Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 27 - Tugas

Chapter 27 - Tugas

Langkah Hye Seon terhenti tepat di depan kantor kerja dosen. Banyak mahasiswa yang mengerubungi pintu masuk untuk berkonsultasi dengan para dosen. Tangan Hye Seon memegang erat paper tugas sejarah seninya yang telat ia kumpulkan. Ia melangkah pelan sekali menuju ruang kerja dosen Sejarah Seninya. Hwang seonsaengnim sudah menantinya dengan tatapan mata tajam yang sejelas elang. Hye Seon agak bergidik ngeri karenanya.

"Selamat siang, Seonsaengnim!'" sapanya memberi hormat.

Laki-laki berkaca mata itu tak tampak tertarik untuk membalas salam Hye Seon. Ia masih saja menatapnya tajam. Hye Seon tidak berani langsung melihat matanya. Kakinya gemetar karena takut.

"Seonsaengnim, ini paper yang telat saya kumpulkan, maaf sekali. Anda boleh memarahi saya karena saya tak akan memberikan alasan apa pun kali ini," ucapnya pelan sambil meletakkan paper tugas terakhir yang ia telat kumpulkan.

Beberapa hari terakhir ini, ia sibuk membantu Sun Ah mengurusi pernikahannya jadi ia hampir tak memiliki banyak waktu mengerjakan hal lain setelah pulang kerja.

"Ehm.. bukankah kau Lee Hye Seon, si pemenang lomba itu? Kau pikir kau sudah hebat sampai menyepelekan tugas yang aku berikan!" nada suara Mr. Hwang meninggi. Ia tampak marah sekali pada Hye Seon. Hye Seon hanya diam mendengarkan. Ia merasa tak harus menimpali.

"Seonsaengnim, a...pa yang harus saya lakukan?"

"Kau benar-benar tak mau memberikan alasan kenapa kau sampai telat mengerjakan tugasmu?"

Hye Seon memandang laki-laki paruh baya ini. Ia tak yakin apakah dosen ini mau menerima alasannya dan memaafkannya jika ia mengutarakannya nanti.

"Ada sesuatu yang harus saya selesaikan di rumah. Anak keluarga di mana saya tinggal sedang melangsungkan pernikahan jadi saya harus membantunya setelah bekerja dan saya memang salah. Sebenarnya masih ada waktu untuk menyelesaikan tugas itu, yaitu pagi sebelum pergi ke kampus hanya saja, beberapa hari terakhir ini saya telat bangun. Saya sekarang sering bangun jam setengah tujuh, padahal kalau saya mau lebih serius saya bisa bangun pukul lima pagi. Sekali lagi saya minta maaf."

Alis Mr.Hwang naik turun melihat dan mendengar Hye Seon bercerita tentang alasannya telat mengerjakan tugasnya. Dalam hati, ia terkesan dengan kegigihan Hye Seon yang sambil kuliah masih juga bekerja. Sebagai mahasiswa penerima beasiswa sebenarnya hal ini sangat riskan sekali. Selain karena adanya sistem pencabutan beasiswa jika nilai yang dicapai oleh si penerima kurang mencukupi, mahasiswa beasiswa juga hanya memiliki masa belajar dua tahun. Mereka tidak boleh mengulang semester.

"Walaupun alasanmu terdengar masuk akal, aku tetap saja tak bisa membiarkan hal seperti ini terjadi. Ini !"

Hye Seon dengan sigap menangkap buku yang dilemparkan dosen Hwang kepadanya. Ia melihat sampul depan buku dan menemukan banyak sekali huruf Hanja di dalamnya.

"Serahkan ringkasan buku ini dalam waktu lima hari. Aku tak mau mendengar alasan apa pun. Bagaimanapun caranya, papermu harus ada di atas mejaku hari rabu nanti kalau kau tak mau dapat nilai "D"! Mengerti?"

"Baik, saya mengerti!" Hye seon mengangguk ketakutan.

"Kau bisa keluar!"

Hye Seon pun meninggalkan ruang dosen. Hatinya menciut mendengar dosen Hwang yang mengancamnya dengan nilai D. Mendapatkan nilai "D" adalah bencana bagi mahasiswa beasiswa seperti dirinya. Itu adalah nilai yang 'haram' masuk dalam daftar nilainya jika ia masih ingin belajar di Kim Art College. Apapun yang terjadi ia harus menyelesaikan tugas ini tapi..... Hye Seon benar-benar buruk dalam memahami tulisan Hanja.

Separo keterangan dari buku yang diberikan dosen Hwang tertulis dalam tulisan turunan dari karakter China ini. Kalau Hye Seon harus membuka kamus untuk menerjemah semua kalimatnya, ia akan butuh waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikan tugas ini. Waktu lima hari tidak akan pernah cukup. Kepala Hye Seon mendadak pusing. Ia tak tahu harus memulai mengerjakan tugas ini dari mana.

"braaaak!"

Buku yang dipegang Hye Seon berserakan di lantai. Ia tak hati hati berjalan sehingga tanpa sadar menabrak orang ketika akan berbelok ke tangga utama menuju pintu keluar.

"Maaf!"

Tanpa melihat siapa orang yang ia tabrak, Hye Seon langsung merapikan bukunya. Bisa dibilang menabrak orang adalah kebiasan gadis ini. Sebelumnya ia sempat harus diperban karena menabrak Hyung Won ketika sedang jogging. Laki-laki yang ditabrak Hye Seon tampak ikut membantu merapikan buku buku yang berserakan di lantai.

"Ini.." Dia menyodorkan buku Mr. Hwang kepadanya. Hye Seon melihat ke arah orang itu dan...So Hwan sedang berjongkok di depannya.

"Oppa? Ehm..Seonsaengnim?" Hye Seon tampak terkejut.

"Apa yang kau pikirkan sampai bisa nabrak orang?"

Senyum So Hwan seperti biasa terkulum indah di depan Hye Seon. Hye Seon malu sekali harus menjawabnya. Ia memang sering tidak konsen jika sedang menghadapi sesuatu.

"Aku.. ha..nya ... kecapekan saja jadi tidak konsentrasi.."

Kalimat itu meluncur terputus-putus. So Hwan pasti tahu ia sedang berbohong di depannya.

"Benarkah??" tanya So Hwan yang seperti tidak puas mendengar alasan yang dilontarkan Hye Seon .

" ehm..apa kau mau pergi ke toko?"

Keduanya berdiri.

"Iya..tapi aku harus bertemu Yu Mi dulu. Ia bilang ia ingin menanyakan sesuatu padaku."

"Kau bisa bareng aku nanti karena aku juga lewat depan tokomu. Kalau kau sudah selesai dengan Yu Mi kabari aku. Oke?"

So Hwan langsung saja pergi meninggalkan Hye Seon yang masih terpaku bengong berpikir apa maksud So Hwan mengajaknya bareng ke toko.

.....

Entah apa yang sedang berputar di kepala Hye Seon saat ini. Setelah ia selesai bertemu dengan Yu mi, ia langsung mengirim pesan singkat pada So Hwan dan bersedia ikut diantar ke toko buku. Karena takut dilihat mahasiswa yang lain, Hye Seon disuruh menunggu di luar halaman parkir gedung. So Hwan sepertinya tak ingin menggegerkan kampus dengan gosip yang tak enak mengenai dirinya. Siapa pun yang belajar di kampus ini tahu siapa So Hwan. Mengantarkan mahasiswa beasiswa seperti Hye Seon memang hal sepele namun bisa menjadi berita besar jika itu berkaitan dengan So Hwan. Hye Seon menoleh ke samping kanan dan kiri memastikan tak ada yang melihatnya masuk ke dalam mobil BMW Kim So Hwan yang sudah tak asing baginya. Ia mengucapkan banyak terima kasih pada laki-laki itu.

"Kau sepertinya ada masalah," tebak So Hwan sambil menyetir mobilnya.

"huh..?"

Bagaimana mungkin So Hwan bisa menebak kalau Hye Seon punya masalah. Apakah jelas sekali tetulis di gesture atau mukanya. Hye Seon berusaha untuk tidak menceritakan paper tugas Mr. Hwang yang mengganggunya.

"Tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja."

So Hwan sepertinya tak percaya namun karena Hye Seon tak berniat untuk mengutarakan masalahnya, ia pun tak mau memaksa.

"Kulihat tadi kau menjatuhkan buku perkembangan seni di Asia timur, setahuku, yang punya buku itu adalah Hwang Seonsaengnim, dari mana kau dapatkan buku itu?"

Hye Seon tak menyangka So Hwan tahu buku yang dipegangnya. Ia bahkan tahu kalau buku itu adalah milik dosen Hwang. Hye Seon tak punya alasan lain selain memberitahu kenapa ia cemas sedari tadi.

"oh.. begitu, lalu apa rencanamu?"

Hye Seon menggeleng pasrah. Ia begitu buruk dalam soal Hanja.

"Aku bisa membantumu," So Hwan menawarkan diri.

Senyum Hye Seon terkembang mengetahui ia segera akan mendapat malaikat penolong. Namun, sesaat setelahnya dia sadar kalau bantuan So Hwan ini terdengar berlebihan.

"Tapi ada syaratnya."

"Syarat?"

"Iya syarat, kau juga harus membantuku. ehm..Akan aku beritahu setelah kita sampai."

So Hwan tersenyum tipis sambil melirik ke arah Hye Seon yang terlihat kebingungan.