Tidak akan, dia benci itu bukan kamu. Tapi, aku, yang mulai aku. Bukan kamu," ucapnya.