"Bagi yang sudah menyelesaikan lukisannya silahkan keluar aula."
Sebuah Pengumuman berbunyi melalui pengeras suara. Beberapa mahasiswa yang sudah selesai meninggalkan tempatnya termasuk mahasiswa laki laki yang Hye Seon belakangan tahu bernama Jung Seung Wo. Ia meninggalkan begitu saja lukisannya yang sudah selesai. Salah satu panitia yang melihatnya langsung mengambil lukisan Seung Wo. Satu persatu peserta meninggalkan tempat aula lomba. Hye Seon sendiri baru keluar ruangan setelah hanya tersisa sepuluh orang yang ada di ruangan. Yu Mi keluar lima menit lebih awal dari Hye Seon. Gadis itu sepertinya melukis gambar nelayan di pantai sore hari.
Setelah hampir tiga jam berada dalam ruangan mengeluarkan segala kemampuan untuk melukis ternyata membuat badan capeki juga. Hye Seon kehausan dan menghabiskan hampir satu botol air mineral sekali tenggak. Yu Mi yang melihatnya geleng-geleng kepala.
"Aku harus pulang dulu Hye Seon, pamanku yang baru datang dari Taiwan datang berkunjung. Dia memintaku untuk mengajaknya jalan-jalan keliling Seoul. Apa kau tidak apa-apa pulang sendiri?" Yu Mi meminta ijin meninggalkan Hye Seon di taman. Mereka melepas penat setelah mengikuti lomba yang begitu intens.
"Pulanglah!" sahut Hye Seon. Yu Mi pun kemudian memeluk Hye Seon dan langsung pergi. Rambut pendeknya bergerak lembut terkena angin. Hye Seon mengambil telepon genggamnya. Ia memencet nomor telepon So Jung dan menelepon temannya itu. Ia berniat untuk memberitahu segala kejadian tentang lomba pada So Jung,
"Halo!" terdengar suara So Jung menjawab teleponnya. Hye Seon girang sekali mendengar suara serak So Jung.
"Halo."
Ia menoleh ke samping tempat duduknya. Betapa kagetnya ia ketika mendapati So Hwan tiba-tiba ada di sampingnya. Hampir saja teleponnnya lepas. Klek..teleponnya mati. So Jung pasti menggerutu hebat karena tiba-tiba ia mematikan sambungan telepon.
"seonsaengnim,?!!!" Hye Seon menoleh ke sekelilingnya.Takut ada orang lain yang melihat ia sedang duduk satu bangku dengan So Hwan.
"Kau kaget?" tanya So Hwan tanpa merasa bersalah. Hari ini ia tampil beda. Ia memakai kaca mata baca.
" Tentu saja. Aku hampir pingsan karena kaget. Kenapa kau tiba-tiba ada di sini?"
"Oh..aku melihatmu sendirian jadi aku ingin menemanimu."
Hye Seon mengulum senyum kikuk. Apa maksud orang ini? Dari jauh kelihatan ada beberapa mahasiswa yang memperhatikannya. Karena jaraknya yang lumayan jauh, mereka pasti mengira orang yang duduk sebangku dengannya adalah seorang mahasiswa bukan Kim So Hwan.
" Bagaimana lombanya? Apakah menurutmu kau bisa lolos?"
"Semoga.Aku sudah memberikan yang terbaik. Menang atau kalah tak masalah bagiku."
"Wow!mengesankan sekali mendengarmu berbicara seperti itu. Tak berniat untuk merayakannya?"
Hye Seon berhenti menyeruput air mineralnya. Ia menoleh serius ke arah So Hwan yang terkesan santai sekali.
"Merayakan?"
"Iya...karena kau sudah melakukan yang terbaik dalam lomba ini. Dan tak peduli apakah menang atau tidak nantinya, usaha kerasmu ini harus dirayakan. Bagaimana?"
Mata bulat Hye Seon berkedip kedip. Ia merasa ada maksud tertentu yang ingin So Hwan sampaikan.
"Hari ini aku ulang tahun. Karena tak ada yang memberikan ucapan selamat padaku. Bagaimana kalau kau kuajak makan malam sebagai undangan ulang tahunku. Sekalian juga perayaan atas kerja kerasmu?"
"Benarkah? Orang seperti seonsaengnim tak mendapatkan ucapan ulang tahun. Bagaimana dengan...?"
"Mereka mengira aku berulang tahun di bulan januari. Itu memang yang tertulis di kartu identitasku tapi sebenarnya aku lahir di bulan September. Ayahku terlambat mendaftarkan kelahiranku ke kantor catatan sipil. Ku jemput kau setelah pulang dari toko." So Hwan beranjak tanpa menunggu jawaban 'iya' yang mungkin akan ia dengar dari Hye Seon. Gadis itu ternganga kaget.Apa? makan malam? Kenapa ia mengajaknya makan malam? Ingin sekali ia protes karena ia sama sekali tak berniat untuk makan malam merayakan ulang tahun atau..apalah tadi yang dikatakan So Hwan.
v
"Oppa, Aku datang!"
Hye Seon langsung membuka pintu toko dan nyelonong masuk ke dalam untuk ganti baju. Ia tak mendengar sapaan ramah Suk Ju.Tak ada seorang pengunjung di toko.Tak seperti biasanya toko kali ini benar benar sepi.
"Kenapa ya?" Hye seon berbicara pelan dengan dirinya sendiri.Terdengar suara buku ditata di pojok ruangan. Suk Ju sepertinya sibuk sekali hingga ia enggan untuk membalas ucapan salam Hye Seon. Setelah berganti dengan pakaian seragam toko. Ia langsung mengambil lap dan membersihkan segala perabotan yang ada di sini seperti biasa.
"Oppa, aku tadi mengikuti lomba lukis! Bagaimana menurutmu, apakah aku memiliki kesempatan untuk menjadi juara? Semua peserta memang sangat berbakat tapi aku juga sudah bekerja keras untuk membuat lukisanku menjadi sebaik mungkin."
Hye Seon tak mendengar suara sahutan dari Suk Ju. Ia mulai curiga ada sesuatu yang aneh dengan rekannya itu. Kenapa Suk Ju diam?
Mulut Hye Seon melongo melihat Hyung Won datang dari pojok ruangan memakai seragam kerja Suk Ju. Di tangannya terdapat setumpuk buku yang ia baru bawa dari pojok ruangan.
" Hyung Won ssi, Bagaimana.....kau... kau bisa ada di sini. Di mana Suk Ju oppa?"
"Dia menemani ibunya yang datang dari Busan. Karena mereka sudah lama tidak bertemu, ia pun minta izin pada paman untuk tidak masuk kerja hari ini. Paman meminta bantuanku untuk menggantikan posisi hyung hari ini. Apakah kau keberatan aku menjadi rekan kerjamu?"
"Ha..?!ten...tentu saja tidak!" Hye Seon tersenyum simpul. Hatinya..entahlah ia justru merasa senang melihat Hyung Won ada di situ.
"Bagaimana lomba lukismu?"
Hye Seon tak langsung menjawab, ia ingat telah banyak berbicara sejak masuk toko tadi dan apapun itu semuanya pasti sudah Hyung Won dengarkan.
"Baik!" jawabnya tanpa sungkan. Ia sebenarnya sangat malu sekali.
" Aku yakin kau pasti menang. Kau adalah orang yang sangat berbakat dan gigih."
"Terima kasih..tapi aku tidak seoptimis itu."
��kenapa?"
"Hampir semua mahasiswa yang masuk di Kim Art memiliki bakat yang luar biasa. Jadi aku tidak terlalu mengharapkan sesuatu yang lebih."
"Berharaplah sesuatu yang lebih."
Seorang pengunjung toko memasuki ruangan. Hye Seon dan Hyung Won menghentikan pembicaraan mereka. Keduanya menyambut pengunjung itu kemudian Hye Seon dengan sigap menanyakan buku apa yang ia cari. Sementara itu Hyung Won bersiaga ke meja kasir setelah menaruh buku yang dibawanya ke rak buku yang benar. Karena Suk Ju dan satu karyawan part time di kafe tidak masuk hari ini, kafenya tidak dibuka.
Menjelang sore hari toko itu menjadi lebih ramai. Pengunjuung yang datang kebanyakan adalah anak sekolah yang sedang mencari buku rujukan untuk menyelesaikan tugas mereka. Sambil membaca buku, para murid ini berdiskusi banyak hal di meja baca. Hyung Won, mendapat perhatian lebih dari beberapa anak gadis. Mereka melihatnya kemudian tersenyum senyum usil setelahnya. Mungkin karena paras rupawan Hyung Won yang berbeda dengan Kim Suk Ju. Dilihat seperti itu, pemuda ini tetap santai meladeni pembeli yang terus berdatangan ketoko.
"Oppa, apakah kau pegawai baru di tempat ini?"
Seorang siswa SMA yang Hye Seon kenali sering datang ke toko ini bertanya usil ke Hyung Won .
"Iya.kenapa? Apakah kau baru melihatku?"
" Ya,..oppa tampan sekali.."
"gggerrr" Wajah Hyung Won menjadi semerah tomat mendengar pengakuan blak-blakan dari gadis itu. Anak sekarang benar-benar berani. Belum kenal sudah lancang mengatakan perkataan seperti itu. Hye Seon yang yang ikut mendengarnya pun melongo kaget. Ia sampai mengelus dadanya mengetahui ada juga orang yang berani mengatkan kata "tampan" pada orang yang baru saja ia lihat.
"Terima kasih atas pujiannya. Kau juga sangat cantik. Apa ada yang bisa ku bantu?" Hye Seon menggelengkan kepalanya mendengar balasan Hyung Won yang ikut-ikutan bilang bahwa gadis itu cantik.
"Aku mencari buku seni terjemahan dari Italia. Di mana aku bisa mencarinya?"
"Di sana, dirak buku seni terjemahan dirak baris kedua. Ada banyak buku terjemahan. Kau bisa mencarinya."
"oh.. begitu. baiklah." Gadis centil itu lalu menuju rak yang dimaksud Hyung Won. Hye Seon mengembus nafas lega berhasil menghindar dari gadis itu. Dari dekat pintu masuk ia memperhatikan tingkahnya sambil tersenyum. Hal ini membuat Hyung Won sungguh menjadi malu.
Hyung Won semangat sekali melayani pelanggan. Ia sama sekali tidak terlihat canggung atau kikuk walau baru kali ini datang ke toko ini. Tanpa Hye Seon tahu ia sebenarnya pernah bekerja di toko pamannya ini ketika masih duduk dibangku SMA. Waktu itu ia ingin sekali membeli tiket pertandingan bola antara klub Seoul dengan tim lainnya setiap minggu tanpa harus meminta pada orang tuanya. Ia pun pergi ke tempat pamannya mengajukan diri untuk bekerja di tempat ini. Banyak hal menarik yang ia dapatkan dengan bekerja di toko buku.
Selain bisa sering membaca berbagai macam hal dengan gratis, ia juga belajar mencintai ilmu. Dengan membaca akan ada banyak hal yang akan manusia ketahui. Sore pun berganti malam dan ketika jam menunjuk ke angka sepuluh Hye Seon bersiap siap untuk meninggalkan toko. Ia menginventaris hasil penjualan buku hari ini dan juga membersihkan toko sebelum pulang. Hari ini ada beberapa macam buku yang dikirim Tuan Kang tapi belum sempat disortir karena sudah malam. Besok, Hye Seon akan mengerjakannya.
"Apakah pekerjaanku bagus?" tanya Hyung Won ketika mereka keluar dari toko. Hye Seon mengacungkan dua jempol kearahnya.
"Kau seperti sudah lama bekerja di sini?"
"Kalau begitu, bolehkan aku datang ke sini setiap hari?"
"Tentu saja boleh," Hye Seon tertawa menjawab pertanyaan Hyung Won yang ia anggap konyol.
"Benarkah???" Hyung Won serius bertanya pada Hye Seon.
Dilihat seperti itu Hye Seon seketika berhenti tertawa. Ia jadi salah tingkah.
"Apa kau ingin aku melarangmu?" balas Hye Seon bertanya.
Sebuah BMW meluncur masuk ke halaman toko. Sorot lampunya menyilaukan pandangan Hyung Won dan Hye Seon. Setelah lampunya dimatikan, Hye Seon mengenali bahwa itu adalah mobil So Hwan.Ternyata ia serius ingin mengajaknya makan malam. So Hwan keluar dengan memakai jas hitam dan celana jeans biru. Walau agak kaget melihat Hye Seon bersama dengan seorang laki laki ia tetap tersenyum memberi salam.
"Annyeong haseyo!"
Hye Seon dan Hyung Won membungkuk membalas salamnya.
"Hye Seon. Kau sudah pulang kan?"
Hye Seon menoleh ke arah Hyung Won dan So Hwan secara bergantian. Ia tak habis pikir kenapa keadaannya bisa menjadi seperti ini.
"Hyung Won ssi. Ini Kim So Hwan ..ehm.. dosen saya dan cucu pemilik Kim Art College dan So Hwan seonsaengnim, ini Kang Hyung Won..ehm ...te..ia temanku..," terbata-bata Hye Seon memperkenalkan kedua pemuda ini. Keduanya saling pandang kikuk.
Keadaan tiba-tiba menjadi aneh. Hye Seon tidak mungkin menolak ajakan So Hwan karena dia sudah datang. Ia juga tak akan menggunakan alasan ada kegiatan lain yang harus ia lakukan.
" Kau sudah siap?"
"hahhh??" Hye Seon mendadak panik. Siap? memang apa yang harus ia siapkan? So Hwan benar benar membuat ia tak tahu apa yang harus dilakukan. Hyung Won menyangka Hye Son sudah janjian dengan So Hwan. Ia pun segera pamit karena merasa tak enak mengganggu acara mereka. Dari kejauhan ia bisa melihat Hye Seon masuk ke dalam BMW hitam itu. Entahlah. Ada sesuatu dalam hatinya yang tidak suka ketika So Hwan datang. Perasaan aneh yang Hyung Won rasakan sering muncul akhir-akhir ini.
...
Suasana sarapan pagi ini tampak berbeda sekali. Hyung Won terlihat tak bersemangat menyantap makanannya. Pikirannya semalam tidak tenang menyaksikan Hye Seon masuk ke dalam mobil So Hwan. Perkenalannya dengan So Hwan membuat hatinya terasa ciut.
"Perkenalkan ini adalah Kim So Hwan cucu pemilik Kim Art College." So Hwan pastilah bukan orang biasa karena menyandang gelar cucu pemilik Kim Art College.
"Hyung Won, kenapa kau dari tadi melamun terus?" Sun Ah menyenggol tangan Hyung Won. Sendok yang dipegangnya lepas.
"Nuna..apa yang kau lakukan?"
"Masih pagi! Kamu mimpi apa semalam sampai melamun gitu?" celetuk Sun Ah kesal.
Sadar bahwa memang telah melamun, Hyung Won pun membenarkan posisi makannya. Hye Seon yang duduk di depannya ikut memperhatikan.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya paman Kang ikut menimpali.
"Tidak ...aku tidak memikirkan apa-apa," ucapnya mencoba untuk tidak memberikan jawaban yang bisa memicu pertanyaan lebih lanjut.
"Jangan suka melamun pagi pagi nanti harimu tidak akan menyenangkan!"
Hyung Won melihat sekilas ke arah Hye Seon yang sedang lahap memakan roti di depannya. Kalau saja ia tahu Hyung Won berpikir keras untuk tidak mengingat kejadian semalam.
"Oh..kebetulan sekali pagi ini Hye Seon berkumpul bersama kita. Aku ingin menyampaikan berita yang penting."
Semua mata tertuju pada Sun Ah yang tersenyum gembira sebelum menyampaikan "berita penting". Paman dan Bibi juga ikut serius memperhatikan putrinya.
"Karena pernikahanku tinggal sebentar lagi berarti mulai sekarang aku harus sudah memikirkan apa saja yang aku perlukan ketika hari itu datang. Ehm...dan salah satunya adalah..tentang pendamping pengantin..."
Sun Ah menatap intens ke arah Hye Seon, seperti mengharapkan sesuatu.
"Hye Seon, aku mau kau menjadi pendamping pengantin untukku?"
Hye Seon menoleh memperhatikan ekspresi wajah Sun Ah yang terlihat sangat memohon kepadanya. Ia menunjuk dirinya, memastikan apa yang dimaksud Sun Ah adalah benar.
"Pendamping pengantin?Eonni, aku sama sekali tak pernah menjadi pendamping pengantin. Aku takut nanti akan merusak harimu."
"Itu tak mungkin, pendamping pengantin hanya perlu berjalan duluan di depan pengantin sebelum pergi ke altar. Setelah itu tugasnya selesai. Sangat mudah kan?"
Hye Seon tak langsung menjawab. Ia sepertinya memerlukan waktu untuk bilang "iya". Namun setelah beberapa kali Sun Ah memohon pada dirinya dan juga atas bujukan Paman dan bibi, Hye Seon pun menyanggupi.
"Terima kasih, Hye Seon! sekarang tinggal pendamping pengantin prianya." Sun Ah melirik ke arah Hyung Won. Yang dilirik justru sibuk sendiri menyantap roti. Ia tidak sadar kalau semua yang ada di meja makan ini memperhatikan dirinya.
"Kenapa?" tanpa rasa bersalah ia justru bertanya apa yang mereka lakukan.Sadar bahwa kakaknya sedang membicarakan pendamping pengantin pria, Hyung Won hanya bisa memprotes tidak mau.
"Nuna, bukankah Wo Han hyung juga punya adik laki-laki. Kenapa bukan dia saja yang menjadi pendamping pengantin prianya?"
Sun Ah kesal mendengar penolakan Hyung Won.
"Adik iparku sedang ada di Amerika. Dia baru pulang tiga jam sebelum pernikahan. Setelah itu, sehari setelahnya dia harus pergi ke Jepang untuk mengurus kerjaannya. Jadi kumohom berbaik hatilah terhadapku, adik ku sayang."
"Tapi...."
Sun Ah,masih dengan ekspressi galaknya, agak melotot ke arah Hyung Won. Dilihat seperti itu tentu saja Hyung Won tak bisa berbuat apa apa lagi.
"Baiklah," jawabnya pasrah. Sun Ah puas berhasil membuat adiknya mengikuti kemauannya. Sementara itu, Hye Seon justru merasa tidak tenang. Menjadi pendamping pengantin bersama Hyung Won? bukankah itu terlalu beresiko. Masih ada Na Ra yang mungkin nanti akan hadir di pesta pernikahan Sun Ah. Setelah apa yang ia lalui beberapa hari terakhir ini dengan Hyung Won, Hye Seon tambah menjadi kikuk jika harus melakukan sesuatu dengan cowok itu.