Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 35 - Dia Lebih Baik

Chapter 35 - Dia Lebih Baik

Hye Seon meminta Hyung Won untuk menemuinya di samping jembatan Bonpu [1]setelah ia pulang kerja. Ia berniat untuk mengembalikan jaket Hyung Won yang ia pakai ketika berkunjung ke rumah So Hwan. Meski kedengarannya aneh untuk bertemu dengan Hyung Won di luar rumah karena sebuah jaket, Hye Seon tetap saja tak bisa mencari alasan yang lebih baik. Ia tidak akan melakukan ide So Jung untuk menyatakan perasaannya pada Hyung Won. Ia hanya ingin tahu apakah Hyung Won juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

Kim Suk Ju tidak masuk kerja hari ini. Ibunya mendadak sakit dan harus dirawat di klinik. Karena bekerja sendirian, Hye Seon belum bisa pulang walau jam kerjanya sudah selesai. Ia harus mengerjakan tugas Suk Ju seperti menginput data penjualan buku dan administrasi lainnya.

Setelah semuanya selesai, Hye Seon langsung bergegas pergi ke halte bus dan menunggu bus yang menuju ke arah Bonpu. Beberapa kali ia melihat jam tangannya. Jika sampai ia telat, Hyung Won pasti sudah pergi atau pulang ke rumah.

Naas bagi Hye Seon, bus yang menuju ke arah Bonpu penuh dengan penumpang. Walau sangat ingin untuk menunggu bus yang lebih lengang, tapi karena ia hampir dan mungkin sudah telat, akhirnya ia naik saja. Badan kecil Hye Seon berdesakan dengan beberapa ahjussi berbadan besar yang berdiri di sekelilingnya. Ia berusaha untuk tidak terjepit dengan mencari tempat berdiri di pojok.

Setengah jam..

Bersediakah Hyung Won menunggunya jika ia datang telat setengah jam? Hye Seon cemas sekali. Ia mengambil jaket Hyung Won yang ia selipkan ke dalam tas ransel kecilnya. Ia akan memulai dengan memberikan jaket ini.

Sedikit menahan ngantuk Hye Seon akhirnya sadar kalau ia sudah sampai di tempat yang ia maksud. Jembatan Bonpu atau yang kebih dikenal dengan nama Rainbow Bridge ini adalah salah satu jembatan yang paling unik di seoul. Setiap dua puluh menit sekali, pipa-pipa yang dipasang di samping kanan dan kiri jembatan akan menyemburkan air mancur dengan jarak sekitar 43 meter secara horisontal. Air mancur ini menjadi pemandangan yang sangat mengagumkan ditambah dengan lampu warna warni yang memberikan efek cahaya yang sangat menawan.

Hye Seon langsung berlari ke arah taman yang terletak pas di samping jembatan. Beberapa pasang kekasih sedang berduaan disamping pagar pembatas sungai untuk menikmati indahnya sungai Han dan menunggu pertunjukan air mancur. Ini bukan pertama kalinya bagi Hye Seon datang ke tempat ini. Setiap sebulan sekali, Yu Mi sering mengajaknya bersantai di sini khususnya pada hari Sabtu. Gadis itu juga sangat mengagumi keindahan jembatan Bonpu.

Mata Hye Seon mencari sosok Hyung Won di setiap penjuru taman namun sepertinya tak ada orang berwajah familier yang Hye Seon tahu. Ia berlari lari kecil sambil berharap melihat Hyung Won di antara orang orang yang ada di situ.

"Mungkin dia sudah pergi. Aku telat tiga puluh menit. Bagaimana mungkin ia mau menungguku sampai selama itu?" Hye Seon mendesah pasrah.

Ia duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung ke arah jembatan. Air mancur yang keluar dari samping kanan kiri jembatan terlihat sangat mengagumkan. Baru kali ini Hye Seon benar-benar menikmati keindahan Bonpu. Ia tersenyum sendiri menyadari kebodohan dirinya. Mengharap Hyung Won mau bertemu dengan dirinya di tempat ini hanya untuk mengambil jaket. Bukankah ia bisa memberikan jaket itu dirumah?

"bodoh!" Hye Seon menepuk-nepuk kepalanya.

"Siapa yang bodoh?"

Segelas kopi hangat meluncur di depan wajahnya. Hye Seon kaget dan mendongak ke arah si pemberi. Senyum manisnya membuat kekhawatiran dan kecemasan di hatinya seketika musnah.

"Hyung Won ssi ."

"Aku mencari kopi sambil menunggumu di sini, kau baru datang?"

"Maaf, aku telat. Kim Suk Ju oppa tidak masuk hari ini jadi aku yang harus mengurus semuanya."

"Oh.." Hyung Won menganguk paham. Ia sama sekali tidak kesal karena sudah menunggu Hye Seon cukup lama.

"Ambillah!!"

Hye Seon pun menerima segelas kopi instan yang dibawa Hyung Won. Dalam cuaca yang cukup dingin seperti ini, kopi memang menjadi penghangat tubuh yang manjur. Mata Hye Seon seketika menjadi berbinar.

"Kenapa menyuruhku malam-malam datang ke sini? "

"Oh..." Hye Seon cepat-cepat mengeluarkan jaket Hyung Won dari dalam tas ranselnya. Ia menyerahkan jaket berwarna hitam itu kembali kepemiliknya.

"Ini, aku kembalikan."

Dengan ekspresi muka tidak percaya Hyung Won dibuat bingung oleh gerakan Hye Seon .

"Hanya untuk jaket ini?" tanya Hyung Won memastikan.

Ia merasa ada sesuatu yang penting yang Hye Seon ingin bicarakan dengan dirinya.Tak mungkin gadis itu menyuruhnya datang ke Bonpu hanya untuk memberikan jaket. Air mancur berhenti.Tak ada lagi riakan air yang jatuh ke atas sungai Han. Hye Seon berkutat sendiri dengan pikirannya. Ia sudah terlanjur di sini. Mau tidak mau ia harus menanyakan sesuatu pada Hyung Won.

"Hyung Won ssi...a..ku... ingin meminta pendapatmu akan sesuatu. Ini mungkin tidak ada hubungannya dengan dirimu tapi..aku hanya ingin meminta saran bagaimana aku harus bertindak dalam keadaan seperti ini."

Mendengar Hye Seon berbicara sesuatu yang serius, Hyung Won berhenti memainkan Hand Phonenya dan ikut menatap serius ke arah Hye Seon.

"Apakah itu? "

"Ehm..." Hye Seon menarik nafas panjang. Ia mengumpulkan keberanian untuk mengatakan sesuatu yang telah membuat ia resah beberapa hari terakhir ini.

"Ehm..Kim So Hwan oppa menyatakan perasaanya padaku. Ia menunggu jawabanku. Menurutmu, apakah aku harus menerimanya atau tidak?"pelan Hye Seon memulai mengutarakan kegelisahannya.

Hyung Won kaget setengah mati mendengar kalimat Hye Seon. Gelas kopiya goyah di tangannya. Pandangan matanya menjadi gamang. Hal yang ia takutkan sekarang benar terjadi. Ada sesuatu antara Hye Seon dan So Hwan. Ia tahu So Hwan menyukai Hye Seon tapi kenapa bisa secepat ini laki-laki itu menyatakan perasaannya.

Jantung Hyung Won berdetak sangat cepat. Hatinya terasa sangat tidak nyaman. Ada perasaan yang tidak bisa ia pahami. Yang jelas perasaan itu bukan sesuatu yang menyenangkan. Hye Seon melihat ke arahnya, gelisah, mengharap Hyung Won akan mengatakan sesuatu.

"Hyung Won ssi, menurutmu apa yang harus aku lakukan?"

Hye Seon mengulangi pertanyaannya karena Hyung Won belum juga mengatakan apa pun. Lelaki itu tidak tahu harus menjawab apa. Pertanyaan Hye Seon benar benar konyol. Ia tidak mungkin melarangnya untuk menerima cinta So Hwan. Siapa dirinya? Dia tak berhak untuk melakukan hal itu. Hyung Won perlahan lahan mengontrol perasaan dan mimik wajahnya. Ia tersenyum ke arah Hye Seon.

"Apakah kau menyukainya?"

Tak ada yang keluar dari bibir Hye Seon. Ia tiba-tiba kebingungan.

"Suka?"

"Iya. suka atau cinta. Kalau kau menyukai So Hwan ssi seharusnya tak ada yang perlu kau cemaskan. Walau aku tak mengenalnya dengan baik, kurasa ia orang yang baik. Ia memiliki ketertarikan yang sama dengan dirimu. Kalian berdua sama-sama menyukai lukisan. Itu adalah awal yang baik. Kau bisa berbagi banyak hal dengan dirinya. Kalau soal latar belakang, tak ada yang salah dengan latar belakangnya. Hampir semua seniman seantero Korea tahu siapa itu master Kim."

Suara Hyung Won terdengar begitu tenang. Dia bahkan terlihat seperti seorang kakak yang sedang memberikan nasehat bijak pada adiknya.

"Hye Seon, percayalah kau telah menemukan orang yang tepat."

Dada Hye Seon sesak mendengar jawaban yang tak ia harapkan dari Hyung Won. Kenapa ia harus bilang seperti itu? Kenapa dia tidak mengatakan "Jangan." Ia ingin Hyung Won menyakinkan dirinya bahwa dialah laki-laki yang paling tepat, bukan So Hwan.

"Apakah kau yakin?" Hye Seon bertanya sekali lagi berharap Hyung Won akan mengatakan sesuatu yang lain. Laki-laki itu memang pintar sekali menyembunyikan perasaannya. Ia berdiri bangkit mendekati Hye Seon yang sudah berdiri terlebih dahulu.

"Aku yakin dia adalah orang yang tepat. Kau harus percaya itu."

Kedua tangan Hyung Won memegang pundak Hye Seon. Pelan tapi tegas ia menyakinkan Hye Seon bahwa pilihannya untuk menerima So Hwan tidak salah.

Mata Hye Seon berkaca-kaca. Kini, ia harus mengalami hal yang dulu pernah ia alami di Gangneung, saat di mana ia ingin menyakinkan dirinya kalau Woo Bin menyukainya sebelum ia pergi ke Seoul ternyata tak terwujud. Hyung Won juga menyuruhnya untuk pergi ke So Hwan bukan kepada dirinya.

"Ayo kita pulang!" ajak Hyung Won sambil berlalu pergi meninggalkan Hye Seon yang masih berdiri mematung.

Air mancur Bonpu kembali memancar. Riakan gaduh air yang saling berbenturan membuat suasana menjadi riang kembali. Hyung Won berjalan gontai ke arah mobilnya. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak. Tangannya mengepal menahan sakit yang membungkus hatinya. Ia menguatkan dirinya agar tak menyesali apa yang telah ia katakan pada Hye Seon. So Hwan memang lebih baik dari dirinya dalam segi apa pun. Ia punya segalanya. Materi, tampang, prestasi dan ketertarikan yang sama akan seni dengan Hye Seon sedangkan ia..kondisinya sekarang pun tak jauh lebih baik. Ia harus mengorbankan semuanya untuk Na Ra. Gadis yang begitu mencintainya, yang sedang sekarat melawan kanker otak.

[1] Disebut juga fountain bridge.Jembatan ini bisa menyemburkan air mancur yang diambil dari sungai Han dari kedua sisi nya.