Hye Seon berjalan cepat ke arah kantor administrasi membawa surat keterangan sakit dari rumah sakit. Walaupun Kang Sun Ah sudah menelepon pihak kampus kalau Hye Seon sedang sakit dan harus dirawat dirumah sakit, surat keterangan dari dokter tetap diperlukan. Ini untuk mengantisipasi kecurangan izin yang diajukan para mahasiswa untuk tidak masuk mengikuti kelas.
"Ini suratnya, Nyonya."
Hye Seon menyerahkan amplop berwarna coklat yag berisis surat keterangan sakit.Wanita paruh baya itu tak "sesangar" nona Choi Mi Rae yang Hye Seon temui pertama kali ketika akan mengikuti kelas sejarah seni. Ia bersikap lebih lembut dan santai. Setelah mengecek kebenaran surat itu, dia kemudian mengetiknya ke komputer.
"Jaga kesehatanmu. Jangan sampai sakit lagi. Apa kau tinggal di sini bersama keluargamu?"
"Tidak, aku tinggal dirumah sewa."
"Nah..itu yang justru semakin menghawatirkan. Untung saja mereka baik terhadapmu jika tidak,..kau pasti sangat kesusahan."
"Iya..nyonya benar saya memang tinggal dengan orang-orang yang sangat baik."
" Masuklah ke kelas"
"Baik. Terima kasih!"
Di koridor menuju ruang kelas Hye Seon berpapasan dengan Kim So Hwan. Ada juga Park Ji Hoo di belakangnya. Melihat Hye Seon di depannya, Kim So Hwan berhenti. Beberapa mahasiswa yang juga sedang melintas di koridor itu melihat sambil berbisik-bisik. Park Ji Hoo tak seperti biasanya hanya diam saja sambil memberi petunjuk pada Hye Seon untuk memberi salam. Karena hanya komat-kamit Hye Seon tidak paham dengan apa yang Ji Hoo sedang bicarakan.
Akhirnya Kim So Hwan dulu yang memberi salam. Ji Hoo menepuk dahinya karena merasa bersalah tidak bisa menyuruh Hye Seon mengikuti perintahnya.
"Annyeong haseyo,"jawab Hye Seon sambil membungkukkan badannya. Ia masih melihat Ji Hoo yang bertingkah aneh di belakang Kim So Hwan.
" Apa kabar Hye Seon?"
"Baik."
"Kau tidak mengikuti kelasku beberapa hari terakhir ini. Ji Hoo bilang kau sakit. Apa itu benar?"
"Ya,seonsaengnim! saya harus menginap beberapa hari di rumah sakit.Tapi sekarang saya sudah sembuh.Jika ada tugas yang harus saya kerjakan. Tolong beritahu saya."
" oh..Park Ji Hoo bisa memberitahumu. Ia belajar dengan baik beberapa hari ini."
Hye Seon melihat lagi ke arah Park Ji Hoo. Cowok itu berkedip seakan memberi tanda. Hye Seon masih tidak mengerti apa maksud temannya itu.
Kim So Hwan menjadi sedikit risih terlalu lama berhenti di koridor. Beberapa mahasiswi yang melintas terus saja memperhatikannya sambil tersenyum dan berbisik-bisik pada teman disampingnya. Hye Seon semakin bingung dengan tingkah orang-orang ini. Hari apa ini?Kenapa semua orang bersikap sangat aneh.
"Kami pergi dulu," So Hwan berjalan melewati Hye Seon. Park Ji Hoo menoleh ke arahnya dan memberi tanda yang kurang jelas. Sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu.
"ya.."sahutan pelan Hye Seon tidak terdengar lagi oleh So Hwan yang hampir sampai diujung koridor.Telepon selular Hye Seon bergetar. Ada sebuah pesan masuk.
"Hei! aku sudah memberi kode tetapi kau juga tidak mengerti. Kim So Hwan adalah cucu dari pendiri kampus ini. Ia bukan dosen sembarangan. Nanti kita bicara lagi."
Pesan singkat dari Park Ji Hoo membuat Hye Seon sadar maksud dari sikap Ji Hoo dan para mahasiswi yang memperhatikannya ketika ia sedang berbicara dengan Kim So Hwan. Pantas saja banyak hal luar biasa yang ada di diri Kim So Hwan. Selain berparas tampan dan pintar, ia juga menjadi dosen termuda yang mengajar di kampus ini. Kalau bukan seorang yang sangat istimewa, tak mungkin ia bisa melakukan hal itu.
"Lee Hye Seon!!!"
Hye Seon menoleh ke arah asal suara yang memanggil namanya.Yu Mi berlari terengah engah kearahnya. Gadis itu tersenyum sumringah melihat Hye Seon sudah kembali lagi ke kampus.
"Ada yang aku ingin ceritakan padamu.."
Kesupelan Yu Mi mengingatkannya akan sosok Kim So Jung. Sahabatnya yang sudah lama tidak ia temui.
"Ayo kita masuk dulu." Keduanya pun bergandengan tangan menuju ruang kelas.
v
"Kau yakin tidak mau ikut aku jalan-jalan?" ajak Yu Mi yang ingin Hye Seon ikut dengannya ke mall. Sejak dari SMA dulu ia memang suka plesiran belanja atau sekedar window shopping.
"Maaf, tapi aku harus kerja. Hari ini adalah hari pertamaku masuk kerja. Jadi aku tidak mungkin membuat bosku kecewa.Maaf, Yu Mi."
Melihat wajah melas Hye Seon, Yu Mi jadi urung untuk cemberut di hadapannya. Ia salut melihat kerja keras gadis Gangneung itu.
" Hye Seon, apakah kau sudah tahu kalau ternyata Kim So Hwan seonsaengnim adalah .."
"Aku sudah tahu,Park Ji Hoo yang memberitahuku." Hye Seon tersenyum sambil segera memotong kalimat Yu Mi.
"Dari awal aku sebenarnya sudah curiga. Maksudku, ia terlalu berbakat untuk berada di posisinya sekarang ini.Kalau sudah tahu latar belakangnya seperti ini, setidaknya kita jadi maklum atas bakat yang ia miliki, bagaimana menurutmu?"
"Entahlah, apakah kita harus membahasnya sekarang? Maaf aku benar-benar harus pergi sekarang, maaf sekali Yu Mi!��
Hye Seon meminta Yu Mi untuk mengijinkannya pergi. Ia tidak ingin merusak hari pertama masuk kerja setelah sakit.
"Baiklah...Semoga kau betah dengan tempat kerja barumu. Aku juga dulu pernah kerja paruh waktu di toko bunga ibuku. Namun setelah kelas 3, aku berhenti. Aku kecapaian dan nilaiku menjadi turun semua. Kuharap nasibmu tidak sama denganku.Semangat !!!"
"Iya, terima kasih atas dukungannya."
Hye Seon ikut-ikutan mengepalkan tangannya sama dengan yang Yu Mi lakukan. Mereka tertawa riang sebelum akhirnya berpisah di halte bus. Yu Mi meneruskan perjalanannya dengan naik subway sedang Hye Seon hanya perlu naik bus biru untuk mencapai tempat kerja barunya. Di sepanjang perjalanan, sesekali ia mengirim pesan pada So Jung menanyakan kabarnya dan apa kesibukannya sekarang.
Sang Min masih tetap bersama So Jung walau akhirnya mereka harus berpisah. Sang Min pindah ke Busan untuk melanjutkan kuliah sama seperti Hye Seon sekarang. "Kami pasti bisa melewatinya. Sang Min adalah laki laki yang baik, aku mempercayainya," begitu ujar So Jung untuk meyakinkan semua orang bahwa tidak ada masalah serius antara dirinya dan Sang Min dalam membina hubungan jarak jauh.
Perkataan Ji Hoo dan para mahasiswa junior yang baru menyadari posisi So Hwan terngiang di telinganya. Kim So Hwan adalah pewaris tunggal dari Kim Art college. Namanya termasuk dalam jajaran sepuluh besar seniman korea yang paing berbakat. Ia juga pernah berkesempatan memamerkan lukisannya di galeri galeri terkenal di luar negeri seperti di New York dan Paris. Ayah Kim So Hwan, tuan Kim Sang Jung, sudah meninggal sekitar hampir dua tahun yang lalu dalam sebuah kecelakaan lalu lintas.
Banyak orang bilang bahwa kematian tuan Kim Sang Jung meninggalkan banyak misteri. Sampai sekarang pun belum ada yang bisa memastikan misteri di balik kematiannya. Sebagai seseorang yang memiliki nama beasar di negara ini, jika memang ada yang buruk pastilah mereka menutupinya. Sebelum kakek Kim So Hwan, Kim Dong Jun, kembali ke Seoul, Kim So Hwan adalah rektor di kampus ini selama dua tahun. Hal ini pulalah yang membuat ia disegani di seantero Kim Art College. Karismanya yang begitu kuat juga membuat ia menjadi idola di kampusnya sendiri.
Pantas saja, ketika Hye Seon bertemu dengan So Hwan dikoridor menuju kelas seni rupa tradisional korea, banyak mahasiswi yang memperhatikannya.
v
Tak terasa bus biru yang ditumpangi Hye Seon sudah sampai di halte di dekat toko buku " Read". Ia bergegas turun dari bus kemudian dengan semangat, ia melangkah mantap menuju toko.Tak banyak pengunjung yang datang pada sore hari ini.Sama seperti ketika ia melamar kerja beberapa hari yang lalu.
Lelaki tambun, Kim Suk Ju, terlihat lebih ramah dari sebelumnya. Ia bahkan sudah menyapa Hye Seon sebelum Hye Seon mengucapkan salam. Hye Seon sampai terbengong tidak percaya. Ada juga pekerja lain yang tampaknya sibuk di belakang counter kafe.
Hari pertama kerja di toko buku bisa dibilang cukup menyenangkan bagi Hye Seon.Kim Suk Ju telaten sekali mengajarinya mengerjakan hal hal yang menjadi tugas Hye Seon. Mulai dari merapikan buku buku dirak buku, membersihkan bangku dan meja baca, mendata inventaris buku yang keluar dan masuk ke dalam toko tiap harinya, memberi label dan masih banyak lagi. Hye Seon tidak bekerja di bagian kafe.
Sambil bekerja, Suk Ju Oppa, begitu akhirnya Hye Seon memanggil nama lelaki itu,bercerita banyak tentang dirinya. Ia sebenarnya dulu pernah kuliah selama beberapa bulan di Kim Art College.Karena masalah kecanduannya dengan narkoba akhirnya ia dikeluarkan.Sejak saat itu, hidupnya menjadi kacau. Ibunya menjadi sering sakit-sakitan dan bisa dibilang, waktu itu, hidupnya tidak jelas. Tak ada hal baik yang bisa ia lakukan, kecuali mengacau.Bekas bekas kenakalan kim Suk Ju memang masih terlihat sampai sekarang.Lengan putihnya ternyata penuh dengan rajahan tattoo.Karena malu Kim Suk Ju lebih senang memakai lengan panjang.
"Kim Art...memang sekolah impian untuk semua orang yang ingin menjadi pelukis. Banyak hal luar biasa yang bisa kau dapatkan di situ.Jadi kau harus serius belajar.Jangan sampai kenikmatan sesaat membawa penyesalan yang tidak bisa kau perbaiki suatu saat nanti."
" Maksud oppa?"
"Aku ...keluar dari Kim Art karena barang setan yang bernama narkoba.Padahal aku dulu termasuk mahasiswa yang berbakat. Lukisanku masuk dalam daftar "Hall of Fame" kampus dan mendapat banyak pujian dari para dosen.Akupun diberi kesempatan untuk meneruskan kuliah ke Perancis setelah lulus...seandainya..." Kim Suk Ju menghentikan kalimatnya. Ia menerawang jauh ke halaman toko yang mulai dibasahi dengan air gerimis.Pikirannya mengembara jauh mengingat hal buruk yang pernah ia lakukan waktu itu.
"Mungkin kau masih bisa menyaksikannya. Pergilah ke aula " Hall of Fame". Mungkin mereka masih menyimpan lukisanku."
Hye Seon terperangah mendengar prestasi "hebat" yang Kim Suk Ju pernah torehkan di Kim Art.Ia sampai berhenti menata buku untuk mendengarkan cerita lelaki itu.Sebagai seorang mahasiswa jurusan seni rupa nama " Hall Of Fame" memang bukan hal yang asing. Sudah dikenal luas bahwa tempat ini menjadi incaran bagi setiap mahasiswa berprestasi.Mahasiswa yang lukisannya masuk dalam aula "Hall of Fame" berkesempatan untuk memamerkan lukisannya di sebuah galeri seni terkenal di Insadong dan setelah itu ada kemungkinan pihak kampus akan merekomendasikan beasiswa lanjutan keluar negeri. Hye Seon hanya sekali pernah masuk ke ruang itu sekali.
"Kau hebat sekali!"
"Itu hanya masa lalu.Walau memang aku sangat menyesal dengan apa yang terjadi dengan diriku waktu itu tapi...setelah aku pikir-pikir..tak ada gunanya aku menyesal.Aku benci dengan kata "seandainya"...Aku sudah bertekad akan menjalani hidupku yang sekarang dengan baik.Demi ibu dan juga semua orang yang telah menyayangiku.Aku tak mau mengecewakan mereka untuk kedua kalinya.dan kau..gadis kecil...jangan sampai apa yang terjadi pada diriku menimpamu. Kau harus bersemangat mewujudkan cita-citamu."
Hye Seon tak bisa menahan air matanya mendengar kisah Kim Suk Ju.Ia begitu terharu.Ternyata laki- laki ini menyimpan kisah yang tak pernah Hye Seon duga sama sekali. Perawakannya yang agak sangar membuat ia terlihat begitu kuat.Dan kisah pendek mengenai perjuangannya melawan barang haram,narkoba, tersamarkan oleh semua itu.
Mereka pun asyik berbagi cerita masing-masing. Hye Seon juga sangat antusias ketika Kim Suk Ju memintanya untuk menceritakan bagaimana ia bisa tinggal di samping rumah keluarga Hyung Won dan kuliah di Kim Art College. Sesekali Suk Ju tertawa mendapati Hye Seon yang bercerita hal-hal menggelikan yang pernah terjadi dalam masa SMA nya,khususnya cerita mengenai "trio nakal" yang selalu membuat masalah namun kocak.
Keasyikan mereka terhenti ketika seorang pemuda tinggi dengan potongan rambut yang Hye Seon sangat kenali masuk kedalam toko.Untuk beberapa saat ketiganya terdiam.Apalagi Kim Suk Ju dan Hye Seon yang agak syok tak menduga pemuda ini datang ke toko buku mereka.Selang beberapa detik kemudian Ji Hoo menyusul di belakangnya sambil membawa sebuah buku catatan kecil. Ia hampir saja berteriak kaget melihat Hye Seon ada di toko buku ini dengan seragam yang sama dengan yang dikenakan pemuda tambun di sampingnya.