v
Pagi pagi sekali Hye Seon sudah bangun. Setelah semuanya beres, ia pergi membantu Sun Ah yang sedang berkemas untuk pergi ke Incheon. Setelah menikah, seperti yang telah disepakati sebelumnya, Sun Ah akan tinggal bersama Wo Han di Incheon. Selain karena Park Wo Han bekerja di di sana, kepergiannya ke Incheon juga sebagai tanda rasa hormatnya pada sang suami.
Untuk sementara waktu mereka akan tinggal di apartemen Wo Han. Bibi dan paman tampak biasa saja melepas putri pertama mereka. Mereka justru semangat sekali mempersiapkan benda-benda yang harus Kang Sun Ah bawa dan juga memberikan segunung nasehat pada pasangan pengantin baru ini sebelum berangkat.
Hye Seon yang menyaksikannya jadi terharu. Ia tak bisa membayangkan berada di posisi Kang Sun Ah sekarang. Mendengarkan pesan orang tua sebelum berpisah dengan mereka setelah berpuluh-puluh tahun tinggal bersama. Hal seperti ini tak pernah menjadi sesuatu yang sederhana. Hyung Won juga ikut bersikap sentimentil. Ia serius membantu kakaknya berkemas.
"Nuna, semuanya sudah beres. Baju, barang-barang pribadimu dan..semuanya sudah beres.." Hyung Won memasukkan semua koper kedalam mobil Wo Han. Badannya berkeringat setelah sepanjang pagi ini mengemas barang-barang Sun Ah.
Sun Ah tersenyum lebar melihat adiknya tampak serius membantunya kali ini. Walau sering bertengkar, ia sebenarnya sangat sayang pada Hyung Won.
"Terima kasih..baru kali kau serius membantuku. Apa kau baru bersikap seperti ini setelah mau berpisah denganku?"
"Wah...apa yang kau bicarakan? Di mana semua kebaikan yang dulu pernah kulakukan padamu. Hilang begitu saja dari ingatanmu?" Tampak kesal, Hyung Won tak berhenti berdebat dengan kakaknya. Sun Ah nyengir saja mendengarnya, kalau ia timpali, mereka tak akan berhenti berdebat.
"Hyung Won, aku ingin menitipkan sesuatu padamu, tolong kau jaga dengan baik."
Muka Hyung Won terlihat seperti orang kebingungan. Ia tak mengerti maksud perkataan kakaknya. Paman dan bibi juga ingin tahu apa gerangan yang ingin Sun Ah titipkan. Senyum misterius Sun Ah tambah membuat Hyung Won semakin gusar. Ia tak suka dengan cara kakaknya mempermainkan moodnya.
"Hye Seon kemarilah..!" Hye Seon datang sambil membawa syal merah Sun Ah yang ia ambil dari lemari bajunya di lantai atas.
"Ini, jagalah dia dengan baik." Sun Ah membalikkan badan Hye Seon dan menghadapkannya pada Hyung Won. Hyung Won membelalakkan matanya kaget sedang Hye Seon bingung apa yang sebenarnya terjadi. Paman dan bibi yang sedari tadi ikut memperhatikan tertawa kecil. Sun Ah hebat juga membuat orang kaget.
"Nu..na?" kata kata Hyung Won mengambang. Ia tak bisa meneruskan kalimatnya.
"Aku titipkan dia padamu. Jagalah dia dengan baik. Kuharap selama aku tidak ada di sini, Hye Seon akan baik baik saja.Kau mau berjanji?"
"eonni apa yang kau lakukan,aku.. bisa menjaga diriku sendiri.! Aku bukan anak kecil!"
Hye Seon, yang baru sadar apa yang sebenarnya kedua orang ini bicarakan, mencoba menghindar. Sun Ah tetap meneruskan kalimatnya meminta Hyung Won untuk menjaganya.
"Sudahlah. Kau kan adik perempuanku. Aku khawatir selama aku tidak ada disini, kau akan kesulitan. Walau kau memang gadis tegar tapi bagiku kau masih saja butuh bantuan. Bagaimana Kang Hyung Won, apa kau bersedia?"
Cukup lama bagi Hyung Won untuk menjawab pertanyaan Sun Ah. Ia melihat Hye Seon dan bergantian melihat kakaknya. Bibirnya kelu untuk membuat jawaban "iya".
"Dia pasti mau, ayo berangkat!" suara Park Wo Han memecah ketegangan yang berlangsung beberapa menit ini. Ia datang dari belakang dan menepuk nepuk bahu Hyung Won.Tanpa disadari Hyung Won mengangguk saja. Hye Seon menjadi salah tingkah, tak tahu harus bereaksi apa. Ini gila.!
Sun Ah dan Park Wo Han akhirnya menumpahkan air mata ketika harus berpelukan dengan kedua orang tuanya, Hyung Won dan Hye Seon. Semua bersedih karena harus berpisah dengan orang orang baik ini untuk beberapa saat.
Paman dan bibi Kang menguatkan diri mereka untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan. Mereka mencoba melepas anak perempuan ini dengan nasehat yang baik dan senyuman. Park So Hwan berjanji akan menjaga istrinya dengan sebaik baiknya.Ia tak akan mengecewakan paman dan bibi.
Mobil sedan berwarna hitam Wo Han pun menderu meninggalkan halaman rumah keluarga Kang, dari dalam mobil, keduanya melambaikan tangan. Paman, bibi , Hyung Won dan Hye Seon berdiri berjajar melepas keduanya sampai di ujung jalan. Sampai mobil itu hilang dari pertigaan,mereka baru kembali.
Angin pagi musim gugur terasa dingin membawa bulir-bulir embun yang terasa sampai menembus kulit. Hyung Won berjalan lambat di belakang bersama Hye Seon sedang paman dan Bibi langsung bergegas ke dalam rumah untuk meneruskan kegiatan pagi mereka. Keduanya diam. Mereka berkutat dengan pikirannya masing-masing. Sun Ah telah membuat Hyung Won tak bisa berbuat banyak. Ia telah berjanji akan menjaga Hye Seon. Dari apa? Apapun itu semoga ia bisa menghadapinya.
"Mau kuantar ke kampus ?"
Hye Seon menoleh, ia melihat ekspresi wajah Hyung Won yang tersenyum padanya. Sangat...jantung Hye Seon berdetak merasakan kebahagiaan. Ia tak melihat wajah Woo Bin lagi ketika rasa ini datang..wajah Hyung Won jelas sekali di hadapanya. Ia mengangguk memberikan jawaban. Dan hari hari baru tanpa orang yang mereka sayangi pun harus terus berlanjut.
v
"Aku senang dengan foto yang kau kirimkan, pasti akan lebih senang jika aku bisa di sana saat itu. Tapi... apakah benar galeri tempatmu mengadakan pameran itu ada di Insadong? Lalu bagaimana tanggapan para pengunjungnya? Apakah kau banyak dapat tanggapan yang bagus atau malah sebaliknya? Dan, oh iya ..orang orang yang ada di foto itu adalah keluargamu yang ada di Seoul? wah kau pasti sangat senang sekali di sana karena bersama dengan orang orang hebat.."
So Jung nyerocos terus lewat telepon genggamnya. Sudah lima belas menit ia berbicara tanpa jeda mengomentari foto-foto yang Hye Seon kirimkan padanya beberapa minggu yang lalu. Hye Seon tak punya kesempatan untuk menyelanya. Gadis itu tampak sangat girang sekali mengetahui banyak orang yang sekarang berhubungan dengan Hye Seon.
"Apakah kau sudah selesai bicara!!?" Hye Seon tampak kesal. Ia agak berteriak pada telepon genggamnya. Seketika suara So Jung hilang.
"Maaf-maaf!. Aku terlalu bersemangat. Jangan marah ya?" rengek So Jung di ujung telepon. Hye Seon berhenti untuk duduk di bangku taman kampus. Ia melihat kesekitar.Taman kecil ini sepi, hanya ada beberapa mahasiswa seni musik yang sedang berlatih memainkan biola. Nadanya yang lembut sungguh enak didengar. Ia serasa berada di dunia lain yang penuh kedamaian.
"Hmm..yang mana anak keluarga Kang? Apa yang pakai kemeja putih?"
Hye Seon terdiam mencerna pertanyaan aneh yang dilontarkan So Jung. Untunglah, otaknya cepat bereaksi. Ia tahu apa maksud pertanyaan gadis itu. So Jung sedang membicarakan foto yang ia kirimkan.
"Bukan.. itu adalah pemilik galeri di mana aku mengadakan pameran lukis. D..ia..Dia adalah cucu kakek Kim pemilik kampus dimana aku belajar sekarang. Anak keluarga Kang yang memakai kemeja kotak kotak."
"Apa? wah kau beruntung sekali di kelilingi oleh orang-orang sehebat itu. Dia orangnya tampan dan kelihatannya sangat berwibawa sekali. sebentar, kau bilang bahwa anak keluarga Kang adalah laki-laki yang memakai kemeja kotak kotak. Bukankah di sampingnya ada seorang gadis yang yang memegang pergelangan tangannya?"
"Iya, dia adalah kekasihnya ."
"O..Oh ..pacar... dia sudah punya pacar? Ku..kira.."
So Jung diam untuk beberapa saat. Hye Seon pun tak berniat untuk memanggilnya. Perasaannya mendadak tidak enak membicarakan Hyung Won dan Na Ra.
"Kau ..tidak menyukainya kan?" hati hati So Jung menanyakan hal itu. Ia tahu Hye Seon paling tidak suka membagi cerita perasaannya pada orang lain. Entah kenapa tenggorokan Hye Seon terasa tersendat untuk bilang "tidak". Susah sekali mengeluarkan kata itu. Jantungnya mulai berdetak tak tentu dan bibirnya bergetar tak terkontrol.
"Hye Seon, apakah kau baik baik saja?"
Hye Seon masih saja terdiam. Ia bahkan seperti tidak sadar jika sedang berbicara dengan So Jung di telepon. Pikirannya melayang jauh. "Hye Seon, Hye Seon, apa kau mendengarkanku?"
"Iya! So Jung aku harus masuk kuliah. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan hari ini. Terima kasih sudah meneleponku, annyeong!"
Tanpa menunggu balasan So Jung, Hye Seon langsung saja menutup teleponnya. Ia tak mau lama terhanyut dalam perasaanya. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi dengan dirinya setiap membicarakan Hyung Won. Hye Seon tahu persis rasa apa itu, hanya saja ia tak mau menurutinya. Bukannya tidak siap untuk memulai mencintai orang lain lagi, hanya saja waktunya sangat tidak tepat. Ia tak mungkin menyukai laki-laki yang sudah menjadi kekasih orang lain.