v
Malam ini tak seperti biasanya, Hye Seon tak bisa memejamkan matanya. Pernyataan cinta So Hwan membuat ia benar-benar bingung. Hye Seon sendiri tak tahu apakah ia menyukai So Hwan atau hanya mengaguminya sama seperti para mahasiswi yang lain. Mengingat apa yang dimiliki So Hwan siapa pun pasti juga akan mengalami hal yang sama.
Akhir-akhir ini, justru hatinya bergetar ketika ia berada di dekat Hyung Won. Hyung Won lah yang membuat ia pertama kali melihat laki-laki selain Woo Bin. Seandainya ia bisa memilih?
"Oh tidak, aku tak boleh menyukai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Hyung Won adalah kekasih Na Ra dan atas dasar apa pun Hyung Won sekarang bersama Na Ra. Mereka tetap sepasang kekasih."
Berulang kali Hye Seon menyakinkan dirinya untuk menghilangkan perasaannya pada anak keluarga Kang itu.
Suara deru mobil Hyun Dai merah terdengar memasuki halaman rumah. Dari celah tirai jendela, Hye Seon bisa melihat Hyung Won keluar dari dalam mobilnya. Ia tampak lelah. Langkahnya terhenti di depan beranda rumah. Ia duduk di atas tangga. Matanya menerawang jauh ke bintang-bintang di langit yang hanya berkelip lemah di antara awan tipis.
Na Ra, lagi lagi Na Ra yang membuat ia seperti itu.
Dering nada Hp membuat Hye Seon terhenyak dari lamunan. Ia meraih dengan gegabah smartphone-nya dari atas meja belajarnya. Nama So Jung tertera di atas layar Hp.
"Halo!"
"Hye Seon! aku rindu sekali padamu!!" teriakan suara So Jung cukup memekakkan telinga. Hye Seon menjauhkan benda kecil hitam itu dari telinganya. Ia bersungut kesal. So Jung tetap saja So Jung, tak berubah sedikit pun.
"Ada apa kau meneleponku malam-malam seperti ini?"
"Sudah kubilang aku kangen sekali dengan dirimu. Apa kau terganggu?"
"Tentu saja tidak, hanya saja aneh sekali jam dua belas seperti ini kau menelepon."
" Oh....Aku..rasa kau kesepian dan butuh teman untuk mengobrol, jadi aku menelepon."
"Apakah instingmu sebagus itu?"
"Tentu saja. Kau kan sahabatku, sahabat selalu bisa tahu apa yang sedang dialami sahabatnya. Mereka punya..apa ya.. te..te"
" telepati?" Hye Seon melanjutkan kata-kata So Jung yang terputus.
"Kau baik baik saja?"
"Ya.." Hye Seon diam tidak menjelaskan keadaannya secara rinci. Ia ragu apakah harus menceritakan masalah So Hwan pada So Jung atau tidak.Keadaan menjadi canggung.
"So Jung...apakah kau mau mendengarkan ceritaku?"
Pelan Hye Seon memberanikan diri untuk memulai.
"Cerita? Tentu saja. Katakan saja aku akan mendengarkannya."
Bibir Hye Seon mendadak menjadi kelu. Kata-kata yang sudah ia susun dalam kepalanya seakan membeku dalam ketakutannya. Ia hanya menarik napas tak teratur dan terlihat gamang untuk memulai kata pertamanya.
"K..ka....kau masih ingat dengan foto yang aku kirim beberapa hari yang lalu lewat email? Waktu itu kau menanyakan siapa saja mereka dan ..ehm..dan..dua malam yang lalu pemuda yang memakai kemeja putih yang berada di sampingku..Kim So Hwan, ia ...menyatakan perasaannya padaku. Ia bilang bahwa dia mencintaiku dan akan menungguku sampai aku siap memberikan jawaban. So Jung, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan?"
Beban hati Hye Seon seakan terangkat seiring dengan air mata yang keluar bersamaan dengan cerita cintanya. So Jung diam di ujung telepon menunggu sampai Hye Seon selesai berbicara. Ia senang karena temannya kini tak lagi tertutup mengenai kisah cintanya walau kesannya masih saja sama. Hye Seon tak pernah punya cerita cinta yang gampang.
"Lalu apa masalahnya, bukankah ia cucu dari Kakek Kim, orang hebat, kau seharusnya senang."
Satu tanggapan ini muncul setelah So Jung berpikir matang-matang.
"Andai aku bisa seperti itu. Perasaanku aneh sekali. Aku justru menyukai orang lain. Orang yang tak pernah kau bayangkan pastinya, aku," Hye Seon terdiam tak bisa melanjutkan kata katanya. Air matanya keluar semakin deras. Ia takut namun juga khawatir telah melakukan kesalahan dengan menceritakan masalahnya pada So Jung.
"Kau meyukai anak keluarga Kang ?"
Klek..tebakan So Jung tepat sekali. Hye Seon jadi kelabakan sendiri.
"So Jung,bagaimana kau bisa..menebak,"
"Sudah kubilang aku adalah sahabatmu, jadi aku tahu apa yang kau rasakan bahkan ketika kau belum membicarakannya. Kau tak perlu menangis hanya karena hal seperti ini. Aku sudah cukup sering melihatmu menangis karena seorang laki laki."
"Apa yang harus aku lakukan So Jung?"
"Aku tak akan menasehatimu. Sebagai sahabat tentu saja aku menginginkan yang terbaik bagi dirimu. Untuk masalah cinta, mulailah untuk mengikuti kata hatimu. Kalau kau menyukai Hyung Won sampaikanlah perasaan itu, tak perlu memikirkan apa yang kau dapatkan nanti. Jika ia bilang tidak memiliki perasaan yang sama denganmu. Itu adalah resiko."
"resiko?"
"ya resiko. Resiko karena kita mencintai. Kita juga harus siap untuk ditolak."
"Kau menyuruhku untuk menyatakan perasaanku pada Hyung Won? Apa kau sudah gila?"
So Jung tahu tidak mudah bagi seorang perempuan untuk mengutarakan dulu perasaannya pada cowok. Hye Seon pernah mengalaminya dulu dengan Woo Bin dan hasilnya sangat tidak jelas. Laki-laki itu tidak menerima juga tidak menolak.
"Hye Seon, itu adalah hal yang terbaik yang bisa kau lakukan. Setidaknya kau tahu perasaan Hyung Won sebelum kau memutuskan untuk akhirnya menerima So Hwan."
"tapi.. Hyung Won punya seorang kekasih dan.. apakah menurutmu aku sejahat itu. Menyatakan perasaan pada seseorang yang sudah menjadi milik orang lain. Aku tidak akan mengulang kesalahanku yang dulu. Maaf aku tidak bisa menerima idemu So Jung."
Suara Hye Seon terdengar lebih keras.
"terus ..apa yang akan kau lakukan? Mengulur waktu selama mungkin? So Hwan sepertinya lebih baik dari pada Hyung Won. Setidaknya ia tak memiliki kekasih."
Hye Seon merebahkan badannya di kasur kecil. Pikirannya melayang. Ide So Jung sungguh gila. Apakah ia harus mengutarakan perasaannya dulu pada Hyung Won?Tidak, tidak, hal itu tak akan pernah ia lakukan.
"Hye Seon apakah kau masih mendengarku? kuhargai apapun keputusanmu nanti. Aku senang sekarang kau mau terbuka untuk hal hal seperti ini. Dan ini juga kabar baik bagiku karena kau pasti sudah bisa melupakan Woo Bin dari hidupmu. Cinta memang tak pernah menjadi masalah yang sederhana. Kau beruntung bisa merasakan pergolakan jiwa dalam hatimu setiap kau bersentuhan dengan yang namanya cinta. Hidupku datar datar saja dan itu sama sekali tidak menarik. Baiklah,tenangkan saja dirimu. Jangan sungkan untuk menelepon jika ada masalah, aku pasti akan selalu ada untukmu.Selamat malam Hye Seon, semoga mimpi indah."
Kalimat panjang So Jung mengalun tanpa jeda di ujung sana.
"Terima kasih. Selamat malam."
Suara So Jung hilang. Semuanya kini kembali sunyi. Hye Seon masih berkutat dengan pikirannya. Apakah yang harus ia lakukan? So Jung benar. Selama beberapa bulan terakhir ini Woo Bin sepertinya memang telah menghilang dari mimpi dan hatinya.