Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 18 - Perhatian

Chapter 18 - Perhatian

Pagi ini, seperti biasa,dengan memakai jumper dan hoodie merahnya, Hye Seon keluar dari rumah untuk jogging.Matahari belum tersembul dari peraduaanya.Semua masih terlihat agak gelap.Udara pagi yang lumayan dingin berhembus menghempaskan bau alam yang jarang sekali ditemui kalau hari sudah agak siang.Kolam ikan di bawah rumah Hye Seon beriak. Ikan-ikan yang lincah bergerak ke sana ke mari mengitari kolam mini ini. Lampu kamar kerja paman menyala.Laki-laki itu sudah terlihat bekerja di kantor pribadinya.Hye Seon bisa melihat bayangannya bergerak gerak di kaca jendela.

Hye Seon berlari kecil menyusuri jalan di komplek perumahan ini. Ada satu dua orang yang melakukan hal yang sama dengan dirinya. Tampaknya, semakin pagi kita jogging, semakin sehat pula lah kita. Udaranya benar-benar bersih. Sel-sel tubuh Hye Seon sepertinya terbangun seketika bersentuhan dengan udara pagi.

Ketika sampai di danau buatan di ujung komplek, matahari sudah menyembul keluar. Cahayanya yang lembut menerobos melalui celah ranting-ranting pohon Ginko yang mulai berguguran karena musim gugur segera akan tiba.Pemandangannya sungguh indah.Kuningnya daun tampak menyatu dengan cahaya matahari pagi.Hye Seon merasa tak perlu ada yang ia khawatirkan dalam kondisi seperti ini. Tuhan telah menciptakan alam seindah ini untuk manusia dan ia merasa harus bersyukur dengan menjalani hidup ini dengan baik.

"Brakkk!"

Hye Seon tersungkur mengaduh ketanah. Ia menabrak sesuatu.Botol minumannya terlempar sekitar satu meter dari tempatnya.Ia sepertinya juga tidak beruntung karena kakinya terkilir sangat sakit.

"Maaf!"

Merasa bersalah karena telah menabrak seseorang Hye Seon meminta maaf tanpa memandang orang yang ditabraknya.Ia sibuk memegangi kakinya yang sakit.Bukannya makian yang ia dengar,namun sebuah uluran tangan untuk mengangkatnya berdiri.Hye Seon mendongak untuk mengetahui siapa orangya.Pandangannya silau terkena sinar matahari.

"Kau baik-baik saja?"

"Hyung Won ssi!" Hye Seon kaget tak menduga bisa bertemu dengan Hyung Won di tempat ini.Sejak kapan laki laki ini suka jogging?

"Apa kakimu baik-baik saja?" Hyung Won jongkok memeriksa kaki kanan Hye Seon.Ada bercak darah yang menempel di celana trainingnya.Ia jatuh terantuk batu kerikil yang lumayan tajam.

" Kelihatannya cukup parah. Kau bisa berdiri?"

Hye Seon mencoba untuk mengangkat badannya.Kaki kanannya tidak bisa ia gerakkan .Rasanya sakit sekali.

"Aku sepertinya terkilir, aduh...sakit sekali." Hye Seon meringis merasakan sakit di kaki kanannya.Mendapati kondisi Hye Seon yang seperti ini, tak ada cara lain yang Hyung Won bisa lakulan selain mengangkat badan Hye Seon.

"Apa yang kau lakukan?" Hye Seon berusaha melepaskan dirinya ketika Hyung Won mencoba membopongnya.

"Aku masih bisa jalan." Karena tak mau diperlakukan seperti tu,Hye Seon memaksakan dirinya untuk bangun walau kaki nya terasa sakit sekali.Ia duduk di atas bangku ynag kebetulan ada tak jauh dari tempatnya duduk.

" Kau terkilir."

Hyung Won menyerahkan botol minum Hye Seon yang terlempar ketika ia jatuh.

"Bolehkah aku memeriksanya?"

Hye Seon tak segera menjawab.Ia tahu ia sangat kesakitan, tapi...mengingat apa yang Hyung Won lakukan malam sebelumnya, menyodorkan segelas air putih didepan Na Ra. Itu sudah cukup berlebihan baginya..ia tak mau laki laki itu terlalu baik padanya.

"Tenang saja! aku tidak akan membuat kakimu tambah parah. Aku ini pemain sepak bola di kampus.Terkilir adalah hal yang biasa bagiku."

Hyung Won melihat pergelangan kaki kanan Hye Seon.Ia memeriksa kaki itu kemudian memberikan pijatan dan memutar-mutarnya pergelangan kaki Hye seon untuk meredakan rasa sakit. Gadis itu meringis kesakitan tapi ia tak berani mengaduh.

"Kenapa kau bisa menabrakku dan terjatuh?"

Tanpa melihat Hye Seon, Hyung won bertanya.Malu dengan kecerobohannya Hye Seon berusaha mencari alasan yang tepat.

" A..Aku begitu menikmati pemandangan pagi ini sampai sampai tak melihat jalan di depanku."

"Kelihatannya memang begitu.��� Hyung Won tersenyum mendengar jawaban Hye Seon.Ia terus saja memijat kaki Hye Seon untuk meredakan rasa sakitnya.Sambil mencuri pandang dari Hyung Won, Hye Seon memperhatikan segala gerak-gerik yang dilakukan Hyung Won untuk mengurangi rasa sakit dikakinya.Tangan gesitnya memijat pergelangan kaki Hye Seon.

" Sudah selesai, bagaimana rasanya!"

"Agak baikan," Hye Seon menggerakkan kakinya.Rasa sakitnya memang agak berkurang.

"Terima kasih!"

"Sebaiknya kita pulang, lukamu harus dibersihkan." Hyung Won menunjuk ke lutut Hye Seon.Ada bercak darah di situ.

"Baiklah."

Gadis itu bangkit dari duduknya.Belum sempat ia berdiri,kakinya seperti kehilangan keseimbangan dan ia hampir jatuh ke tanah kalau tidak tertangkap tangan Hyung Won.Brek..badan Hye Seon kini berada dalam pelukan laki laki itu.Keduanya saling memandang bingung.Jantung Hye Seon serasa copot dibuatnya.

"Kau tak apa-apa?" Hyung Won mendadak panik.

"Kakimu belum sembuh benar, ..Lalu bagaimana kau pulang?" Hyung Won mencari cara untuk membawa Hye Seon pulang.Kaki Hye Seon terlihat biru dan sedikit bengkak.

"Naiklah!" Hye Seon bingung dengan maksud Hyung Won.Laki-laki itu berjongkok membelakanginya dengan posisi agak membungkuk.Ia menawarkan gendonganya pada Hye Seon.

" Hyung Won ssi???"

" Naiklah, tak apa apa?"

Hye Seon pun mengikuti perintah Hyung Won.Ia naik ke atas punggungnya.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Hyung Won dan Hye Seon harus menahan malu dilihat oleh orang orang yang mereka lewati.Kalau bukan karena ia tidak bisa berjalan Hye Seon tak akan pernah melakukan hal seperti ini.Ia sangat malu dan juga....takut jikalau mungkin tiba tiba ada Na Ra muncul di hadapannya.Takut akan terjadi salah paham.Hye Seon meminta Hyung Won untuk mengantarkannya ke rumah.Ia tidak mau bibi,paman,dan Sun Ah banyak menanyainya hanya karena kilir."

"Kau punya plester?"

Hye Seon menunjuk kotak obat yang ia letakkan di lemari dapur.Hyung Won dengan hati-hati membersihkan lukanya, menempelkan perban dan menutupnya dengan plester.

"Sudah selesai,"ujar Hyung Won sambil membereskan kotak obat.

Hye Seon diam memandangi laki-laki itu.Jantungnya berdetak tidak karuan.

"Terima kasih banyak, Hyung Won ssi"

"Kau terlalu banyak berterima kasih hari ini.Maaf aku tidak bisa menyembuhkan kakimu.Nanti aku akan panggil ayah, dia pintar sekali membuat kaki terkilir menjadi sembuh."

" Tidak usah," cegah Hye Seon cepat. Hyung Won menatapnya heran." Kenapa?"

" Paman pasti sibuk dengan pekerjaannya.Aku tidak mau mengganggunya.Nanti juga sembuh."

" Ayah tak sesibuk yang kau kira..Ia justru terlihat santai akhir-akhir ini."

Hyung Won duduk bersandar di tembok didepan Hye Seon.Peluhnya menetes dari dahinya yang bersih.Mungkin ia kelelahan menggendong Hye Seon dari taman sampai rumah.Nafasnya naik turun.

" Oh..ya..nuna akan menikah bulan depan."

" Apa?Eonnie menikah?!" mata Hye Seon membesar kaget.

Hyung Won mengangguk.Hal ini cukup membuat Hye Seon terkejut.Ia sama sekali tak bisa membayangkan Sun Ah tiba tiba menikah dan hidup jauh dari dirinya.

" Walupun kami sering berdebat, tapi, kalau dia tidak ada di rumah ..rasanya ada yang kurang.

"Eonnie adalah wanita paling baik yang pernah aku temui.Akan sangat sedih sekali jika harus berpisah dengannya. Aku tak mempunyai kakak."

Hyung Won mengulum senyum sambil melihat ke arah Hye Seon.Diperhatikan seperti Itu Hye Seon menjadi agak salah tingkah.

"Kudengar kau punya saudara perempuan."

"Iya. namanya Lee Hye Bin, usianya terpaut lima tahun dari aku..Dia juga seperti eonni, saudara yang sangat baik...Ia didiagnosa kanker tulang sejak usia dini.Hidupnya selalu bergantung pada kursi roda.Sudah hampir enam tahun ia hidup seperti itu tapi..anehnya sama sekali tak pernah kudengar ia mengeluh sedikit pun tentang hidupnya." Mata Hye Seon mulai berkaca kaca.Ia teringat akan adiknya yang sudah lama tak ditemuinya.Hyung Won merasa iba dibuatnya.Namun tak ada hal yang bisa ia katakan.

"Maaf karena menanyakan sesuatu yang seharusnya tak kutanyakan. Istirahatlah.Aku nanti akan mengantarkanmu ke kampus."

Hyung Won berdiri kemudian melangkah keluar.Ia mendapati Sun Ah sedang melakukan senam kecil di halaman rumah.Wanita itu menatapnya penuh selidik.Kenapa Hyung Won bisa ada di tempat Hye Seon sepagi ini? Hyung Won hanya menunduk dilihat kakaknya.Ia mencoba menghindari pertanyaan Sun Ah sebisa mungkin

v

Beberapa hari lagi kompetensi melukis di fakultas seni akan segera dilaksanakan. Semua anak seni rupa yang sudah mendaftarkan diri mereka nampak sibuk latihan di bengkel seni kampus.Tema 'sincerity' dipilih untuk mengajarkan para mahasiswa sikap keihlasan yang sudah jarang sekali ditemukan di dunia modern ini. Hye Seon sudah mengitari perpustakaan untuk mencari inspirasi tentnag objek yang akan ia gambar.Namun sampai sore tak ada gambar atau insprasi yang keluar dari otaknya.Ia tak bisa memikirkan sesuatu.

"Gangneung!"

"Nenek!"

Sebuah penampakan aneh muncul dalam pikiran Hye Seon.Ia teringat cerita ayahnya.Waktu tuan Lee kecil, nenek dulu berdagang roti keliling kampung sambil menggendongnya.Walau terasa cape, nenek sama sekali tak pernah mengeluh.Ia melakukannya semata-mata karena rasa cintanya pada anak dan keluarganya.Gambar ini bisa ia pilih untuk menunjukkan sisi keihlasan seorang ibu yang berjuang tanpa pamrih demi anaknya. Setelah mencatat hal hal yang penting,Hye Seon segera bergegas keluar.Kakinya yang masih sakit membuat ia sedikit pincang ketika berjalan.

Ruangan untuk lomba lukis terletak di aula utama departemen seni rupa. Hye Seon pernah menyaksikan anak paduan suara latihan bernyanyi di tempat ini.Sambil berjalan ia mengintip persiapan panitia perlombaan. Mereka memakai kaos hitam merah dengan tulisan panitia ulang tahun Kim Art College yang ketiga puluh. Ramai sekali keadaaan di dalam aula.Semua orang tampak sibuk membersihkan dan mengeset ulang ruangan ini.

"Apakah semuanya sudah siap?"

Hye Seon menoleh ke samping. Di dekat pintu masuk, So Hwan terlihat memakai seragam yang sama dengan orang-orang yang ada di dalam aula. Dia sibuk mengatur segala persiapan acara.Ia tidak melihat Hye Seon sedang berjalan di dekat tempatnya. Hye Seon sengaja tak menyapanya.Ia tak mau membuat orang lain curiga. Walau memang tidak ada hubungan apa-apa antara dirinya dan So Hwan, tetap saja akan sangat menakutkan jika ia digosipkan dengan cowok itu nantinya.

Hari ini semuanya berjalan dengan begitu cepat. Setelah mengikuti kelas terakhir, Hye Seon pergi ke tempat kerjanya.Kali ini untuk beberapa hari ia akan serius membaca segala buku seni yang dijual di toko ini. Kim Suk Ju dengan senang hati membantu Hye Seon dengan berbagi pengalaman lukis yang ia miliki. Walau ada beberapa hal yang ia lupa, namun hal itu tidak mengurangi redaksinya dalam menyampaikan pengalaman yang ia miliki untuk ditiru oleh Hye Seon.

Sepulang dari tempat kerja, Hye Seon banyak melakukan latihan dengan mulai menggambar sketsa seorang wanita setengah baya dengan anak balita di punggung.Di depannya,banyak sekali kue yang ia jajakan di pinggir jalan pasar. Hye Seon merasa ia masih perlu belajar bagaimana membuat sebuah perspektif yang bagus dalam melukis. Untuk hal yang satu ini Park Ji Hoo dengan senang hati membantunya,cowok ini serius tidak mengikuti lomba lukis kali ini.Ia beralasan kesehatannya tidak sedang dalam kondisi fit walau hal itu terdengar sangat absurd di telinga Hye Seon.Ji Hoo memang sangat berbakat.Dalam dua kali pertermuaan, Hye Seon sudah mengetahui rahasia tehnik lukis yang mengagumkan dari Ji Hoo.

Sepertinya tehnik inilah yang ia pakai ketika berhasil menyabet juara satu beasiswa sekolah di Kim Art college.Hye Seon tentu saja sangat bahagia mendapatkan ilmu gratis seperti ini dari "master Ji Hoo."

Seminggu dan dua minggu pun berlalu. Akhirnya hari yang dinantikan pun tiba. Seluruh keluarga Kang seperti biasa bersemangat sekali mendukung Hye Seon supaya bisa memenangkan pertandingan. Bahkan Bibi dan Sun Ah sudah sejak tadi pagi meneriakkan yel yel "fighting" seolah olah Hye Seon akan menghadapi kejuaraan lukis tingkat dunia. Bibi memasak bubur abalon spesial. Bubur ini sengaja bibi buat khusus untuk Hye Seon agar ia bisa berkonsentrasi penuh ketika melukis. Diperlakukan seperti ini, Hye Seon merasa tak perlu khawatir walau orang tuanya berada jauh di Gangneung. Ia sudah memberitahu ayah dan ibunya jika ia akan mengikuti kejuaraan lukis. Paman Lee sangat senang sekali mendengar putrinya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan bakatnya. Hye Bin banyak sekali mengirim pesan penyemangat agar Hye Seon yakin dan tak perlu takut seandainya ia kalah.Yang penting ia sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Seperti biasa, Hye Bin selalu saja terdengar seperti orang yang lebih tua darinya.

....

Mobil Hyun Dai merah Hyung Won berhenti pas di depan halaman kampus. Sebelum turun Hye Seon tak lupa mengucapkan banyak terima kasih.

"Hye Seon..."

Hye Seon tak jadi keluar dari mobil. Ia melihat Hyung Won yang memanggil namanya.Tangannya di kepalkan ke udara sambil tersenyum gembira." Semangat!"

Hye Seon tertawa riang melihat dukungan Hyung Won. Belum sempat ia bilang terima kasih, Hyung Won sudah menyelanya. "Jangan terlalu banyak bilang terima kasih padaku. Pergilah!"

Hye Seon mengangguk dan segera keluar dari mobil. Di depan pintu gerbang Yu Mi sudah menunggunya. Ia melambaikan tangan ke arah Hye Seon. Yu Mi juga ikut lomba lukis kali ini.

"Siapa dia?" tanya Yu Mi sambil menoleh melihat mobil Hyun Dai merah yang melaju meninggalkan halaman kampus.

" Oh..itu.anak ibu kosku."

"Sepertinya ia perhatian sekali terhadapmu?" goda Yu Mi usil.

"Hmmm...Dia memang baik sama siapa saja."

"Awalnya memang biasa,...tapi lambat laun karena kalian tinggal berdekataan hati-hati jika nanti..."

"Sudahlah ! kita akan telat. Apakah kau sudah siap?"

Sedikit kesal Yu Mi mendapati Hye Seon yang memotong kalimatnya. Padahal ia ingin menggoda Hye Seon yang akhir-akhir ini terlihat lebih ceria dari pada ketika mereka bertemu kali pertama.

"Tentu saja, aku sudah siap!" keduanya berjalan memasuki area kampus menuju aula tempat lomba diadakan. Panitia membagikan nomor bagi semua peserta. Yu Mi mendapatkan bangku nomor dua belas sedang Hye Seon berada dibelakang, di nomor 25. Sebelum lomba dimulai, Han Da Min, salah satu panitia lomba mengumumkan tata cara perlombaan. Para peserta dilarang untuk menggunakan foto atau gambar acuan lainnya dalam melukis. Mereka benar benar harus menggunakan imaginasi dalam melukis objek yang ingin mereka tampilkan.

Tepat jam sebelas, lomba dimulai. Seperti peserta lainnya, Hye Seon mulai menggoreskan gambarnya di atas kanvas yang sudah dipersiapkan panitia di depan masing-masing bangku. Perlahan-lahan ia membentuk garis tipis yang lambat laun terlihat seperti kawasan pertokoan ramai. Bangunan bangunan berlantai dua memenuhi samping kanan dan kiri jalan. Hye Seon agak kesulitan mengatur komposisi yang tepat untuk membuat jarak antara toko dan object manusia yang ia gambar supaya tampak proporsional. Untung nasehat dari Ji Hoo masih tertanam jelas di otaknya. Ji Hoo menyuruhnya berhati hati saat mulai membuat titik perspektif.Titik inilah yang paling penting, agar bidang gambar terlihat harmonis dan nyata.

Semua peserta sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Di samping Hye Seon, seorang mahasiswa laki laki menggambar seekor singa yang sedang minum air di sebuah oase yang panas. Ia tampak menemani anaknya yang paling kecil mengambil air dari kolam yang sudah agak kering. Warna orange begitu mendominasi lukisan itu. Campuran warna yang digunakan untuk membuat cahaya matahari yang mulai memudar tampak sangat nyata. Dalam hati Hye Seon memuji kepandaian pelukis itu.

Suasana aula benar benar hening. Sesekali terdengar suara goresan pencil atau kuas yang beradu lembut dengan kanvas. Semua peserta hanyut dalam imaginasi pikiran mereka.Tepat ketika jam dinding menunjuk keangka lima Hye Seon mulai panik. Ia mencari sesuatu yang kira kira bisa digunakan untuk menyempurnakan lukisannnya.