Chereads / Cinta Segi Empat / Chapter 12 - Jatuh Sakit

Chapter 12 - Jatuh Sakit

" Lee Hye Seon...Lee Hye Seon!"

Kim Sun Ah berulang kali mengetuk pintu rumah Hye Seon. Ia ingin mengajaknya sarapan pagi di hari Sabtu ini. Bibi Kang masak bubur abalon dan ia meminta Hye Seon untuk ikut bergabung dengan seluruh anggota keluarga Kang. Karena tak ada jawaban dari dalam, Sun Ah mulai terlihat cemas. Ia takut terjadi sesuatu dengan Hye Seon.

"Hye..Seon buka pintunya!"

Tangan Sun Ah sedikit mendorong pintu itu berharap pintunya tidak dikunci. Dengan sekuat tenaga ia menarik pegangan pintu,tapi tak berhasil membukanya. Kecemasan Sun Ah semakin menjadi.Tak mungkin Hye Seon masih tidur. Gadis itu selalu saja bangun pagi. Sun Ah sering melihatnya lari pagi di sekitar jalan komplek perumahan.

"Hye Seon apa yang terjadi padamu? ayo buka pintunya..Hye Seon!"

Sun Ah berlari kecil, mondar-mandir.Ia mencoba melihat ke dalam rumah melalui celah-celah jendela tapi tak ada sesuatu yang bisa ia lihat.

"Nuna, apa yang sedang kau lakukan?"

Sun Ah berdiri kaget dari jongkoknya. Ia melihat Hyung Won sudah berdiri tepat di belakangnya.

"Hyung Won, ..bisakah kau dobrak pintu itu?"

Sun Ah menunjuk kepintu rumah Hye Seon. Terang saja Hyung Won menolak dengan ide kakaknya. Bagaimana mungkin ia mendobrak pintu rumah orang.

"Nuna, apa kau sudah gila ?"

"Ayolah... Hye Seon belum bangun dari tadi, aku takut terjadi apa-apa dengan dia."

" Tidak mungkin. Nuna saja yang terlalu khawatir dengan dia.."

Karena terus dipaksa, Hyung Won tak bisa menolak keinginannya. Dengan sekuat tenaga, Hyung Won mendorong pintu kayu rumah kecil itu. Setelah lima kali dorongan, pintu itu baru bisa terbuka.

Sun Ah langsung menghambur ke dalam dan melihat keadaan sekitar. Tak ada sosok Hye Seon yang terlihat. Sebuah piring kotor masih tergeletak di atas meja. Air masih menetes dari kran di belakang. Sun Ah berjalan panik memeriksa semua sudut ruangan. Betapa kagetnya ia, ketika melewati kamar Hye Seon, ia melihat Hye Seon tergeletak lemas tak berdaya di lantai. Ia langsung berteriak histeris memanggil Hyung Won.

" Cepat angkat dia!!!"

"Apa? angkat?" Hyung Won berdiri kaku di depan badan Hye Seon sementara Sun Ah memegangi kepala gadis itu, menggerak-geraknya berharap Hye Seon segera sadar. Muka Hye Seon terlihat pucat sekali. Ia masih memakai piyama tidurnya, mungkin ia pingsan setelah bangun tidur.

"Ayo angkat.!!" Sun Ah berteriak melihat Hyung Won yang tidak bereaksi cepat. Dengan muka yang masih bingung, Hyung Won mengangkat badan Hye Seon, memapahnya keluar menuju mobil Hyundai merahnya.

"Bawa kerumah sakit.Cepat!"

Sun Ah mengikuti adiknya dari belakang kemudian langsung masuk ke dalam mobil.

v

Dokter memeriksa badan Hye Seon dengan cermat. Dibantu seorang suster, ia berulang kali memastikan bahwa analisanya terhadap kondisi kesehatan pasiennya tepat. Hyung Won dan Sun Ah menunggu di samping.

Mata Sun Ah sudah sembab dengan air mata. Hyung Won..entahlah..ia hanya merasa jarang sekali melihat kakaknya bereaksi berlebihan seperti ini. Tampaknya, Hye Seon mendapatkan tempat yang spesial di hatinya. Sun Ah sepertinya sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri.

"Dokter.. bagaimana keadaan adik saya?" serta merta dokter selesai memeriksa, Sun Ah langsung bergegas menghampirinya. Dokter yang tampaknya sudah terbiasa dengan situasi semacam ini tak langsung ikut panik. Ia tersenyum meredakan ketegangan.

" Apakah anda keluarga pasien Lee Hye Seon?"

"Iya…bagaimana keadaan adik saya dokter?"

"Ia kecapaian sehingga pingsan.Ia juga menderita anemia akut dan saya juga melihat adanya gejala tipus di ususnya."

"Lalu.."

"Adik anda harus diopnam beberapa hari di rumah sakit ini."

"Opnam?.."

"Iya, tidak lama paling cuma dua sampai tiga hari. Sampai kondisinya sudah pulih betul baru Ia pulang."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih dokter. Tidak ada yang lainnya kan?" Sun Ah masih terus mencecar si dokter.

"Tidak, Nona. Dia baik-baik saja asal istirahat cukup."

Si dokter kemudian pamit pergi. Hyung Won mencoba menebak apa yang Hye Seon lakukan tadi malam sampai ia kecapaian. Jangan jangan …Hyung Won tak habis pikir jika tebakannya benar. Hye Seon pasti menunggu paman Kang sampai larut malam demi mendapatkan pekerjaan di toko buku. Akibatnya, paginya ia tak memilki tenaga untuk bangun.

"Dasar gadis keras kepala," bisiknya dalam hati.

v

Kamar yang ditempati Hye Seon terletak di ujung koridor di lantai dua.Ukurannya tidak terlalu besar namun cukup nyaman karena hanya ditempati beberapa pasien saja. Selain dirinya hanya ada satu pasien lain yang berada di ujung.

Sejak Hye Seon diantar ke rumah sakit, Sun Ah dengan sabar menemaninya di atas ranjang. Matanya yang cekung karena lelah membuat gadis itu tak terlihat secantik biasanya. Sesekali ia mencoba bangun dan menolak untuk diopnam di rumah sakit. Ia memaksa Sun Ah untuk mengijinkannya pulang karena ia harus kuliah dan mulai bekerja.

Malam sebelumnya, tuan Kang Jun Su sudah memberikannya pekerjaan di toko bukunya dan seharusnya mulai hari ini ia bekerja. Kalau sampai ia tidak datang, bukankah ini berarti ia sudah melewatkan kesempatan untuk menjadi seorang pegawai yang baik?

Kang Sun Ah harus berulang kali memberitahu Hye Seon kalau kondisinya belum sebaik yang Ia bayangkan. Ia perlu istirahat supaya lekas sembuh. Untung setelah itu ia mendapatkan suntikan penenang dari suster yang memeriksanya. Sun Ah pun bernapas lega karena tak perlu berdebat lagi dengan Hye Seon yang langsung tertidur.

Paman dan bibi Kang sedang pergi ke Jepang untuk menghadiri pesta pernikahan partner bisnis di Busan. Karena tidak ada orang yang tinggal di rumah, Sun Ah bergantian dengan Hyung Won menjaga Hye Seon. Setelah siang ini Sun Ah di rumah sakit malamnya Hyung Won yang berjaga.

v

Hye Seon menggeliat dari tidurnya. Jam ditangannya sudah menunjuk ke arah pukul tujuh. Lewat celah-celah jendela dari arah samping kanannya, ia bisa melihat kalau semuanya sudah berubah menjadi gelap. Lampu-lampu jalan mulai hidup menerangi jalanan Seoul yang terlihat seperti ular raksasa yang berkilau dengan cahaya. Jutaan kendaraan yang melintas terlihat sangat kecil sekali. Manusia akan terus menghidupkan setiap sudut kota yang tidak pernah mati ini. Membuat kisah kehidupan.

Di samping kirinya Hyung, Won tertidur pulas di kursi tunggu dengan kepala ditaruh di atas ranjang. Hye Seon benar-benar kaget melihat pemuda itu tiba-tiba ada disampingnya. Sejak kapan ia ada di sini? Ia memberanikan diri untuk melihat wajah Hyung Won dengan saksama. Apakah benar Hyung Won mengingatkannya pada seseorang? dagunya? pipinya? bibirnya? atau mungkin bentuk mukanya? Hyung Won memiliki garis muka yang agak keras. Alisnya yang panjang menunjukkan karakternya yang tenang tapi juga tegas.Walau Hye Seon belum pernah melihat Hyung Won marah, ia menebak jika laki laki ini marah, dia akan tampak terlihat menakutkan.

Satu lagi yang membuat Hye Seon bergemetar jika berbicara dengan Hyung Won adalah senyumnya.Tidak sama persis seperti Woo Bin, hanya saja ada sesuatu yang membuatnya agak mirip. Entah apa itu, Hye Seon sendiri tidak bisa menemukannya.

Hye Seon serta merta mengalihkan pandangannya mengetahui Hyung Won menggeliat bangun dari tidurnya. Ia pura-pura melihat jalanan yang gemerlapan lewat jendela.

" Kau sudah bangun?"

Seperti baru mengetahui kalau Hyung Won sudah bangun, Hye Seon menoleh tertegun.

"Sudah dari tadi."

" Apakah kau sudah merasa baikan?"

"Lumayan..terima kasih dan maaf juga karena aku telah merepotkanmu dan eonni."

"Tak apa apa."

Keduanya terdiam. Kamar ini menjadi sunyi kembali. Hye Seon tak bisa menemukan topik pembicaraan yang tepat di antara dirinya dan Hyung Won.

"Ehm..," ucap keduanya hampir berbarengan. Hyung Won mengulurkan tangan mempersilahkan Hye Seon untuk berbicara dulu.

"Tolong jangan beritahu ayah dan ibu kalau aku sakit. Aku tidak ingin mereka khawatir."

Hyung Won tersenyum mengiyakan.

"Dan lagi, aku seharusnya mengabari tuan Kang Jun Su dan bilang padanya kalau aku sakit. Hari ini seharusnya aku mulai bekerja."

"Tidak perlu. Nuna telah mengurus semuanya. Ia telah menelepon paman bahwa kau sedang sakit.Paman mengerti keadaanmu dan justru mendoakanmu semoga lekas sembuh.Sedang untuk kampus..karena ini hari sabtu kau tidak harus minta izin kan?"

" Eonni telah mengurus semuanya? Ya Tuhan aku pasti telah membuatnya sangat kerepotan."

" Tidak. Ia justru tidak keberatan sama sekali."

Hye Seon tidak tahu harus berkata apa mendengar kebaikan yang telah Sun Ah lakukan untuknya. Wanita itu telah mengurus semua hal yang ia tunda selama sakit. Ia sadar bahwa memaksakan sesuatu itu tidak baik. Malam sebelumnya ia memang kelewatan. Menunggu Tuan Kang di toko buku sampai jam sebelas.Tuan Han terlambat satu jam karena ia harus mengurus keberangkatan putrinya bersekolah ke luar negeri. Ketika melihat ada Hye Seon menunggunya di toko sampai larut malam seperti itu, ia kaget.

Akhirnya tanpa banyak pertanyaan, Tuan Kang langsung menerima Hye Seon sebagai karyawan. Senang bukan kepalang karena mendapat pekerjaan Hye Seon tidak merasa bahwa ia terlalu kecapaian. Ketika bangun pagi ia merasa kepalanya sangat pusing dan badannya lemas sekali. Setelah itu ia tidak tahu apa apa.Rupanya ia pingsan.

" Ini bubur yang nuna buatkan untukmu. Ia menyuruhmu untuk memakannya."

Hyung Won mengambil dan membuka rantang bubur berwarna putih yang ia letakkan di meja kecil pasien. Sadar bahwa Hye Seon terlalu lemah untuk makan sendiri, ia pun berniat untuk menyuapinya.

"Makanlah!" ucapnya sambil menyodorkan sesendok bubur abalon ke mulut Hye Seon. Tampak aneh karena mereka hanya berdua di bilik kamar ini, Hye Seon ragu-ragu untuk menyantapnya. Bagaimana jika Na Ra datang dan melihat perlakuan Hyung Won pada dirinya sekarang?

"Ayolah, nanti buburnya dingin!"

Hye Seon pun membuka mulutnya dan melahap bubur itu. Jantungnya mulai terasa berdetak tidak karuan lagi. Hyung Won memperlakukan dirinya dengan sangat baik sekali. Baru kali ini dalam hidup Hye Seon disuapin oleh seorang laki laki selain ayahnya. Berbeda dengan Hye Seon,Hyung Won justru terlihat sangat tenang. Setelah melahap sembilan sendok bubur, Hye Seon merasa perutnya terasa aneh. Ia hampir ingin muntah. Hyung Won pun berhenti menyuapinya.

"Terima kasih."

"Jangan terus terusan bilang terima kasih,"

" Hanya itu yang bisa aku berikan sebagai rasa terima kasihku pada eonni dan dirimu."

" Kau adalah bagian dari keluarga kami sekarang. Sudah seharusnya keluarga saling membantu."

Air mata Hye Seon menetes menyadari kebaikan yang telah keluarga Kang lakukan untuk dirinya. Apa jadinya ia jika tidak bersama mereka di kala sakit seperti ini. Orang tuanya tinggal jauh di Gangneung dan belum tentu punya cukup waktu untuk bolak balik dari Gangneung ke Seoul untuk melihat keadaan putrinya. Jika tidak ada mereka, ia pasti sudah terlantar, entah bagaimana ia harus merawat dirinya.

Hyung Won hanya memandang sayu Hye Seon yang masih terbaring lemah di atas ranjang putih rumah sakit. Jauh di lubuk hatinya ia melihat ada sesuatu yang istimewa dalam gadis ini. Ia mandiri, ia tidak manja seperti pacarnya. Kegigihannya dalam meraih apa yang Ia inginkan telah membuat ia trenyuh. Gadis itu jauh melampaui dirinya.

"Tidak ada yang perlu kau risaukan. Kau punya kami di sini. Ehm.. walaupun mungkin tidak bisa menggantikan orang-orang yang ada di Gangneung, setidaknya kau tahu bahwa kau tidak sendiri.kami…a…ada di sisimu."

Pandangan keduanya beradu. Hye Seon mengusap air matanya. Samar samar ia melihat Hyung Won tersenyum.