Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 30 - Diantar

Chapter 30 - Diantar

Perlahan Hye Seon membuka matanya. Samar samar ia melihat langit-langit rumah berwarna putih yang asing sekali baginya. Ia kemudian melihat ke kanan dan ke kiri. Cat tembok ruangan ini berwarna putih dan semuanya tampak putih. Sepersekian detik ia merasa berada di dunia lain. Sempat terbersit pertanyaan apakah ia masih hidup atau sudah mati.

Ketika tangannya terantuk sesuatu ia sadar kalau sekarang ia ada di rumah sakit atau mungkin klinik.Tangan kanannya ditanami selang infus. Hye Seon panik, apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?

Hye Seon mengangkat tubuhnya untuk bangun namun entah kenapa sangat susah sekali.Beberapa kali ia mencoba untuk bangun selalu saja hanya ujung kaki dan tangannya yang bergerak.

"Hye Seon, kau sudah sadar? syukurlah.."

Hye Seon melihat kearah suara berasal. Hyung Won muncul di depannya dari bangku tunggu tak jauh dari tempatnya berbaring.

"Hyung Won ssi, bagaimana kau ada...apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku?"

"Jangan banyak bergerak. Kau tadi pingsan di jalan. Aku membawamu ke klinik ini. Dokter bilang kau kecapean makanya kau pingsan. Jangan banyak bergerak kau harus istirahat."

"Aku pingsan?"

Hye Seon sekali lagi mencoba untuk bangun. Hyung Won menahannya. Kondisi gadis ini masih sangat lemah sekali.

"Jangan bangun ,kau harus banyak istirahat."

"Bagaimana kau tiba-tiba ada di sana dan menolongku?"

"Ibu menyuruhku untuk mengantarkan makan siang padamu. Beberapa hari ini kau jarang sekali sarapan dengan kami jadi ia sangat khawatir jika terjadi apa-apa dengan dirimu."

Wajah pucat Hye Seon terlihat semakin pasi.

"Maaf.Aku seharusnya tak membuat bibi cemas. Akhir-akhir ini aku punya banyak sekali tugas dari kampus yang harus kuselesaikan. Jadi aku tidak sempat untuk makan bersama kalian."

"Tak apa apa. Ibu mengerti keadaanmu. Kau tak perlu terlalu cemas. Sekarang yang paling pneting adalah kau sehat. Kondisimu harus cepat pulih dan bisa mengerjakan tugas-tugas kampusmu lagi." Hyung Won terdengar seperti seorang kakak yang sedang menasehati adik bandelnya. Hye Seon sekarang tahu ia memang tak sendirian di Seoul. Keluarga Kang adalah keluarganya. Mereka selalu saja ada di saat ia membutuhkan pertolongan.

Air mata Hye Seon tiba-tiba mengalir. Hyung Won menjadi panik karenanya. Ia mencoba membuat Hye Seon tidak bersedih dan tak perlu memikirkan hal lain selain kesehatannya sekarang.

"Terima kasih banyak, Hyung Won ssi. Tanpa kalian di sisiku, bagaimana diriku bertahan di kota asing ini?Sekali lagi terima kasih."

Hye Seon masih bersikeras untuk bangun. Hyung Won tak lagi mencegahnya. Nampaknya gadis itu benar-benar ingin berterima kasih. Ia menunduk di depan Hyung Won sambil tak henti hentinya mengucapkan terima kasih. Hyung Won hanya terpaku diam melihat tingkah Hye Seon.

v

"Apa kau yakin tidak apa-apa?" Hyung Won sekali lagi bertanya pada Hye Seon sebelum ia menyalakan mesin mobilnya. Muka Hye Seon masih terlihat pucat. Ia sebenarnya belum pulih benar dari sakitnya.

"Aku sudah baikkan. Serius!"

Hyung Won tak bisa membantahnya lagi. Ia pun menuruti permintaan Hye Seon untuk mengantarnya ke rumah So Hwan. Malam ini tugas dari Pak Hwang harus selesai karena pagi-pagi papernya harus dikumpulkan.

Hye Seon berusaha sekuat mungkin untuk menyelesaikan tugas ini. Walaupun ini bukan pertarungan hidup matinya di kampus Kim, namun nilai 'D' bisa menjadi bencana baginya nanti.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah So Hwan, keduanya tak banyak bicara. Hye Seon lebih suka melihat pemandangan malam hari kota Seoul. Pikirannya melayang entah ke mana. Ia merasa agak takut. Ini adalah tugas terberat yang pernah ia terima dari kampus ini. Ia tak boleh gagal. Semuanya nanti akan sia sia jika ia gagal. Pengorbanan ayahnya, ibunya, keluarga Kang dan juga orang orang yang telah mendukungnya selama ini.

Sesekali Hyung Won melihat ke arah Hye Seon. Tentu saja ketika Hye Seon sedang tidak memperhatikannnya. Dalam hati ia ingin sekali membantunya dalam menyelesaikan tugas ini sehingga ia tak perlu pergi ke tempat So Hwan dalam keadaaan sakit seperti ini. Sayang, Hyung Won sama sekali tak memahami dunia seni rupa Hye Seon.

"Hye Seon, setelah lampu merah di depan, kita belok ke mana?"

"oh..."Hye Seon terhenyak dari lamunannya.

"Belok ke kiri kemudian lurus saja masuk ke komplek perumahan."

"Baiklah."

Hyung Won pun langsung tancap gas dan membawa mobilnya ke jalan yang dimaksud Hye Seon. Walau tak begitu familier, Hyung Won tahu kalau jalan yang mereka lewati ini adalah jalan menuju ke salah satu komplek perumahan mewah di Seoul.

Setelah sekitar lima belas menit mobil berjalan, terlihat jelas rumah-rumah besar berpagar tinggi yang berjajar rapi di kanan dan kiri jalan. Hye Seon mulai merapikan kertas dan buku yang ada di pangkuannya. Ia memasukkan semua benda-benda itu ke dalam tas ranselnya. Sepertinya rumah So Hwan tidak jauh lagi.

"Berhenti di situ!"

Hye Seon menunjuk ke sebuah rumah dengan pohon ginko yang tumbuh di samping pintu masuk. Gerbang rumah yang tinggi menutupi keadaan dalam rumah. Hyung Won bergumam dalam hati mengakui bahwa So Hwan bukanlah orang biasa.

"Terima kasih...sudah mengantarku."

" tak apa apa. Apa kau kujemput nanti?"

Hye Seon berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju. Ia pun bergegas turun dari mobil Hyung Won.

"Tunggu sebentar!" Hyung Won keluar dari mobilnya dan menghampiri Hye Seon.

"Ini"

Hyung Won melepaskan jaketnya dan menyerahkannya pada Hye Seon.

"Untuk apa?"

Hye Seon sedikit kebingungan menebak maksud Hyung Won.

"Kau masih sakit, dan..cuaca akhir-akhir ini juga kurang bersahabat. Pakailah jaket ini. Agak sedikit kebesaran tapi lumayan untuk menghangatkan tubuh."

Hye Seon melihat Hyung Won dengan pandangan gamang.ia...entahlah ..pikiranku campur aduk.

"Terima kasih. Aku akan mengembalikannya besok."

Hyung Won tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu buru-buru. Sampai bertemu nanti."

Hyung Won kembali ke dalam mobil dan langsung mengendarainya keluar komplek perumahan. Hye Seon belum beranjak sampai mobil Hyun Dai merah Hyung Won benar benar hilang dari pandangannya.

Semoga tak ada maksud lain atas perhatian kecil yang barusan Hye Seon terima. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam.