Chereads / Jodoh Tak Pernah Salah / Chapter 4 - Part 1 - Rencana Pernikahan

Chapter 4 - Part 1 - Rencana Pernikahan

Bara tak suka dengan ide kedua orang tuanya yang menikahkannya.Jika tak ingin menyembunyikan orientasi seksualnya yang menyimpang mungkin ia akan berduel dengan sang ayah karena mengatur hidupnya.

Ia sudah tak muda lagi.Usia sudah 35 tahun.Ia bebas menentukan masa depannya.Tidak perlu dibayangi oleh kedua orang tuanya.

Bara datang ke posko pemenangannya. Sekretaris cantiknya segera menyambut kedatangannya. Seperti biasa Dian menyambutnya dengan senyum genit. Dian tahu jika Bara seorang gay.Makanya Dian suka mengusili Bara.

" Dian saya tunggu diruangan," ucap Bara berlalu menuju ruangannya.

Tak lama kemudian Dian menyusul Bara ke dalam ruangannya.

" Ya bos.Ada yang bisa dibanting?" canda Dian menggoda Bara.

Dian tahu bosnya tak akan tergoda karena bosnya hanya horny melihat lelaki tampan dan bersih.

" Ya.Kamu yang mau saya banting," jawab Bara datar membalas godaan Dian.

" Sebelum bos banting saya akan cipok bos duluan."

" Saya tak akan tergoda dengan rayuanmu Dian.Saya mau bicara serius sama kamu.Gimana perkembangan perhitungan suara saya?"

" Bos bersaing ketat dengan Dito dari partai bulan merah.Suara bos dan dia saling nyelip.Tapi di daerah Padang Timur dan Padang Selatan bos menang telak."

" Menurut kamu apa suara saya akan sampai menuju DPR?"

" Feeling saya bos menang.Soalnya para pesaing bos jauh tertinggal kecuali si Dito itu."

" Jika saya lolos ke DPR saya akan bawa kamu menjadi sekretaris merangkap asisten saya."

" Kenapa begitu bos? Nanti kantor gimana bos?"

" Sambil menyelam minum air."

" Bukannya nanti bos akan punya sekretaris sendiri?"

" Saya tidak percaya dengan orang lain.Saya hanya percaya denganmu.Walau kamu sekretaris yang ganjen tapi saya mengandalkanmu," ucap Bara datar tanpa ekspresi.

" Bos memuji  atau menghina ?" tanya Dian mendekatkan tubuhnya dengan Bara.

Dian mengambil posisi duduk di meja sementara Bara di kursi.Posisi kaki Dian mengangkang.Jika Bara lelaki normal mungkin ia akan memakan Dian saat ini juga.

Entah karena Bara gay atau bukan Dian sangat berani menggoda bosnya itu.

" Dian tolong jaga sikap kamu."

" Kalo tidak mau bagaimana bos?" ucap Dian sensual di telinga Bara.

Dian selalu menggoda Bara supaya lelaki itu kembali ke kodratnya menyukai lelaki.Sayang sekali lelaki setampan dan segagah Bara harus menjadi gay.Dian miris sendiri melihat bos tampannya harus takluk di tangan laki-laki.

" Percuma kamu menggoda saya Dian.Kamu tak akan pernah berhasil.Jangan buang-buang energimu untuk menjadikan saya straight. Bukankah sudah lima tahun kamu melakukan buktinya saya tidak tergoda untuk menyentuhmu."

Dian tertawa terbahak-bahak.Memang benar apa yang diucapkan Bara.Dian sudah mencoba menggoda Bara namun bosnya tak pernah menggubrisnya.

Sebenarnya dulu Dian menaruh hati pada Bara.Namun cintanya sedikit demi sedikit terkikis untuk Bara karena lelaki itu memang sangat sulit disembuhkan.

Ketika mengetahui bosnya seorang gay ia menjadi jijik sendiri.Menggoda Bara hanyalah perbuatan iseng semata.Lagian apa yang ia lakukan tidak akan mengubah perilaku menyimpang Bara.

" Saya tahu bos.Kepala saya pusing jika tidak menggoda Bos."

" Dasar ganjen."

" Saya hanya ganjen dengan bos."

" Jangan bercanda.Duduk di sofa saya akan bicara serius denganmu! "

Dian mengikuti Bara duduk di sofa.

" Bagaimana izin proyek baru kita?"

" Suratnya dalam pembuatan bos.Menunggu dibuatkan."

" Kenapa lama sekali? Kamu tidak memakai pelicin? Ingat jika berurusan dengan instansi pemerintahan kamu harus rajin menyiram mereka dengan uang  agar semuanya lancar."

" Sudah dilaksanakan bos.Bersabarlah bos.Jangan marah-marah.Sepertinya mood bos sedang buruk.Apa yang terjadi bos?"

Bara bersedekap.Ia memijit kepalanya yang kebetulan sakit.Masalah perjodohannya membuatnya murka dan marah pada orang tuanya.

Dian menyentuh pundak Bara dengan lembut.

" Tell me Why bos?"

Bara mengangkat sebelah alisnya.Lelaki itu seakan ragu menceritakan masalahnya.

" Bos jangan ragu menceritakannya pada saya.Bukankah saya tahu semua masalah bos?"

"  Buatkan saya kopi.Baru saya cerita."

Dian melangkah ke pantry membuat kopi.Tak lama kemudian Dian kembali membawa nampan berisi kopi dan  toples cemilan arai pinang dan dakak-dakak.

Arai pinang dan dakak-dakak adalah makanan tradisional dari Sumatera Barat.Bentuknya biasa namun soal rasa jangan diragukan.Sekali makan membuat kita ketagihan untuk memakannya.

Dian menyajikan kopi dan cemilan di meja. Bara menyeruput kopinya sesendok demi sesendok.Kopinya masih terlalu panas untuk diminum takut lidahnya melepuh.Ia tak lupa mengemil arai pinang dan dakak-dakak kesukaannya.

Dian tahu bagaimana melayani seorang Aldebaran.Apa yang Bara suka dan apa yang tidak.Pernah mama Bara mengira jika Bara dan Dian sepasang kekasih.

Jika itu benar mama dan papa Bara akan merestui hubungan mereka namun semua hanya tinggal harapan.Bara dan Dian hanya sekedar bos anak buah.Mereka terlanjur mengklarifikasi hubungan mereka kepada orang tua Bara.

" Apa merasa lebih baik bos? " Dian bersedekap menatap wajah ganteng Bara.Andai bos gantengnya ini lelaki straight....

" Lumayan.Saya lagi banyak pikiran.Saya habis berteng...,"

" Habis apa bos?" potong Dian penasaran.

" Saya bertengkar dengan kedua orang tua saya."

" Kok bisa bos?" mata Dian membulat tak percaya seorang Aldebaran bisa menjadi anak durhaka.

Sebejat-bejatnya Bara yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya ia tak akan berani beradu argumen dengan kedua orang tuanya.

" Kenapa bos bisa menjadi seorang malin kundang?" celetuk Dian menggoda Bara.

" Saya menyesal Dian."

" Menyesal buat apa bos?" mulut Dian melongo menunggu cerita dari Bara.

" Menyesal tidak menerima ajakan kamu menikah demi menutupi orientasi seks saya.Sekarang saya di jodohkan oleh papa dan mama saya," ucap Bara tertunduk lesu.

" A-APA?" Dian tak dapat menyembunyikan kekagetannya.Hatinya serasa diremas mendengar ucapan Bara.Muncul rasa cemburu di dalam hatinya namun buru-buru Dian menyembunyikan kekagetannya.

" Bos sich tak pernah dengar saya.Andai mau menikah dengan saya bos tak akan khawatir jika istri bos tahu jika bos seorang gay."

" Makanya saya menyesal sekarang tidak mendengarkan ide kamu.Jika kita berdua menikah kejadiannya tak akan seperti ini."

" Penyesalan selalu datang di akhir bos.Jika diawal pendaftaran namanya. Lalu bagaimana selanjutnya bos?"

" Mau tidak mau saya harus menyetujui pernikahan ini karena papa saya sudah curiga dengan saya.Tadi papa sudah menuduhku seorang gay.Jika saya menolaknya maka papa akan semakin mencurigai saya.Kamu tahu siapa papa saya Dian.Sifat keras dan ambisius saya menurun dari beliau."

" Bagaimana jika saya menemui wanita yang akan dijodohkan dengan bos ? Saya akan mengaku sebagai kekasih bos bagaimana?" Dian mengangkat sebelah alisnya.Ia terlihat antusias membatalkan rencana perjodohan Bara.

" Percuma juga Dian.Wanita itu juga dipaksa oleh kedua orang tuanya untuk menerima perjodohan ini.Dia pasti akan melemparkan balik bola ke saya untuk membatalkan pernikahan ini dan saya tidak mampu melakukan semua itu.Pernikahan di Minangkabau ribet tak seperti daerah lain.Jika kedua belah pihak sudah sepakat berbesanan maka pernikahan ini tak bisa batal.Pernikahan ini tak hanya melibatkan calon pengantin tapi melibatkan kedua belah pihak keluarga. Jika ninik mamak sudah ambil bagian maka pernikahan ini sulit untuk dibatalkan.Sangsi adat dalam pembatalan perjodohan yang telah di sepakati kedua keluarga calon pengantin tidak main-main Dian."

Ninik mamak adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang telah dituakan dan untuk tempat bermusyawarah.Setiap keluarga di Minangkabau pasti memiliki ninik mamak baik dari pihak ibu atau pihak ayah.

Dian manggut-manggut mendengar penjelasan dari Bara. Jujur saja ia tidak mengerti adat pernikahan di Padang karena ia sendiri orang Bandung.

" Saya perintahkan kamu cari tahu siapa calon istri saya dan bagaimana orangnya!" titah Bara melempar sebuah amplop coklat ke atas meja.Dalam amplop itu ada data diri Fadila Elvarette, calon istri Bara.

" Baik bos," jawab Dian singkat tanpa bantahan.Sekretaris cantik itu segera mengambil amplop yang dilempar Bara dan membukanya.