Kepala Hye Seon masih agak pusing. Setelah memencet bel rumah dan berbicara pada penjaga rumah lewat interkom, Hye Seon dipersilahkan untuk masuk. Seorang ahjussi yang menjaga pintu gerbang memberitahu Hye Seon kalau So Hwan sedang menunggunya di ruang kerja.
Halaman rumah So Hwan ternyata lebih terlihat menarik di malam hari. Lampu-lampu yang menghiasi halaman rumah menerangi sudut-sudut yang terlihat agak remang. Suara riakan air mancur yang ada di tengah halaman dan di kolam ikan memecahkan keheningan. Hye Seon berjalan pelan menuju pintu depan.
"Tenanglah, Nak..."
Hye Seon berhenti dan menoleh ke arah datangnya suara. Bibi pengasuh adik So Hwan sedang berada di luar. Ia sepertinya sedang sibuk menenangkan Kim Min Jung, adik So Hwan. Melihat bibi itu kerepotan dan tidak bisa membuat si balita tenang, Hye Seon merasa kasihan dan mendekatinya.
"Bibi, apa yang terjadi?"
Bibi tadi kaget mendapati Hye Seon tiba-tiba ada di depannya. Ia menjadi tambah panik dan kebingungan, mencoba menjauhi Hye Seon.
"Bibi.!"
"Nona.... menjauhlah dari kami..Tuan So Hwan tidak akan suka dengan hal ini..kumohon?"Bibi itu benar-benar meminta pada Hye Seon. Bukannya pergi, Hye Seon justru berusaha untuk membantu bibi.
"Bibi.. bukankah sangat berbahaya sekali membawa anak kecil malam-malam seperti ini di luar ruangan? Angin malam tidak baik untuk balita seperti Min Jung."
"Bibi juga bingung..malam ini Min Jung tidak mau diam. Ia menangis terus sejak tadi.Nona juga tahu kalau tuan So Hwan tidak suka mendengar tangisan bayi. Bibi takut ia akan memarahi bibi."
Hye Seon berusaha untuk menenangkan bibi. Ia meminta untuk menggendong Min Jung. Siapa tahu Min Jung mau diam. Beberapa hari yang lalu ia juga sudah bermain dengan anak itu walau hanya sebentar ketika So Hwan mengundangnya untuk datang.
Dengan segala trik yang ia punya Hye Seon akhirnya bisa membuat Min Jung diam setelah setengah jam berputar-putar di gendongannya. Anak kecil ini tersenyum riang melihat Hye Seon menunjukkan ekspresi wajahnya yang lucu. Bibi bisa bernafas lega. Akhirnya Min Jung bisa ia tenangkan.
Dari arah pintu masuk. So Hwan memperhatikan apa yang terjadi dengan pandangan mata sinis. Ia tidak mengharapkan Hye Seon akan bergaul dengan anak itu meski ia pernah meminta Hye Seon untuk memgasuhnya selama sehari. Ia langsung masuk kembali ke dalam rumah. Tampaknya perasaannya sangat tidak nyaman.
Hye Seon,masih dengan menggendong Min Jung, masuk juga ke dalam rumah mengikuti So Hwan. Karena takut akan terjadi apa-apa, bibi berusaha untuk mencegah Hye Seon membawa Min Jung ke dalam.
"Tidak apa-apa, bibi. Aku akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi dengan Min Jung nanti."
Bibi itu pun pasrah. Ia membiarkan Hye Seon membawa Min Jung ke dalam. So Hwan tertunduk lesu di kursi tempat kerjanya. Tangan kanannya menopang kepalanya yang mulai terasa agak berat.Mendengar ada suara langkah kaki masuk, ia pun menoleh. Betapa kagetnya ia melihat Hye Seon datang dengan Min Jung.
" A..pa ...Hye Seon .. kenapa kau membawanya ke sini?"
Hye Seon, sedikit kesal dengan sikap So Hwan yang sama sekali tak ramah pada Min Jung, datang mendekat.
"Apakah kau sangat membencinya?"
So Hwan melihat tajam ke arah Hye Seon. Baru kali ini Hye Seon melihat reaksi kemarahan So Hwan sejak ia masuk ke Kim Art. So Hwan sekarang bukanlah mantan rektor yang berwibawa melainkan lebih tampak seperti orang putus asa yang ingin sekali melampiaskan kemarahannya. Tangannya mengepal kuat, matanya terlihat nanar dan mulai memerah. Nafasnya terdengar berat.
"Kenapa kau tanya? Kau seharusnya jangan mencampuri urusanku? Benci atau tidak aku sama anak kecil ini, tidak ada hubungannya denganmu."
"Oppa..!" Nada suara Hye Seon meninggi. Ia sudah tidak tahan lagi dengan sikap So Hwan yang mulai semakin aneh.
"Kenapa kau begitu membencinya? Bukankah Min Jung juga sama menderitanya atau mungkin lebih menderita dari pada dirimu. Ia .. yang baru berusia belum genap dua tahun ini sudah harus kehilangan ayah ,ibu dan kasih sayang dari orang-orang di sampingnya. Bukankah ia lebih menderita karena tak bisa memprotes atas ketidakadilan yang menimpanya. ha ?"
.....
Mendengar Hye Seon berbicara dengan nada tinggi, So Hwan mendongak kaget. Ia tak menyangka Hye Seon ikut menjadi marah sekali kepadanya.
"Aku tak bermaksud untuk mencampuri urusan pribadimu. Kau harus tahu bahwa apa yang kau lakukan pada anak ini adalah salah. Dia sama sekali tak berdosa. Tak seharusnya anak sekecil ini menanggung penderitaan karena perbuatan orang tuanya. Kalau kau ingin menyalahkan seseorang atas apa yang menimpamu sekarang ini, salahkanlah orang tuanya. Jangan pada Min Jung."
Hye Seon sudah terdengar seperti orang tua yang memarahi anaknya.
So Hwan diam seribu bahasa tak menyahut kata-kata tajam Hye Seon. Dalam hati ia mengakui bahwa apa yang dikatakan gadis itu memang benar.Ia telah salah selama ini. Betapa jahatnya ia,memusuhi anak yang bahkan tidak tahu kalau orang tuanya sendiri sudah meninggal. Akan tetapi, So Hwan berpikir keras menimbang perasaannya yang mulai kacau. Dipelupuk matanya, bayangan ibunya yang sedang menangis membuat hatinya menciut lagi.
"Kurasa aku datang tidak pada saat yang tepat. Setelah menidurkan Min Jung aku pamit pulang."
Hye Seon langsung pergi ke kamar belakang di mana bibi sudah menunggunya di ujung Pintu. Min Jung terlelap nyenyak dalam gendongannya. Anak itu benar-benar membuat hati Hye Seon trenyuh. Kasihan sekali ia.