Setelah sarapan, Hye Seon menemani Sun Ah jalan jalan untuk menghilangkan stress setelah seminggu bekerja. Kang Sun Ah bekerja di perusahaan percetakan paman Kang. Ia bertindak sebagai manager operasional. Hari ini bisa disebut sebagai hari 'surganya para perempuan'. Sun Ah benar benar mengajak Hye Seon untuk menikmati hidup sebagai seorang perempuan. Mulai dari shopping di mall, me-relaxed-kan diri di tempat sauna, nonton film di bioskop dan yang terakhir menata rambut dan kuku di salon langganan Sun Ah. Walaupun ini adalah kegiatan yang lumrah bagi para cewek, Hye Seon nyatanya belum pernah melakukan pedicure dan medicure. Dulu ketika SMA, So Jung memang sering mengajaknya ke salon setiap akhir pekan tapi selalu saja ia tolak karena baginya berada disalon adalah hal yang sangat membosankan. Mematut diri di depan kaca sambil bergosip tentang artis atau cowok. Lebih baik ia membantu ibunya di toko roti atau latihan melukis dari pada melakukan hal yang 'tidak berguna' seperti itu.
"Bagaimana menurutmu Hye Seon? Apakah kau suka?"
Hye Seon tersenyum lebar. Nampaknya ia baru sadar kalau di salon itu sangat menyenangkan sekali. Ia agak menyesal kenapa dulu ia selalu menolak ajakan So Jung.
"suka sekali eonni."
"Aku senang akhirnya aku memiliki teman untuk diajak ketempat seperti ini. Aku sebenarnya sangat menginginkan adik perempuan sejak dulu supaya nanti kita bisa melakukan hal hal yang tidak bisa dilakukan pria."
"Apakah eonni tidak suka memiliki adik laki laki?"
Sun Ah membenarkan posisi duduknya. Pekerja salon terus saja memijat kakinya tanpa memperdulikan apa yang keduanya sedang bicarakan. Orang-orang seperti ini pastilah sudah banyak mendengarkan cerita pelanggan salon yang selalu berbicara masalah yang tidak bisa dibicarakan di tempat lain. Bisa dikatakan mereka banyak menyimpan rahasia orang.
"Sedikit.Hehe! Syukurlah Hyung Won tidak terlalu buruk untuk menjadi adik laki laki. Kadang dia juga baik dan mengerti tentang diriku lebih dari ayah dan ibu. Dia sepertinya juga baik terhadapmu."
Hye Seon tak langsung menyahut perkataan Sun Ah. Hal-hal yang pernah Hyung Won lakukan padanya tersaji seketika dalam benaknya. Ketika ia sakit, jatuh, terkilir hingga bantuannnya di toko buku menunjukkan kalau Hyung Won memang orang yang baik.
"Iya, dia memang baik," sahut Hye Seon pelan. Sun Ah tersenyum. Ia merasa ada sesuatu yang terjadi antara Hye Seon dan Hyung Won. Mereka sepertinya memiliki rasa ketertarikan. Namun, karena sikap keduanya yang terlalu penutup, Sun Ah tak berharap banyak pada perkembangan hubungan mereka. Setidaknya mereka kini sudah berteman baik.
Hampir satu jam Sun Ah dan Hye Seon berada di salon. Setelah semuanya beres mereka pun memutuskan untuk pulang. Jam sudah menunjuk ke angka lima.Tak terasa sudah seharian mereka berjalan-jalan. Hye Seon menjinjing lima kantung belanjaan yang semuanya hampir berisi baju yang Sun Ah belikan untuknya. Eonni ini memang terlalu baik. Ia tidak main main ketika bilang bahwa ia akan memperlakukan Hye Seon seperti adiknya sendiri.
"Sebentar, Eonni!" Hye Seon meminta izin, kemudian berlari kearah seorang pedagang aksesoris dipinggir jalan. Setelah memilih gelang yang cocok dia pun kembali sambil menunjukkan gelang itu ke Sun Ah.
" Bagaimana? bagus atau tidak?"
Sun Ah melihat perhiasan itu lebih detail. Gelang yang dibeli Hye Seon adalah gelang rajut sedehana berwarna biru. Sama sekali tak ada yang menonjol dengan perhiasan itu.
" Kau menyukainya?"
Hye Seon mengangguk. "Harganya murah. Cuma 3000 won."
" Itukah alasanmu membeli gelang ini?"
"Tidak juga. Dulu aku pernah menghilangkan gelang Hye Bin. Rupanya hampir sama dengan gelang ini. Aku ingin memakai gelang yang sama."
Sun Ah tersenyum saja. Tak ada komentar yang ingin ia lontarkan.
"Taxi !!" Sebuah taxi berhenti tepat di depan keduanya berdiri. Mereka pun langsung masuk. Jalan yang mereka lalui sore ini agak lengang. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang. Entah ke mana perginya ribuan mobil yang setiap harinya selalu memadati jalan jalan Seoul. Baru setengah jam taxi itu melaju mereka sudah sampai di jalan utama menuju rumah.
"brrrrrk..brrkk!" mobil taxi yang mereka tumpangi tiba tiba mengeluarkan suara aneh. Hye Seon dan Sun Ah seketika panik . Si supir mendadak menjadi pucat pasi.
"Eonni apa yang terjadi?"
Sang supir taxi menghentikan mobilnya kemudian memeriksa bagian mesin. Ada asap yang mengepul dari dalam kap mobil. Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Sun Ah keluar memastikan keadaan sementara Hye Seon menunggu cemas di dalam mobil. Ia melihat Sun Ah sedang berbicara dengan sang supir taxi. Melihat expresi keduanya, sepertinya ia tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan taxi ini. Sun Ah menyodorkan uang kepada ahjussi itu.
"Ayo Hye Seon, keluarlah!!"
Hye Seon yang sudah bersiap langsung keluar dari mobil. Ia mengambil beberapa tas belanjaan yang tadi mereka masukkan ke bagasi belakang.
"Nona, aku sungguh minta maaf!"
"Tak apa apa, kami juga sudah mau sampai. Kami juga minta maaf karena tak bisa membantu ahjussi memperbaiki mobilnya."
Hye Seon dan Sun Ah membungkuk untuk berpamitan. Walau kerepotan, mereka juga merasa iba dengan paman supir tadi.
"Hye Seon, apakah kau tahu ada jalan pintas ke rumah kita di sekitar sini? Uangku tidak cukup untuk naik taxi."
Keduanya berhenti berjalan. Hye Seon memperhatikan keadaan sekitar. Ia mengingat ingat apakah ia pernah melewati jalan ini dan kemungkinan adanya gang kecil yang menjadi jalan pintas untuk sampai kerumah.
"Eonni, bukankah itu cafe 'Mistic' yang terletak tidak jauh dari rumah kita." Sun Ah mengikuti arah telunjuk Hye Seon yang mengarah pada atap bangunan kuning yang tersembul di antara bangunan bangunan yang lain.Tidak salah lagi ,itu adalah cafe " Mistic" tuan Go.
"Ayo, kita bisa lewat sini." Hye Seon memimpin Sun Ah melewati gang kecil masuk kepemukimam padat penduduk. Jalannya agak menanjak dan juga banyak anak tangga yang harus mereka lewati. Disore hari seperti ini, gang ini ramai dengan anak anak kecil yang bermain diluar. Mereka tak memperdulikan Hye Seon dan Sun Ah yang kelelahan dengan kantung belanjaan di kedua tangan. Dengan susah payah akhirnya mereka sampai juga di ujung gang dan keluar pas di depan jalan utama yang menuju ke arah rumah mereka. Cafe 'mistic' tuan Go terlihat utuh sekarang.
"Aku capek sekali Hye Seon, bisakah kita beristirahat sebentar?"
"Baiklah eonni. Kita berhenti disini."
Dengan nafas terengah engah mereka mencari tempat untuk duduk. Angin sore yang semilir lembut sedikit menyegarkan badan mereka yang sudah kepanasan. Bulir bulir keringat mengucur membasahi muka keduanya. Sun Ah meregangkan kakinya. Sepatu hak tinggi yang dipakainya makin memperparah keadaanya. Kakinya terlihat merah dan bengkak.
"Hyung Won, kenapa kau berbuat seperti ini terhadapku?"
Hye Seon dan Sun Ah kaget mendengar nama Hyung Won disebut.Tampaknya suara itu berasal dari pinggir jalan tak jauh dari tempat mereka duduk. Dari kaca cembung lalu lintas mereka bisa melihat seorang perempuan dan laki laki berdiri bersandar di mobil Hyun Dai merah.
"Nara dan Hyung Won bertengkar lagi," gumam Hye Seon dalam hati. Disampingnya Sun Ah memperhatikan mereka dari kaca cembung lalu lintas di depannya. Mereka saling memberi isyarat untuk diam.
"Kenapa kau selalu menanyaiku dengan pertanyaan yang sama?"
" Karena kau sepertinya senang sekali jika aku menderita, Kau jijik terhadapku kan?"
Pernyataan yang sama persis seperti yang Hye Seon dengar ketika memergoki mereka bertengkar di depan restoran jepang beberapa minggu yang lalu. Apa sebenarnya yang terjadi dengan keduanya? walau sangat ingin tahu, Hye Seon diam saja di tempatnya.
"Kukira kau sudah melupakan semuanya. Bukankah aku sudah minta maaf padamu dan kau pun sudah melupakannya. Lalu kenapa kau sepertinya sengaja membuat aku begitu buruk dihadapanmu?"
"Semudah itukah aku bisa melupakanya? Jung Na Ra beri aku waktu lagi, untuk bisa benar benar membuat semuanya kembali normal di antara kita berdua. Orang tuaku dan kakakku berubah sikapnya sejak kejadian itu. Kau.. dianggap telah melakukan kesalahan besar..dan aku butuh waktu yang mungkin sangat lama untuk mendapatkan kepercayaan dari mereka lagi. Apakah kau anggap ini semua mudah bagiku?"
"Kalau kau sudah memaafkanku maka aku tidak butuh pengakuan orang lain."
"Jung Na Ra!!!" Telinga Hyung Won panas mendengar pernyataan pacarnya. Suaranya bergetar meninggi. Ada emosi yang ingin ia tumpahkan, tapi tidak jadi. Ia berbalik melihat tajam pada Na Ra yang membuang muka didepannya.
"Kenapa? Aku hanya punya waktu hidup sekitar enam bulan lagi. Jika aku harus menunggu lama lagi untuk mendapat pengakuaan dari orang orang di sekitarmu, yang aku tidak tahu sampai kapan mereka akan benar benar bisa memaafkan aku, bukankah aku akan rugi? Aku bertahan hidup karena ada kau di sampingku. Jika kau sudah tidak mau lagi bersamaku, aku .... untuk apa aku tinggal lebih lama lagi di dunia yang kejam ini. Setiap hari aku merasa kanker ini menggerogoti otakku..ayah dan ibu terus saja sibuk dengan pekerjaan mereka. Mereka bahkan tidak peduli kalau aku mengidap penyakit mematikan ini...Kenapa?!!!! aku harus menunggu orang lain untuk menerimaku kalau kau sudah ada di sampingku. Aku tidak butuh orang lain."
Isak tangis keras Na Ra terdengar jelas karena angin bertiup ke arah Hye Seon dan Sun Ah yang duduk diam di tempat persembunyian mereka. Hyung Won berdiri kaku tak mengerti kenapa ia berada dalam kondisi seperti ini lagi. Sudah lama ia tahu Na Ra mengidap penyakit kanker ganas itu.Tepatnya sejak Na Ra pergi menemuinya untuk meminta maaf atas kesalahan terbesarnya karena menghianati Hyung Won. Ia berciuman dengan Han Seok Ju. Bukan...Bukan hanya ciuman tapi..Na Ra melakukan lebih dari itu.
Peristiwa itulah yang membuat Hyung Won begitu terpukul. Paman,bibi dan Sun Ah berusaha menasehati Hyung Won untuk melepaskan hubungannya dengan Jung Na Ra. Meski mereka sadar itu sangat berat. Na Ra adalah cinta pertama Hyung Won, gadis yang telah ia cintai sejak SMA. Gadis yang pertama kali membuat hatinya bergetar dan membuat dunianya terasa indah. Jadi wajar, ia tak bisa melepaskan Na Ra begitu saja. Kanker yang diderita Na Ra seperti menjadi sebuah pengikat antara keduanya.
Gadis itu selalu beralasan ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan orang yang ia cintai. Na Ra terlahir dari keluarga kaya namun sangat jarang sekali mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Keduanya sibuk mencari uang, mengembangkan perusahaan dan beranggapan uang bisa membuat anaknya bahagia. Sejak dulu, setiap ada masalah Hyung Won lah yang seperti menjadi malaikat penolongnya. Ia menjadi teman bicara, kekasih dan juga sahabat yang selalu ada di setiap ia membutuhkan.
Dan ketika semuanya sudah seperti ini, akan sulit bagi keduanya untuk hidup berpisah.
Sun Ah gamang menatap dedaunan kering yang beterbangan di depannya. Inikah alasan kenapa waktu itu Hyung Won marah besar ketika ia memintanya untuk meninggalkan Na Ra? Kanker otak? gadis itu menderita kanker otak dan hanya memiliki kesempatan hidup beberapa bulan lagi.Tak akan pernah Hyung Won meninggalkannya dalam kondisi seperti itu. Hye Seon mengambil kantong kantong belanjaan Sun Ah yang lepas dari genggaman tangannya. Air mata wanita itu menetes dari sudut pelupuk mata beningnya.