"Sejak kapan kau menjadi seorang gay?"
Dengan keberanian yang ada Monika menanyakan hal membuatnya penasaran.
Meski dengan volume kecil tapi masih bisa di dengar jelas oleh Alfando.
Keduanya saling bertatapan.
"Sejak SMP, Aku dan seniorku mandi bersama setelah latihan basket, selama mandi bersama kami berdua saling mengusap punggung dan bokong masing-masing. tak sengaja kami terpeleset ,aku menindihnya dan entah mengapa kami berdua merasakan sesuatu. kami berciuman lalu berakhir dengan seks kemudian setelah beberapa kali kami melakukannya secara diam-diam dia menembakku menjadi pacarnya dan kamipun berpacaran sembunyi-sembunyi."
Monika menelan ludah. "Sejak SMP hingga SMA aku bersekolah khusus laki-laki, Dia adalah seniorku saat itu aku kelas 2 SMP dan dia 1 SMA. Kami berpacaran diam-diam hingga dia lulus kuliah."
Terlihat jelas pria itu terlihat kurang nyaman saat berbicara.
"Kami putus setelah dia mendapatkanku sedang bercinta dengan Radit di apartemenku saat malam hari, dia sengaja tak memberitahukan kedatanganya dari inggris untuk membuat kejutan tapi malah dia yang terkejut."
Seringaian terlukir pada sudut bibir Alfando.
Monika bisa merasakan sebuah penyesalan dari pria itu.
"Kau masih mencintainya?"
"Next Questions."
Pria ini bukan menjawab malah mengalihkan pembicaraan.
Monika merasa jengkel.
Dan Monika kembali dongkol karena merasa diabaikan.
***
Radit terkejut saat Sammy datang ke apartemennya tanpa memberitahu terlebih dahulu.
"Aku sedang tidak dalam mood baik, sebaiknya kau pulang." Radit memasang raut BT.
Sammy tersenyum. "Aku hanya ingin mengobrol, tidak apa-apakan?"
Beberapa saat pria itu menimbang-nimbang dan...
"Masuklah."
Radit mempersilakan Sammy duduk, pergi ke dapur mengambil softdrink.
Sammy langsung menaruh kamera tersembunyi di pojok sisi bersebrangan dengan tempatnya duduk, kamera tersebut ditutupi batal sofa.
"Aku dengar kau akan menikah dengan bosku,benarkah?"
"Iya, tapi harus bercerai dulu."
"Tapi sebelum kau menikah aku rasa hubungan kita masih oke untuk dilanjutkan,Benarkan?" Sammy mengedipan sebelah matanya, mengambil galeng softdrink ditangan Radit.
"Aku tidak bisa, lagipula kita tidak hubungan apapun selain *The Body fucker* kan hehehe."
Tanpa terduga Sammy membuka kaos dan celana jeansnya, hingga menyisahkan hotpan menonjolkan kejantanannya.
Memperlihatkan rangkaian sempurna tubuh atletis pria itu hasil olahan gym bertahun-tahun.
"Apa yang kau lakukan? Cepat pakai bajumu kembali!" bentak Radit.
Sammy malah tersenyum nakal sambil mengelus-ngelus miliknya. "Kau tidak merindukan ini."
"Pakai bajumu dan pergi!" Sammy berusaha sekuat tenaga menahan hasrat.
Ssssrreeettt...
Pria itu malah melepaskan hotpannya.
Sekarang Sammy sudah benar-benar bugil.
Menindih Radit, mencium paksa bibir pria itu meskipun Radit menolak.
"Aku merindukanmu." bisik Sammy, menjilati daun telinga Radit.
***
"Ada hal lain ingin kau tanyakan?"
Monika menganguk. "Mengenai orangtuamu, sejak kapan mereka meninggal dan apa penyebabnya?"
Tiba-tiba Alfando tertawa, Monika menjadi bingung. Harusnya bukan reaksi seperti itu yang diberikan oleh pria itu.
"Kedua orangtuaku masih hidup dan sehat, kenapa kau bisa berfikir begitu? Apa pernah aku bilang mereka sudah meninggal?!"
Lagi... Lagi Monika membuat pria itu marah.
Bahkan kedua sorot matanya memacarkan kemurkaan.
Perempuan ini menggelengkan kepala dengan lemas, "Maaf, aku kira kedua orangtuamu sudah.... Kau ingat saat kali pertama kita pindah ke apartemen? Waktu aku melihat foto kedua orangtuamu di dinding yang tengah menggendongmu saat kau masih balita, kau mengatakan bahwa kedua orangtuamu sudah tidak ada saat aku bertanya tentang mereka jadi aku berfikir bahwa.. Pokoknya aku minta maaf."
"Mom dan Dad bercerai saat aku SMP, mereka bertengkar hebat dan bahkan Mom menangis histeris sambil mengamuk seperti orang gila saat itu ."
Raut wajah Alfando berubah tegang sekaligus sedih, dia benci harus mengingat hal itu kembali.
"Jika itu membuatmu sedih kau tak perlu bercerita." Monika langsung memotong perkataan pria itu dengan bersikap panik.
Alfando menundukkan kepala cukup lama, Monika merasa jadi tak enak lalu mengelus punggung pria itu.
"Aku rasa sebaiknya kau tak perlu mengatakan apapun mengenai orangtuamu atau hal lain jika hal itu membuat kau merasa tak nyaman, Mari kita berbicara hal lain saja." Lanjut perkataan Monika menenangkan pria itu
Ssssrreeettt...
Tanpa terduga Alfando memeluk Monika erat, sangat erat menyebabkan perempuan itu merasa sesak.
Tapi tak bisa protes.
"Aku dan saudara kembarku membenci Dad."
Zeeeennngg...
"Saudara kembar." Beo Monika kembali terkejut dengan fakta tak terduga tersebut.
Tapi tak mau mempertanyakan hal itu sekarang.
"Dan setelah dia mengetahui bahwa aku seorang gay dia sangat kecewa ,marah dan sedih tapi tak pernah membongkar rahasiaku karena rasa sayangnya yang luar biasa kuat padaku." Kata Alfando lirih.
Pria itu melepaskan pelukannya, menyeringai.
Menatap Monika dalam-dalam.
"Aku dan kakaku membenci Dad karena dia seorang gay dan bertahun-tahun berselingkuh dibelakang Mom dengan pria-pria muda dan faktanya ternyata aku seperti si brengsek itu!"
Bbbbbbukkk...
Alfando memukul dasbor mobil penuh emosi.
Monika syok berat tak menyangka sama sekali akan fakta itu kemudian menelan ludah.
"Jadi ayahmu juga seorang gay."
Monika tak bisa berkata apapun bahkan dia mengucapkan kata-kata itu dengan terbata-bata saking terkejutnya.
selain menjerit dalam hati.
*Oh... My god!!! What the fuck !!!*