"Tet Tet.." sebuah mobil bergerak mendekati halte. Karena silau oleh sorotan cahaya,Hye Seon kesulitan mengetahui mobil siapa itu. Setelah lampunya mati,ia baru secara jelas melihat Hyundai merah yang sangat familier di matanya parkir beberapa meter dari halte.
Seorang lelaki berbadan tinggi dengan syal merah di lehernya keluar dari dalam mobil menuju ke arah tempat Hye Seon duduk sekarang.Hye Seon melepas headset handphone nya dari telinga.
"Hyung Won! Bagaimana kau...?"
"Tidak usah kaget begitu. Kau kan tahu seperti apa Kim Suan Ah itu. Dia menyuruhku untuk menjemputmu.Jadi aku datang ke sini." Hyung Won ikut duduk di samping Hye Seon di samping bapak tadi.
"Ada apa?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Ayo pulang!" Hyung Won beranjak lagi.Kemudian kembali lagi berjalan ke arah parkiran mobilnya.Hye Seon yang agak terkejut masih saja belum bergerak dari tempat duduknya.
"Cepatlah. Aku tidak boleh parkir lama-lama di sini.."
Tak perlu banyak protes lagi Hye Seon segera berlari ke arah mobil Hyung Won.
.........
"Hye Seon apakah kau sudah memasukkan semuanya?"
"Sudah, Eonni!"
Pagi ini Hye Seon membantu Sun Ah beserta paman dan bibi Kang yang sedang berkemas. Mereka akan pergi ke Incheon beberapa hari untuk mengunjungi kakek yang sedang sakit. Selain itu di sana juga ada saudara yang memerlukan bantuan paman Kang.
Hye Seon memasukkan semua benda Sun Ah ke dalam koper kecil yang wanita biru pastel. Ada beberapa potong baju,satu novel Ernest Hemingway, dan peralatan kecantikan yang semuanya pas masuk ke dalam koper. Setelah semuanya siap, Hye Seon membawanya turun untuk ditaruh di bagasi mobil.
Sejak tadi pagi Hyung Won terlihat paling santai sendiri.Ia bahkan asyik makan puding di dapur sementara yang lainnya sibuk mengatur ini itu.
"Ibu, apakah kau meninggalkan cukup makanan di dapur?"
Teriakan Hyung Won dari dapur membuat bibi Kang agak kesal.Tanpa menoleh ke arah Hyung Won yang berdiri malas di dekat kulkas, bibi menyahut sekenaya.
" Cukup untuk membuatmu tetap di rumah."
"Di rumah?" gumam Hye Seon. Hyung Won tidak ikut pergi ke Incheon.Pantas saja ia terlihat santai sejak tadi pagi.
Setelah semua persiapan beres, Sun Ah memanaskan mesin Hyundai merah yang sering dipakai Hyung Won. Ia sendiri nampaknya yang akan menyetir mobil itu ke Incheon. Praktis selama mereka ada di sana Hyung Won harus menggantungkan diri dengan naik angkutan umum. Mobil paman Kang masih di bengkel karena tiba-tiba mogok kemarin.
"Kami di Incheon selama lima hari, jadi aku harap semua baik-baik saja ketika kami pulang, mengerti Hyung Won?"
Laki-laki itu hanya mengangguk mendengar perkataan kakaknya. Sun Ah bersiap menyetir mobil.Paman duduk di depan sementara bibi dibelakang.
" Hye Seo, kami pergi dulu."
Ketiganya melambaikan tangan dari dalam mobil. Hyundai merah itu pun melaju pelan keluar dari halaman rumah menuju jalan. Hye Seon dan Hyung Won mengantar mereka sampai di pinggir jalan. Setelah beberapa saat mobil itu lenyap di belokan jalan mereka baru kembali ke rumah. Menyadari dia hanya akan bersama Hyung Won sendiri di rumah, Hye Seon merasa sangat aneh.
"Kau tahu alasanku tidak ikut mereka?"
Hye Seon menoleh kaget ke arah Hyung Won yang berjalan di sampingnya. Laki-laki itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Dahi Hye Seon mengernyit karena tak memahami maksud perkataan Hyung Won.
"Karena kau!"
Hyung Won menoleh menunggu reaksi Hye Seon. Sekarang gantian Hye Seon yang tidak memandangnya. Gadis itu justru tertunduk berpura-pura mengamati hal hal yang tidak penting di sekitarnya. Hyung Won tersenyum melihat reaksi Hye Seon yang agak salah tingkah. Ia mengusap kepala gadis itu sambil berjalan cepat ke dalam rumah. Sebuah tindakan yang ..tentu membuat jantung Hye Seon berdegup sangat kencang.
Di dapur, Hyung Won mencari-cari makanan yang ditinggalkan oleh ibunya. Bibi Kang sengaja tidak memasak sebelum ia pergi.Ini karena Hyung Won sendiri lebih suka makan di luar dari pada memasak sendiri jika tidak ada orang di rumah.Tapi anehnya, banyak sekali sayuran dan beberapa ikan laut mentah yang bibi taruh di dalam kulkas.
"Aneh, apakah Ibu menyuruhku untuk memasak kali ini?" gumam Hyung Won pada dirinya. Ia memilah-milah sayuran yang menumpuk di dalam kulkas. Hye Seon masuk ke dalam rumah mengambil handphone yang ia tinggalkan di ruang tamu.
"Hye Seon, Apa kau bisa masak?"
Hye Seon berhenti melangkah keluar. Ia menoleh ke arah Hyung Won yang sedang memegang beberapa ikat sayuran di tangannya. Karena menyadari ia tidak begitu pandai memasak, Hye Seon hanya bisa menggeleng.
"Benarkah?...Oh..lalu harus kuapakan sayur-sayur ini? Mungkin ada beberapa masakan yang bisa atau pernah kau bua? Tidak usah terlalu rumit yang penting bisa untuk menghilangkan lapar."
"Hmm...aku akan mencoba membuat bibimbap!"
Hye Seon pernah membuat bibimbap beberapa kali dengan So Jung ketika mereka berkemah. Walau rasanya tidak seenak buatan ibunya, namun tidak terlalu buruk untuk dimakan.
"Jangan protes kalau rasanya tidak begitu enak," pinta Hye Seon terlebih dahulu.
Hyung Won menyanggupinya. Gadis itu dengan terampil mengambil beberapa jenis sayuran yang bibi tinggalkan di dalam kulkas. Ada taoge, sawi, kimci, kubis, ayam, telur dan bahan bahan lainnya. Hyung Won membantu memotong-motong sayuran yang ada kemudian memasukkannya ke dalam air yang mendidih yang terlebih dahulu dicampur dengan sedikit garam. Setelah matang, sayuran itu kemudian ditaruh di atas nasi dan dihidangkan dengan irisan kecil daging ayam sebagai pengganti daging sapi dan rebusan telur kemudian ditambahkan dengan pasta cabe Korea.
"Cobalah!" Hye Seon menyodorkan dua sumpit ke Hyung Won.
Bibimbap buatan mereka terlihat enak. Asap yang masih mengepul dari makanan itu membuat perut terasa lapar.Hyung Won mengambil beberapa sayuran di atas nasi dan mencobanya. Hye Seon memperhatikannya dengan serius. Bukannya berkomentar, Hyung Won justru tidak berhenti mengambil makanan dalam mangkok. Ia terus saja melahapnya hingga tinggal setengah.
"Bagaimana?"
Hyung Won mengacungkan dua jempolnya. Hal itu seketika membuat Hye Seon tersenyum puas. Ia pun ikut membuat satu bibimbab lagi. Rasanya memang tidak terlalu buruk.
"Ting...tong!"
Bel rumah berbunyi. Keduanya saling pandang menebak siapa yang kira-kira berkunjung ke rumah pagi pagi seperti ini. Hyung Won beranjak dari tempat duduknya, melangkah ke luar. Hye Seon tak ambil pusing siapa tamu yang datang. Ia rupanya sangat puas dengan bibimbap buatannya. Ternyata rasanya bisa seenak ini. Kalau tahu ia bisa memasak, sejak dari dulu ia tidak akan mencari seribu alasan ketika ibunya memintanya membantu di dapur.
Sampai Hye Seon selesai menghabiskan bibimbapnya, Hyung Won belum juga kembali. Hye Seon mulai penasaran siapa sebenarnya yang datang. Setelah mencuci piring ia pun menyusul Hyung Won ke depan.
"Hyung Won ssi_" Hye Seon seketika menghentikan langkahnya mendapati Na Ra ada di ruang tamu. Mata gadis itu tajam melihat ke arah Hye Seon. Dilihat seperti itu, Hye Seon merasa sedikit canggung. Na Ra pasti curiga dan berpikiran macam-macam tentang dirinya karena berada di rumah kosong hanya dengan Hyung Won.
Hye Seon langsung pamit pulang. Kebetulan hari Sabtu ini, ia berniat untuk pergi ke Insadong, mencari tahu siapa sebenarnya yang menulis memo di bukunya. Apakah benar So Hwan atau orang lain?
"Kau mau ke mana?" tanya Hyung Won pada Hye Seon yang sudah berada di depan pintu keluar. Hye Seon melirik ke arah Na Ra yang masih melihat kearahnya.Wanita itu benar-benar membuat Hye Seon tidak nyaman kali ini.
"ehm...ma...masih ada yang harus aku selesaikan dikampus jadi,aku harus pergi sekarang!"
Tanpa menunggu balasan dari Hyung Won maupun Na Ra, Hye Seon keluar saja dari rumah.
...............
Sepanjang perjalanan menuju Insadong, pikiran Hye Seon masih jelas sekali tertuju pada tatapan mata Na Ra. Sebuah tatapan cemburu. Gadis itu pasti kecewa sekali melihat pacarnya bersama dengan gadis lain dalam satu rumah, kosong lagi...
"Sudahlah,kau tak perlu memikirkannya Lee Hye Seon! Lagian tidak terjadi apa-apa di sana!" berulang kali Hye Seon menyakinkan dirinya bahwa ia tidak perlu merasa bersalah atas kejadian barusan.
Jarak dari rumah ke Insadong tidaklah terlalu jauh. Hye Seon hanya naik subway line 3 kemudian turun di halte subway Anguk di daerah Insadong.
Di sepanjang perjalanan menuju Insadong, sempat terbersit dalam hatinya bahwa apa yang ia lakukan sekarang sedikit gila. Ia sengaja datang ke Insadong untuk menemui orang yang menulis memo dalam bukunya. Bagaimana jika orang itu tidak sengaja menaruh memo tersebut di sana? bukankah ini nanti akan sangat sia sia...Tapi..ada kemungkinan memang So Hwan yang menulisnya dan ia ingin bertemu dengan Hye Seon karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.
Masalah kepergiannya dari kampus yang tiba tiba mungkin atau...Ah..Hye Seon berulang kali menggelengkan kepalanya. Pikirannya sudah menghayal terlalu jauh. Apa pun itu ia tak mau memusingkannya. Yu Mi memberitahunya bahwa Insadong adalah kawasan seni terkemuka di Seoul. Sebagai seseorang yang menekuni seni lukis seharusnya ia memang harus sering datang ke sini. Banyak sekali galeri seni yang bisa ia kunjungi. Jika ia tidak bertemu So Hwan hal itulah yang akan ia lakukan.
Begitu kereta berhenti, Hye Seon cepat-cepat keluar. Karena sudah pernah pergi bersama Hyung Won ke sini sebelumnya, Hye Seon sedikit banyak masih ingat jalannya meski emmang sedikit berbeda karena waktu itu ia naik mobil.
Hye Seon berjalan mengikuti arah petunjuk jalan yang banyak dipasang di sepanjang jalan. Insadong memang sungguh area yang sangat menarik di Seoul. Tempat ini memiliki keberagaman seni. Seni modern dan tradisional bercampur menjadi satu secara harmonis. Hye Seon terkagum kagum melihat banyak sekali turis asing dan juga penduduk asli yang berjubel memenuhi jalan Insadong yang memang diperuntukkan bagi pejalan kaki saja. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang sehingga para pejalan kaki tidak perlu khawatir tertabrak atan terganggu dengan kendaraan bermotor.
Hye Seon melihat lihat berbagai para penjual jalanan yang menjajakan berbagai macam barang kerajinan tangan disepanjang jalan. Ada keramik,topeng, perhiasan dan banyak lagi yang diperjual belikan di sini. Semakin dalam Hye Seon masuk ke tempat ini, ia semakin kagum ternyata banyak sekali galeri seni dan restauran yang berjajar disepanjang jalan. Nama nama galeri terkenal yang sering ia lihat diinternet tampak nyata didepan matanya sekarang.
"Seandainya aku bisa memamerkan lukisanku disalah satu tempat ini," Hye Seon berbicara sendiri. Wajahnya ditekuk karena ia merasa hal itu sangatlah tidak mungkin. Ia melanjutkan perjalanannya menuju taman yang dimaksud di dalam memo. Walau berjalan kaki sendiri, ia sama sekali tidak merasa kecapaian. Banyak hal menarik yang bisa dilihat. Pagelaran musik jalanan, orang orang berpakaian tradisional korea, dan pedagang pedagang yang bersemangat sekali menawarkan barang dagangannya membuat Hye Seon begitu terhibur. Ia pun tak terasa sudah berjalan cukup jauh untuk bisa sampai di taman.
Hye Seon mulai kebingungan mencari tempat yang dimaksud. Karena ia tidak tahu siapa yang mengirim memo itu, ia pun tak bisa mencari tahu orang yang ia cari. Benar benar gila, kenapa ia harus pergi ke tempat ini dengan niat yang sangat aneh. Bertemu....entahlah..walau begitu, tempat ini lebih baik dari pada ia harus di rumah bertemu dengan Na Ra yang pasti sudah berpikiran macam macam setelah melihatnya bersama Hyung Won tadi.
Akhirnya ia duduk di bangku kosong yang terletak di pinggir jalan yang teduh sambil melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain tak jauh dari tempat duduknya.
"Tak terlalu buruk," pikirnya.
"Ternyata kau datang juga."
Hye Seon kaget setengah mati melihat So Hwan tiba tiba muncul di sampingnya. Laki laki itu tersenyum puas sambil menyodorkan sekaleng minuman soda kepadanya. Ia tak tampak seperti dosen dengan jaket hoodie-nya. Dengan ragu Hye Seon menerima minuman yang ditawarkan So Hwan.