"Annyeong haseyo!" sapa Kim Suk Ju agak kebingungan.Ia tahu betul siapa pemuda itu. Sewaktu ia masih di Kim Art college,ia sering melihatnya berkeliling kampus bersama ayahnya. Sementara itu, Hye Seon masih terpaku di tempatnya. Ia betul-betul bingung tidak tahu harus bereaksi bagaimana.
"Annyong haseyo," jawab So Hwan membalas salam Kim Suk Ju. Ia tak tampak mengenali pemuda tambun itu.Maklum terakhir kali Suk Ju melihat So Hwan sekitar tujuh tahun yang lalu.Waktu itu So Hwan belum segagah sekarang. Ia masih sangat kekanak-kanakan dengan baju seragam SMA nya.
"Hye Seon, kau ternyata bekerja disini."
"Oh..i....iya," terbata-bata Hye Seon menjawabnya.Ia melihat Suk Ju memberikan tanda padanya agar menemani So Hwan karena ada pengunjung buku lain yang masuk.
"Silahkan melihat-lihat koleksi buku kami."
Ji Hoo mengekor di belakanag So Hwan. Ia pastinya telah mendapatkan pekerjaan sebagai asisten dosen muda itu.Sejak tadi siang, Ji Hoo bersama dengan So Hwan dan sampai sekarang pun masih sama.
So Hwan berjalan menuju koleksi buku-buku impor. Ia bertanya pada Hye Seon apakah ada buku tentang Jepang yang membahas manga. Hye Seon mencarinya didirektori daftar koleksi buku di komputer.Setelah beberapa saat mencari, ternyata buku yang dimaksud So Hwan sudah habis.
"Maaf, buku yang anda cari sudah habis terjual. Kalau anda berkenan, kami juga memiliki banyak buku tentang komik dari negara lain. Di sebelah sini.."
Hye Seon menunjuk ke arah rak buku di sampingnya. So Hwan berjalan pelan mengambil buku berwarna hijau dengan gambar-gambar kartun Disney.
" Aku ambil yang ini.."
"Baik!" Hye Seon menerima buku dari So Hwan. "Apakah anda masih mau mencari buku-buku lain?"
"Oh..iya.. dimana koleksi literature seni rupa?"
"..oh seni rupa? Ya..ya.. sebentar."
Agak kebingungan Hye Seon mencari rak buku seni.Padahal seingatnya, baru tadi ia merapikan rak itu.Mungkin ia terlalu gugup berada di samping So Hwan yang beberapa waktu belakangan ini berita tentang ketenarannya santer terdengar.
"Ini seonsaengnim!" Ji Hoo menunjuk ke arah rak yang berada tepat di bawah jendela. Ia berhasil membuat Hye Seon terlihat bodoh sebagai karyawan baru.
"Iya..iya betul ada di sana," ucap Hye Seon gugup ikut menimpali Ji Hoo.
So Hwan mencari buku seni rupa yang ia maksud selama kurang lebih lima menit.Setelah mendapatkannya ia membawa sendiri buku itu ke meja kasir.Kim Suk Ju sudah bersiap di belakang counter.
"9800 Won!"
So Hwan meminta Ji Hoo untuk tidak memasukkan buku "sejarah seni lukis korea" ke dalam kantong.
"Ini untukmu!"
Mata Hye Seon membulat. Ia kebingungan dan tak bisa menimpali. Orang ini memberikan bukunya padaku?
Ketika So Hwan mengulurkan buku itu ke tanganya, Hye Seon masih mematung, bingung.
"Ambillah, essai mu jelek sekali. Kau harus sering membaca!"
Sedikit gemetar, Hye Seon mengambil buku itu dari tangan So Hwan. Atas dasar apa pun, seharusnya ia tidak perlu memberikan buku itu pada mahasiswanya. Bagaimana komentar mahasiswa yang lainnya jika mereka mengetahui ia mendapat perhatian yang " lebih" dari dosen ini?
"Aku pergi dulu! Terima kasih!"
Ji Hoo membungkuk hormat sebelum meningalkan toko mengekor So Hwan. Dengan gayanya yang khas, lelaki itu berlalu saja keluar menuju mobilnya. Ia meninggalkan Hye Seon yang masih bertanya- tanya apa maksudnya dari pemberian kecil ini.
............
Lagu "lucky" jason Mraz mengalun merdu dari Samsung warna hitam. Hye Seon berhenti membaca buku yang dipegangnya kemudian agak malas mengangkat smartphone-nya.
"Halo!" Hye Seon tidak melihat layar HP.
"Halo!"
Suara lengkingan dari ujung telepon cukup membuat Hye Seon sadar kalau So Jung sedang meneleponnya sekarang.
"Hye Seon, kau tidak mengenaliku lagi?"
"Bu..bukan...aku ngantuk sekali jadi tidak memperhatikan siapa yang menelepon,' kilahnya mencari alasan agar So Jung tidak merasa tersingggung.
" Benarkah? "
"Benar!"
"Hei, kenapa lama sekali kau tidak meneleponku? Aku kangen loh!"
"Aku juga kangen..ta..pi ..ya ..mau video call-an?"
"Jangan! Nggak usah! Aku di luar dan...sedang menunggu Sang Min yang sedang mengobrol sama temannya di dalam! Jadi aku tidak bisa lama-lama!"
"Oh!"
Hye Seon merebahkan badannya lagi di lantai.
"Bagaimana kuliahmu di Kim Art college? Kemarin Ji Hoo bilang kalau dia sudah diangkat menjadi asisten dosen.Dia tidak bohong kan?"
Karena Hye Seon baru mendengar kabar ini, dia bingung. Ji Hoo sama sekali tidak membicarakan 'jabatannya' dengan Hye Seon.Atau..jangan-jangan kedekatan Ji Hoo dengan So Hwan akhir-akhir ini berkaitan dengan hal itu?
" Dia sama sekali tidak cerita?" tanya So Jung tidak percaya.
"Tidak...kami..kami jarang bertemu.Aku juga sekarang sudah mulai bekerja paruh waktu di toko buku setelah pulang kuliah. agaimana dengan dirimu? Apakah kau juga bekerja paruh waktu? Tapi kalau melihat kondisimu sepertinya kau tidak mungkin bekerja. Orang tuamu sudah berjanji akan membiayai kuliahmu sampai lulus."
"Heii...Aku juga bekerja paruh waktu di sebuah galeri di sini. Nanti kalau kau pulang ke sini akan akau ajak kau ke sini."
So Jung terkikik di ujung telepon.Hye Seon hanya tersenyum mendengar suara So Jung yang terdengar aneh di telinganya.
"Hye Seon...lebih baik kau cerita saja bagaimana dirimu di sana.Apa kau sudah menemukan hal-hal yang menarik? Makanan? Atau cowok mungkin?" So Jung kembali terkikik. Kali ini bukannya tersenyum Hye Seon justru terbenam sendiri dalam pikirannya.Wajah Woo Bin tiba-tiba hadir jelas melintas.Ini masih sering terjadi kalau topik tentang pacar diangkat dalam pembicaraan.
"Hye Seon, apa aku salah bicara?"
"Tidak, aku cuman__!"
"Prak ...!!!"
Buku yang Hye Seon pegang terjatuh ke lantai. Ada sebuah kartu kecil yang keluar dari halaman buku itu. Hye Seon memungutnya dan membaca tulisan panjang dan kurang rapi di atasnya.
"Insadong. Ada tempat menarik untuk dikunjungi di sana. Datanglah. Aku mengundangmu hari Sabtu nanti!"
Kalimat itu tentu saja membuat Hye Seon menjadi sangat penasaran.Ada kertas aneh dalam buku yang So Hwan berikan padanya.Apakah So Hwan sengaja menyelipkan kertas itu ke dalamnya agar Hye Seon bisa membacanya? Atau mungkin kertas itu memang sudah ada di situ sejak lama? Tidak ada tulisan nama penulisnya. Hye Seon tak berani mempercayai sepenuhnya bahwa kertas itu adalah undangan dari So Hwan untuknya.
"Hye Seon..Hye Seon! Apa kau masih mendengarkanku?" Suara keras So Jung mengagetkan Hye Seon.
"Maaf..ada kecelakaan kecil. Aku menjatuhkan bukuku dan...dan mengenai ..." Hye Seon bingung mencari alasan yang tepat supaya So Jung tidak bertanya lebih lanjut.
"mengenai jari kakiku.."
Akhirnya kalimat itulah yang terlontar.
"Ooh...bagaimana Seoul?..ayo ceritakan padaku.Aku dengar dari ibumu kau tinggal dengan keluarga Kang. Apakah mereka baik terhadapmu. Dan bagaimana juga teman-teman kuliahmu? Apakah ada yang keren? ayo ceritakan Hye Seon," rengek So Jung sedikit memaksa.
"ehm..keluarga Kang...mereka sangat baik sekali padaku. Aku bahkan sangat risih karena diperlakukan begitu baik.dan...teman-teman di kampus juga sangat baik. Aku sepertinya beruntung karena selalu bertemu dengan orang-orang baik. Kim Art college memang tempat yang sangat luar biasa.Kau harus ke sini sendiri untuk melihatnya."
" Wah..pasti sangat menyenangkan ya..Bagaimana?Apa ada cowok yang menarik perhatianmu?"
Hye Seon selalu membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk menjawab pertanyaan seperti ini.Yang pertama,yang selalu muncul di pikirannya adalah Woo Bin. Walau sudah bertekad untuk melupakannya.Tetap saja waktu sebulan belumlah cukup untuk menghapus semuanya.
"Aku tak mau memikirkannya.Yang ingin aku pikirkan sekarang hanyalah kuliahku.Kau pasti mengerti maksudku. Aku perlu waktu untuk melupakannya dan membuat hidupku normal di sini..aku ingin kau mendoakanku, So Jung."
"Tentu saja aku akan selalu mendoakanmu..Kau adalah gadis berbakat yang tidak pantas menderita hanya karena seorang cowok yang tak berani mengungkapkan perasaannya.Kurasa dia menyesal karena telah membiarkanmu pergi begitu saja."
Walau keduanya tidak menyebutkan siapa nama cowok itu.Sudah jelas bahwa mereka sedang membicarakan Woo Bin.
" So Jung..kubilang aku sedang berusaha melupakannya."
" Tapi Hye Seon.. dia sungguh.."
"So Jung tolong berhentilah membicarakannya."
Air mata bening Hye Seon mulai menetes. Badannya terasa panas menahan sesuatu yang membuat dadanya sesak sekali. Cerita Woo Bin belum-belum berakhir. Ia masih belum mau hilang dari hati gadis itu sepenuhnya. Setiap namanya disebut, pada saat yang bersamaan, seluruh luka dan pengharapan kosong seolah bangkit dan membuat Hye Seon merana lagi.
"Maaf!"
Suara So Jung hilang dari ujung telepon. Hye Seon merebahkan dirinya ke tembok di samping jendela. Di saat bersamaan, terdengar suara deruan mobil mulai masuk ke halaman rumah Keluarga Kang. Hyundai merah Hyung Won sudah pulang mengantarkan tuannya dari..mungkin kencannya dengan sang kekasih.
................
Sudah lima hari sejak pertemuan terakhir mereka di toko buku, Hye Seon tidak melihat So Hwan mengajar di kelasnya. Posisinya sudah digantikan oleh dosen awal, Hwang Baek Young yang sudah kembali dari Eropa. Walau banyak mahasiswa, khususnya para mahasiswi yang menggerutu karena tidak bisa bertatap muka langsung dengan So Hwan, kelas harus terus berjalan.
Hwang Baek Young seonsaengnim bukanlah dosen yang buruk. Ia bahkan bisa dikatakan memiliki kemampuan yang lebih mumpuni dari pada So Hwan. Namun karena ia tidak begitu bisa berkomunikasi dengan mahasiswa secara baik, para mahasiswa sering tak begitu tertarik untuk mengikuti kelasnya. Hye Seon, yang juga memiliki perasaan hampir sama dengan teman temannya, berpura pura untuk tetap menyukai dosen Hwang. Meski agak sedikit membosankan, dosen itu tak terlalu buruk juga. Ia bahkan secara lengkap dan gamblang tahu tentang seluk beluk sejarah Seni Korea. Mulai dari jaman dinasti Jo Seon sampai era seni kontemporer jaman sekarang.
Yu Mi mengomel pelan di samping Hye Seon. Ia sedari tadi menggerutu karena belum melihat So Hwan di kampus sejak hari senin kemarin. Cowok itu memang tiba-tiba menghilang ditelan bumi. Tak ada kabar selain dugaan dia tidak mengajar lagi karena Hwang Baek Young sudah kembali.
Hye Seon merasa aneh karena ia yang sebelumnya tak begitu tertarik dengan ketenaran So Hwan di kampus ini menjadi ikut penasaran ke mana gerangan laki laki itu pergi. Seharusnya ia berpamitan dulu sebelum pergi meninggalkan kelas.
Pikiran Hye Seon tertuju pada kertas memo kecil yang jatuh dari buku pemberian So Hwan beberapa hari yang lalu.
"Jika itu memang dari So Hwan, maka..aku bisa menemuinya dan menanyakan kenapa ia tidak pamit pada mahasiswanya sebelum pergi."
Hye Seon bergumam sendiri. Ia tidak ingin Yu Mi tahu bahwa ia mendapatkan sebuah buku dari So Hwan. Jika hal itu sampai ketahuan, Hye Seon tak bisa membayangkan bagaimana reaksi teman-teman perempuannya nanti.
Ji Hoo terlihat begitu sibuk akhir-akhir ini. Ia langsung saja pulang setelah selesai kuliah. Karena tak terlalu sering bertatap muka dengan Hye Seon, akhirnya sampai sekarang Hye Seon belum sempat menanyakan keberadaan So Hwan yang mungkin ia tahu.
Hye Seon mengambil telepon selularnya kemudian mengetik beberapa kalimat pendek. Ia baru saja mendapatkan alasan untuk menemui Ji Hoo. Malam sebelumnya So Jung memberitahunya bahwa ia akan mengirim foto foto dari Tuan Lee dan teman teman di Gangneung untuknya. Karena printer Hye Seon rusak, ia berencana meminta tolong Ji Hoo untuk mengeprintnya. Selang beberapa menit Ji Hoo membalas pesan Hye Seon. Cowok itu bersedia mengeprintkan foto.Tapi ia baru bisa melakukannya sekitar jam sebelasan malam. Jadi Hye Seon harus mengambilnya sendiri ke apartemen Ji Hoo.Tanpa berpikir panjang Hye Seon mengiyakan permintaaan Ji Hoo.
...................
Hari ini adalah hari Jumat. Ini berarti tak akan ada banyak kegiatan di kampus yang harus ia ikuti. Setelah menyelesaikan mata kuliah terakhir tentang tehnik dasar lukisan, ia berencana untuk langsung Hall Of Fame, tempat paling prestigious bagi para mahasiswa seni rupa. Di sini karya-karya terbaik mahasiswa dipajang.Mulai dari Karya yang dibuat oleh mahasiswa angkatan pertama sampai karya-karya terbaru.
Kim Suk Ju bilang bahwa ada satu lukisannya yang mendapat kehormatan dipajang di sini. Lukisan abstrak yang ia beri judul "mimpi".
Hye Seon melangkah masuk. Ia memberikan kartu mahasiswa pada seorang penjaga di sana sebagai tanda pengenal. Tempat ini sangat luas sekali. Banyak sekali lukisan indah yang berjejer rapi di dinding galeri dan beberapa lainnya yang ditata dengan sangat apik disketsel kayu pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya. Hye Seon takjub, walau sudah dua kali masuk keruangan ini, ia merasa inilah kali pertama bagi dirinya melihat banyak karya lukisan indah dalam satu tempat.
Ada lukisan hasil karya pendiri kampus ini, Kim Dong Jun, yang diletakkan paling atas dan menonjol dari lukisan lainnya. Di sebelah kanan dan kirinya, beberapa dosen yang Hye Seon kenal seperti Hwang Baek Young juga menyumbangkan satu lukisannya di hall ini. Dengan lukisan-lukisan sebagus ini, hampir tak ada mahasiswa yang tidak takjub setiap mereka memasuki ruangan 'Hall of Fame'.
Hye Seon mengamati sebuah lukisan berukuran kecil dengan judul 'mimpi' terpajang di sketsa tembok buatan di ruang ini. Lukisan abstrak yang hanya seperti garis garis ikal yang kusut membuat Hye Seon bertanya-tanya apakah hubungannya mimpi dengan garis-garis keriting ini. Karena tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, ia pun berencana untuk bertanya langsung pada Suk Ju nanti jika dia bertemu di toko .
v
Toko buku "Read" memiliki jumlah pengunjung paling banyak di hari jumat. Jadi, walau di kampus Hye Seon tak begitu banyak mendapatkan tugas, ia justru menghabiskan tenaganya untuk bekerja ditoko. Kim Suk Ju ternyata berbaik hati membeberkan keterangan tentang mengapa ia memakai banyak garis bergelombang dalam lukisan abstraknya.
"Garis itu bisa diumpamakan dengan cara manusia memikirkan sebuah masalah.Karena masalah menyusahkan maka kita cenderung menghindarinya sebisa mungkin."susah" nya aku lambangkan dengan garis acak yang juga terlihat sangat menyusahkan,"terang Kim Suk Ju bersemangat pada Hye Seon.
"Oppa, apa Kim Art College dulu menyenangkan?"
"Sangat.. Kim Art Colege adalah tempat di mana aku bisa tertawa sesuka hatiku dan menangis sekencang yang aku mau.Aku merasa bebas sekali di sana."
Karena begitu sibuk,Kim Suk Ju dan Hye Seon tidak menyadari bahwa jam sudah menunjuk ke angka sepuluh.Keduanya bergegas untuk berkemas. Hye Seon sudah berjanji pada Ji Hoo untuk mengambil foto foto kiriman So Jung. Jadi, ia pun langsung berangkat menuju tempat kediaman Ji Hoo. Park Ji Hoo tinggal disebuah apartemen sederhana yang terletak sekitar lima puluh meter dari kampus.Karena kemudahan akses ke kampus inilah yang membuat Ji Hoo betah tinggal dengan orang lain dalam satu kamar.Sesampai dipelataran apartemen, Hye Seon melihat Ji Hoo sudah berlari lari kecil ke arahnya. Tangan kanannya memegang sebuah amplop berwarna coklat yang sepertinya adalah foto-foto pesanan Hye Seon.
"Fotonya kurang satu. Aku coba perbaiki tapi sayang gagal,"ujar Ji Hoo sambil menyerahkan amplop itu pada Hye Seon. Hye Seon sumringah sekali menerima foto itu.
"Tidak apa apa." Hye Seon melihat gambar foto kiriman orang tuanya.Setelah dia hitung ada enam belas, ia yakin bahwa Ji Hoo telah melakukan tugasnya dengan baik.
"Terima kasih, aku pamit dulu"
Hye Seon melambaikan tangan tanda selamat tinggal. Baru beberapa langkah, Ia tiba-tiba ingat niatnya untuk menanyakan dimana So Hwan tinggal pada Ji Hoo.
"Ji Hoo," teriak Hye Seon pada Ji Hoo yang sudah berjalan jauh menuju apartemen. Ji Hoo menoleh dengan ekspresi bingung.
" Kim.....Kim So Hwan seonsaengnim, apakah kau tahu di mana ia sekarang?"
Tanpa merasa harus ada yang ditutupi Ji Hoo langsung menjawab. "Ia baik-baik saja.Untuk beberapa saat ia memang ingin menghindar dari kehidupan kampus. Tidak perlu khawatir."
"Khawatir?" guman Hye Seon pelan.
"Bukan itu maksudku, semua orang ..."
" Ya, aku tahu. Pulanglah sudah larut malam."
Tanpa menoleh lagi Ji Hoo kembali lagi berjalan menuju apartemenya. Hye Seon pun tanpa bisa bertanya lebih jauh.