"Aku akan membunuhmu jika kau membocorkan apa yang telah kita lakukaan kepada Alfando ataupun orang lain,mengerti!!"
Radit mengacam Sammy untuk merahasiakan percintaan mereka yang tanpa sepengetahuan pria itu telah terekam dalam iPhone Sammy.
"Kau akan masuk penjara jika kau melakukan hal itu." kata Sammy bersikap santai lalu menyeringai.
"Aku tidak akan masuk penjara, karena aku akan menyewa pengacara terbaik." balas Radit cepat dengan enteng.
IPhone Sammy masih terus merekam dua pria tersebut.
Radit memakai pakaiannya kembali, begitu pula dengan Sammy.
"Jadi kita masih bisa bersenang-senang kan?" Tanya Sammy nada lembut memeluk Radit dari belakang, mengecup bibir pria itu.
"Tidak, ini kali terakhir kita bertemu." Tolak Radit tegas.
Melepaskan diri dari dekapan pria itu, meminta Sammy segera pergi.
"Baiklah aku pergi tapi aku ingin sekaleng cola dingin, aku merasa haus" Sammy melirik ke arah kulkas,mengelus leher memasang raut kehausan.
Radit langsung pergi ke dapur, Sammy mengambil iPhone-nya dengan cepat kemudian dimasukan ke dalam jaket.
Tetap bersikap santai.
"Terima kasih, jika kau membutuh seseorang hubungi aku." bisik Sammy menggoda, meremas bokong Radit.
Radit menyingkir tangan Sammy, "Aku rasa ini pertemuan terakhir kita dan aku akan mengirimkanmu uang banyak ke rekeningmu,ingat tutup mulutmu!"
"Baikaklah aku pergi, Semoga kau berubah pikiran dan bersedia melanjutkan hubungan kita diam-diam setidaknya sampai kau menikah. " Sammy tersenyum nakal.
Sammy mengedipkan sebelah mata dan pergi.
***
Menerima fakta bahwa ayah Alfando juga seorang gay.
Monika merasa takut anaknya kelak akan menjadi seperti ayah-nya.
Apakah LGBTQ bisa menurun pada keturunan?
Perempuan cantik ini melamun mempertanyakan hal tersebut dalam hati.
"Kenapa bengong?" Alfando terheran,kembali meminum bajigur.
Monika menelan ludah, Raut wajahnya terlihat khawatir. "Bagaimana jika anak kita seorang laki-laki lalu dia sepertimu?"
Pertanyaan Monika sukses membuat Alfando membisu beberapa saat.
Pria itu terlihat terkejut.
"Tidak!! aku berharap itu tidak akan terjadi, jadi jangan katakan hal itu!!"Bentak Alfando penuh emosi,meletakan gelas bajigur.
Jelas sekali Alfando memberikan penolakan secara terang-terangan.
Meskipun pada fakta-nya kemungkinan akan hal itu ada.
Toh dia sendiri telah mengalaminya sekarang.
"Aku hanya bertanya,kau tak perlu marah. Aku juga tidak mau itu terjadi tapi faktanya kau saja begitu! Wajarkan jika aku khawatir!"
Monika ikut emosi, Alfando menyadari bahwa dia terlalu menekan perempuan itu dan apa diucapkan oleh Monika adalah fakta.
"Kau benar." Alfando tertunduk lemas.
Pria itu meletakan kepalanya pada kemudi, sebelah tangannya pada menompang keningnya.
Tertunduk lesu.
Beberapa saat terjadi kebekuan diantara mereka.
10 menit berlalu....
Alfando akhirnya mengangkat kepala, menoleh pada Monika lalu menutup atap mobil kemudian menyalahkan mesin.
Pria itu mulai terlihat kusut.
"Aku rasa sebaiknya kita pulang, aku butuh istirahat.".
***
Mobil mewah Alfando memasuki kawasan Luxury Apartment.
Monika terkejut tak menyangka mereka akan pulang ke apartemen bukan rumah kakek-nenek.
"Kenapa kita pulang ke sini?" Kebingungan jelas terpatri pada wajah cantik perempuan tersebut.
Alfando melepas sabuk pengaman Monika, "Karena ini rumah kita,masuklah duluan. Nih key card-nya. aku akan menyusul nanti."
"Tapi kakek-nenek tahu akan hal ini? Apa mereka tidak marah?" kata Monika cepat.
" Tadi siang aku menelepon kakek meminta izin agar kita bisa kembali ke apartemen awalnya kakek menolak dan marah padaku tapi setelah aku mengatakan bahwa ini keinginanmu maka kakek mengabulkan."
"Kenapa kau mengkambing hitamkanku?! Nanti kakek akan menganggap bahwa aku tidak betah tinggal di sana dan akhirnya kakek-nenek tidak menyukaiku!!" protes Monika penuh emosi kali ini sudah bisa menahan diri.
Alfando tersenyum, "Mereka tidak akan membencimu, kau tak perlu takut. Masuklah dan rapihkan pakaian kita."
Memberikan tanda agar perempuan itu segera keluar dari mobil.
"Sejak kapan pakaian kita ada di apartemen?"
"Kau sungguh cerewet, apa perlu aku menciummu agar kau berhenti berbicara?" Alfando meletakan jempolnya pada bibir bawah Monika menatap kesal.
Monika memutar kedua bola matanya. "Baiklah, aku turun."
Saat membuka pintu tanpa terduga Alfando menarik teguk leher perempuan tersebut mencium bibir Monika, Monika terkejut dan memberontak tapi dia kalah kuat dari Alfando.
Mendorong dada bidang pria itu dengan kasar.
Raut wajah Monika terlihat sangat syok sekaligus marah.
"Kenapa kau menciumku?!"
Dengan penekanan disetiap kata perempuan cantik itu menatap Alfando dengan sorot kekesalan.
Alfando bingung harus menjawab apa?
Jujur dia sendiri tidak mengerti mengapa dia bisa melakukannya?
Alfando terdiam lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Dia tidak mau Monika mengetahui ekspresinya saat ini.
"Pergilah." perintah Alfando dengan nada tegas.
Seperti biasa pria itu memilih untuk diam,mengabaikan atau mengalihkan topik pembicaraan jika memang dia tak mau menjawab.
Kali ini Monika tidak mau mengikuti perintah pria itu.
Menggelengkan kepala.
"Aku tidak mau pergi sebelum kau menjawab! Bagaimana bisa kau menciumku bahkan meniduriku padahal kau sama sekali tidak memiliki ketertarikan seksual pada seorang perempuan manapun, Apa dimatamu aku ini bukan perempuan?apa aku ini mirip waria!!"
Alfando tertawa geli lalu mengalihkan pandangannya pada perempuan itu kembali,Monika menjadi heran.
"Apa ada yang lucu?!" Bentak Monika semakin kesal disertai mimik cemberut.
"Kau marah karena aku menciummu?"
"Kenapa kau menciumku?" Monika kembali bertanya.
"Karena aku mau." balas Alfando singkat.
Monika melotot, "Tapi kau kan gay atau jangan-jangan kau biseksual?"
Alfando mengkerutkan dahi, "Lantas kenapa?"
"Seharusnya gay tidak akan pernah bisa mencium ataupun tidur dengan perempuankan."
Mendengar pernyataan polos Monika membuat pria itu tertawa.
Menatap tajam perempuan cantik mendekatkan diri, sehingga jarak mereka sekitar 10 cm sekarang.
"Dengar baik-baik, kami bisa berciuman ataupun bercinta dengan lawan jenis meskipun sejujurnya hal tersebut membuat kami merasa tidak puas, tersiksa atau menderita karena rasanya tidak seenak saat kami melakukannya dengan sesama jenis."
Monika terkejut, menelan ludah dan sekarang dia mengerti mengapa pria itu masih bisa mencium bahkan Menyentuhnya.
"Asal kau tahu banyak dari kami yang bahkan dapat berpacaran ataupun menikah dengan perempuan tapi masih bisa berkencan dibelakang dengan sesama. Sekarang kau sudah mendapatkan jawaban mengapa aku bisa menciummu bahkan melakukan hal lebih dari itu, pergilah." pria itu menekan setiap kalimat, bahkan raut wajahnya terlihat kesal.
Monika benar-benar syok akan fakta ini.
"Aku pergi."
Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan oleh perempuan cantik itu,tentu saja dengan perasaan masih dongkol.
Setelah kepergian Monika..
Alfando memukul setir..
"Fuck !!! What's Wrong With Me?!!!"