"Kau ..Lee Hye Seon? Wah tak kusangka kau sudah sebesar ini."
Seorang wanita paruh baya dengan badan agak sedikit berisi menyambut Hye Seon dengan ramah sekali ketika ia memasuki ruang tamu. Ia pasti istri dari Paman Kang. Di belakangnya seorang lelaki setinggi Hyung Won yang Hye Seon yakin sekali adalah Paman Kang juga menyambutnya dengan tak kalah ramahnya. Mereka senang sekali melihat Hye Seon ada di rumah mereka.
"Silahkan duduk Hye Seon!"
Karena baru kali pertama memasuki rumah ini dan juga baru bertemu dengan orang-orang ini, Hye Seon tak langsung merasa nyaman. Ia merasa begitu canggung tiba-tiba bisa berada di tengah-tengah mereka dan diperlakukan sebaik ini.
"Hyung Won. Apa yang kau lakukan? Kenapa bisa lama sekali?"
Hyung Won yang tergopoh-gopoh membawa dua koper Hye Seon tak langsung menjawab pertanyaan ayahnya. Ia meletakkan dua koper itu di dekat sofa kemudian baru menjawab.
"Ban mobilnya pecah di jalan tol jadi aku harus menelepon derek mobil lalu membawanya ke bengkel."
"Mobil itu pasti kesal karena sering kau pakai untuk ngebut," celetuk Paman Kang menimpali alasan yang dikeluarkan Hyung Won.
"Ngebut? Mobilnya saja yang sudah tua!" timpal Hyung Won tidak terima tuduhan ayahnya.
" Tua? Kau bilang mobil itu tua? Kalau tidak suka kenapa tidak beli mobil baru dengan uangmu sendiri?"
"Lantas kenapa aku tidak boleh keluar dari rumah ini?"
"He! Kenapa bertengkar ketika ada tamu di rumah kita. Ini sangat memalukan."
Seorang wanita cantik berambut panjang keluar dari balik tirai di samping kamar tamu dengan membawa senampan minuman. Badannya yang tinggi semampai mengingatkan Hye Seon pada guru bahasa inggrinya di SMA. Ia terlihat sangat anggun dengan rok warna pastel selututnya.
"Hye Seon, apakah kau tahu siapa aku?"
Wanita itu, sama seperti paman dan bibi Kang, bersikap sangat ramah pada Hye Seon. Ia bahkan memeluknya dan mengusap kepalanya. Rasanya seperti seorang eonni bagi Hye seon.
"....a....nak paman dan bibi..Kang?" jawab Hye Seon ragu-ragu. Semua orang pasti tahu kalau ia adalah anak paman dan bibi Kang. Tapi sepertinya bukan itu maksud pertanyaan wanita ini.
"Kau lucu sekali. Tentu saja aku adalah anak dari paman dan bibi Kang. Maksudku apakah kau ingat aku?"
Sambil menyibak rambut panjang hitamnya wanita itu serius sekali menunggu reaksi lanjutan dari Hye Seon. Namun setelah beberapa detik menunggu, sepertinya Hye Seon tak bisa mengingat sesuatu dari dirinya. Ia pun menerangkan panjang dan lebar tentang kenangan masa kecilnya ketika diajak paman dan bibi Kang mengunjungi Gangneung. Nama wanita itu adalah Kang Sun Ah. Dulu, Ia diajak paman bersama Hyung Won ke rumahnya untuk menengok nyonya Lee yang baru melahirkan bayi. Bayi itu adalah dirinya.Empat tahun kemudian mereka kembali lagi berkunjung ke Gangneung melayat nenek Hye Seon yang meninggal.
"Maaf , Eonni aku tidak ingat sama sekali..tapi walau begitu..ketika paman berbicara, sepertinya aku sedikit ..tapi sedikit mengingat sesuatu....maaf sekali."
Semua yang di situ langsung tersenyum sumringah mendengar jawaban polos Hye Seon. Hye Seon sampai bertanya tanya apakah jawaban dia terdengar sangat lucu.
"Lihat tanganmu."
Sun Ah meminta Hye Seon untuk mengulurkan tanganya. Meski agak bingung, ia menuruti permintaan Sun Ah.Wanita itu membalik pergelangan tangannya kemudian mengangkat tangan kiri Hye Seon dan menunjukkkan tanda bekas luka bakar yang tampak sedikit buram.
"Asal kau tahu. Ini adalah luka yang disebabkan oleh orang itu!"
Telunjuk Sun Ah menunjuk ke arah Hyung Won yang kaget tak menyangka dilibatkan dalam percakapan Hye Seon dan kakaknya.
"Aku..?"
"ya." " Bagai.."
"Kau pasti sudah lupa kenakalan yang kau lakukan belasan tahun yang lalu. Saat itu tangan Hye Seon diperban karena terkena pisau dapur ibunya. Nah ketika ia memegang lilin dengan jahilnya kau menumpahkan lilin itu ketangannya sehingga tangan kirinya terbakar cukup parah."
Hyung Won terhenyak kaget mendengar cerita kakaknya. Benarkah ia pernah sejahil itu pada Hye Seon? Bagaimana sampai ia tidak ingat kejadian itu sama sekali? Dengan muka bingung ia diam saja di tempatnya. Hye Seon yang mendapati reaksi Hyung Won langsung menarik tangannya dari genggaman Sun Ah kemudian cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.
"Bibi Kang, ibu menitipkan oleh-oleh. Ini.." Hye Seon meraih sebuah koper berwarna hitam yang Hyung Won letakkan di dekat sofa. Ia mengambil sebuah vase antik dan sebuah hanbok sutra yang Hye Seon sendiri baru tahu ada dikoper itu ketika ia membukanya.
"Wah bagus sekali Hye Seon. Bilang pada ibumu dia tidak harus repot-repot seperti ini.Ini terlalu berlebihan.Bukankah begitu suamiku?" Bibi Kang menoleh ke arah suaminya meminta persetujuan. Paman mengangguk mengiyakan.
"Tidak apa-apa. Sebenarnya kalau bisa ayah dan ibu ingin sekali mengantarku sampai disini. Hanya saja..karena Hye Bin sakit, mereka tidak bisa ikut."
Paman dan bibi mengangguk mengerti penjelasaan Hye Seon. Sebelumnya, mereka sudah tahu keadaan adik Hye Seon yang menderita kelumpuhan karena kanker tulang.
"Hye Seon kau pasti cape sekali. Sebaiknya kau membersihkan dirimu, kemudian kita makan malam dan terserah mau apa nanti," Sun Ah tampak bersemangat sekali mengajak Hye Seon beranjak dari ruang tamu ini.
"..Hhm..aku tidak tinggal di sini kan?" dengan pelan Hye Seon menanyakan pertanyaan itu. Ia memang sedikit bingung kenapa ia di bawa ke rumah bibi dan paman Kang bukan ke tempat ia tinggalnya nanti. Ayahnya bilang ia nanti akan tinggal di rumah kecil yang disewakan oleh keluarga Kang, bukan tinggal serumah dengan Keluarga ini.
"Oh.. itu.. sebenarnya tempat tinggalmu sudah siap. Hanya saja, kurasa kau sangat kelelahan sekali, jadi.. lebih baik kau bermalam di sini saja untuk hari ini. Besok aku akan membantumu untuk pindahan ke tempatmu. Bagaimana?"
"Sun Ah benar Hye seon, kau tidak perlu terburu-buru. Rumahnya tidak akan pindah ke mana-mana. Kami juga ingin kau bermalam di sini. Kau adalah tamu kami hari ini," paman Kang ikut membujuk Hye Seon supaya mau bermalam di rumahnya. Dengan gamang Hye Seon berpikir sejenak. Ia tidak bisa menolak permintaan mereka setelah mendapat perlakuan sebaik ini.
Hari pertama di Seoul berubah menjadi sebuah kenangan indah bagi Hye Seon. Tak teringat lagi olehnya betapa ia sangat gelisah ketika menunggu jemputan di stasiun kereta. Ia senang sekali. Keramahan keluarga Kang membuat ia merasa kehadirannya diterima di keluarga ini. Ini bagus karena ia akan tinggal selama dua tahun dengan orang-orang ini. Jika mereka tidak baik,entah bagaimana ia menjalani kehidupannya nanti.
Sun Ah mendorong badan Hye Seon ke lantai atas, menuju kamarnya.Wanita ini adalah orang teramah yang Hye Seon pernah temui dalam hidupnya.Tak ada rasa canggung lagi dalam dirinya. Ia seperti mendapat seorang eonni..Ia diperlakukan seperti seorang adik kecil.
.................
Rumah yang ditempati Lee Hye Seon adalah sebuah rumah kecil yang terletak tepat di samping kanan rumah keluarga Kang. Dari jauh, rumah kecil ini terlihat seperti sebuah gazebo. Selain bangunannya yang bergaya rumah tradisional korea, rumah kecil ini juga sangat unik karena di depannya, bukan lebih tepatnya dibawahnya, terdapat sebuah kolam ikan peliharaan paman Kang. Ada jalan setapak yang disusun rapi untuk menghubungkan rumah itu dan halaman berumput rumah keluarga Kang. Sebuah pohon yang lumayan besar tumbuh menjulang sedikit menutupi rumah itu dari cahaya matahari. Dari cerita yang Hye Seon dapatkan dari Kang Sun Ah, rumah itu dulunya adalah rumah yang sengaja dibangun atas permintaan ayah bibi Kang. Karena suatu alasan kakek itu minta dipindahkan ke Incheon untuk tinggal bersama anak tertuanya, kakak dari bibi Kang, sekaligus juga ia ingin menghabiskan hari tuanya di kota kelahirannya.
Ada yang menarik dari silsilah keluarga Kang yang Hye Seon dengar. Kakek Kang, ayah paman Kang, adalah teman kakek Hye Seon sewaktu berperang melawan komunis dari Korea Utara. Sedangkan kakek dari pihak ibu, sebenarnya adalah orang Inceon yang menikahi wanita Jepang. Karena masalah konflik Jepang dan Korea yang terjadi waktu itu, pernikahan mereka hampir tidak disetujui oleh orang tua kakek.
Semenjak kakek pergi ke Incheon, rumah itu jadi tidak dipakai. Hingga suatu hari ada seorang mahasiswa sedang mencari tempat tinggal. Ia belajar di Universitas Seoul tempat Hyung Won Kuliah sekarang. Paman Kang memutuskan menyewakan rumah itu supaya ada yang mengurusnya. Dua bulan kemarin mahasiswa itu lulus dan pada saat yang bersamaan, ayah Hye Seon menelepon paman Kang untuk mencarikan tempat tinggal bagi anaknya yang berencana mau sekolah di Seoul. Jadilah Hye Seon ditempatkan di rumah itu. Sebenarnya paman dan bibi Kang menawarkan ayah Hye Seon untuk mengajak Hye Seon tinggal bersama. Karena Tuan Lee merasa itu nanti akan merepotkan ia menolaknya. Ia juga sadar tabiat Hye Seon yang tidak suka merepotkan orang lain.
Ada satu kamar tidur, sebuah dapur kecil dan ruang tamu lesehan yang membagi rumah ini. Toilet terletak di belakang dapur. Walau terlihat sangat sederhana Hye Seon senang sekali karena rumah ini memang sangat nyaman untuk ditinggali. Ia senyum-senyum sendiri membayangkan apa yang ia lakukan nanti di sini.
"Eonni, Siapa yang dulu tinggal di sini?" tanya Hye Seon pada Sun Ah yang membantunya berbenah. Wanita itu berhenti mengelap meja dari debu kemudian menoleh ke arah Hye Seon.
"Seorang mahasiswa dari Seoul University. Dua bulan yang lalu dia lulus. Orang Seoul juga, hanya saja ia bilang tak suka tinggal di apartemen.Tanpa sengaja ia melihat iklan sewa rumah yang ayah pasang di koran pagi. Jadilah ia tinggal di sini selama kurang lebih dua tahun. Oia.. Hye Seon, Hyung Won juga kuliah di Universitas itu. Sekarang ia sudah semester tujuh.Setahun lagi ia akan lulus. Dia mengambil jurusan Ilmu Komputer."
Hyung Won yang sibuk memeriksa kran air di dapur dan kamar mandi menoleh sesaat ke arah keduanya ketika namanya disebut. Ia tak begitu memperdulikan pembicaraan kakaknya dengan Hye Seon. Pagi-pagi sekali Bibi Kang memaksanya untuk membantu Sun Ah di rumah baru Hye Seon. Walau agak enggan tapi tak ada hal lain yang bisa ia lakukan jika ibunya sudah berkehendak. Bisa bisa ia kena omelan sepanjang hari.
Setelah sekitar dua setengah jam membersihkan dan merapikan semua bagian bagian rumah, rumah kecil inipun terlihat lebih layak untuk ditinggali. Ketiganya terkapar kelelahan di lantai. Hye Seon merasa tak enak kemudian mengambil air mineral yang ia siapkan sejak dari tadi di kulkas kecil.
"Silahkan!" ujar Hye Seon sambil menuangkan minuman ke dalam tiga gelas cangkir plastik bergambar Mickey Mouse.
"Hye Seon kau tidak perlu memberi kami minum."
"Anggap saja sebagai ucapan terima kasihku. Terima kasih banyak."
"Hye Seon.." muka Sun Ah memerah karena kelelahan.Tangan kanannya menepuk bahu Hye Seon.
"Dengar ya ..aku adalah eonni kamu sekarang. Jadi aku tidak mau dengar lagi kau bilang terima kasih hanya karena hal kecil yang aku lakukan. Sekarang kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Dan asal kau tahu sesama anggota keluarga harus saling menolong. Bukankah begitu Hyung Won?"
Hyung Won mendongak kaget. Ia mengangguk saja menyetujui pernyataan kakaknya. Mata Hye Seon menjadi berair karena terharu. Ia ..tidak menyangka akan ada orang orang sebaik ini di Seoul.
" Terima kasih!"
"Sudahlah. Lebih baik kau persiapkan dirimu untuk menghadapi kota Seoul yang ...kau akan tahu sendiri nanti.. Dan," Sun Ah berhenti. Bulu kelopak matanya yang lentik bergerak-gerak. Ia terlihat sedang memikirkan suatu ide. Sekilas kemudian ia menatap Hyung Won yang duduk bersila di samping meja kecil.
"Apa kau ada acara hari ini?"
Hyung Won menggelengkan kepalanya.
"Bagus, itu berarti kau bisa mengantar Hye Seon berkeliling kota Seoul seharian ini. Bagaimana menurutmu Hye Seon? kedengarannya menarik bukan?"
Hye Seon tidak tahu harus menjawab apa. Sekilas ia melihat ke arah Hyung Won yang nampak gelisah mengetahui kakaknya sedang menjebaknya. Kenapa sampai tidak terpikir olehnya dari tadi.
"Sepertinya tidak ada yang keberatan. Jadi aku akan tenang meninggalkan kalian berdua. Aku harus pergi sekarang. Ada urusan yang harus aku selesaikan."
Hye Seon tidak bisa mencegah Sun Ah yang sudah berjalan ke arah ambang pintu.Wanita itu tanpa bersalah meninggalkan ia dan Hyung Won sendirian di rumah kecil ini. Sesaat semuanya menjadi hening. Suara riakan air dari kolam di bawah rumah menggema mengisi kensunyian di antara keduanya. Hyung Won tak berani memulai pembicaraan begitu juga Hye Seon. Jadi mereka berkutat saja dengan pikirannya masing-masing selama beberapa waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya Hyung Won menawarkan Hye Seon untuk bersiap sebelum berangkat keliling kota.
..............
Ji Hoo mengirim pesan pada Hye Seon memberitahukan di mana ia tinggal. Anak itu telah menyewa sebuah apartemen tidak jauh dari komplek kampus. Ia hanya perlu waktu sekitar lima belas menit untuk sampai di depan halaman kampus. Hye Seon sendiri harus naik subway atau bis beberapa transit untuk menjangkau kampus itu. Belum lagi untuk keluar dari komplek perumahan ia harus berjalan kaki selama lima menit.Tapi, sudahlah itu tak akan jadi masalah baginya. Lagian ia juga sudah terbiasa berjalan kaki ketika di Gangneung. Kaki-kakinya juga sudah terlatih dan kuat karena dulunya selalu digunakan untuk mengayuh sepeda.
Setelah membalas pesan Ji Hoo, Hye Seon masuk ke dalam mobil Hyun Dai merah Hyung Won. Hyung Won nampak sudah bersiap di depan setir mobil. Ia langsung menancapkan pedal gasnya dan mobil pun melaju kencang ke arah jalan raya yang ramai. Hye Seon sama sekali tidak tahu ke mana Hyung Won akan membawanya. Dalam hati ia berharap laki laki ini akan membawanya ke tempat-tempat terkenal yang sering ia lihat dijadikan setting untuk pembuatan drama.
" Kau tahu N Seoul Tower ?"
"N Seoul Tower?" tanya Hye Seon memastikan bahwa Hyung Won baru saja menyebut nama benar karena dia sedikit melamun.
"Namsan Tower?" terang Hyung Won memperjelas.
" Oh.. Namsan Tower. Iya..aku tahu. Itu adalah menara paling terkenal di Seoul."
"Ayo pergi ke sana!" Senyum Hye Seon terkembang manis di bibir merahnya. Tentu saja ia sangat senang sekali.Itulah tempat yang ia maksud dalam hatinya sejak tadi.Tempat monumental dalam sebuah drama kesukaannya.
"Baiklah kita ke sana sekarang."
Hyun Dai merah itu melaju kencang. Benar kata paman Kang, Hyung Won sepertinya punya bakat ngebut. Ia berhasil menyalip beberapa mobil di kanan dan kirinya dalam hitungan beberapa menit saja. Jantung Hye Seon juga ikut berpacu sama kencangnya.
Puncak menara Namsan terlihat dari kejauhan. Hye Seon semakin girang melihatnya. Inilah pertama kalinya sejak ia dilahirkan bisa melihat menara bersejarah ini secara langsung. Setelah sampai di halaman parkir menara, Hyung Won mengajak Hye Seon naik mobil kabel untuk mencapai bangunan menara yang terletak di gunung Namsan kemudian berjalan kaki dan naik lift untuk bisa sampai ke puncak atas menara. Dengan tinggi 236,5 M jelas sekali bangunan menara ini paling menonjol di antara landmark lain yang memenuhi kota Seoul.
Menara Namsan adalah menara observasi. Di sini para pengunjung bisa mendapatkan keseluruhan pemandangan kota Seoul yang luar biasa dari atas dengan menggunakan teropong digital. Hyung Won menunjukkan bagian-bagian menarik dari menara Namsan pada gadis Gangneung ini. Ada berbagai macam restauran yang berada di atas puncak menara. Salah satu restauran yang membuat Hye Seon tidak berhenti berdecak kagum adalah restauran yang dapat berputar. Sangat luar biasa mendapati ruangan sebesar itu bisa bergerak berputar dan memberikan pemandangan yang luar biasa.
Hyung Won tersenyum saja melihat reaksi Hye Seon yang hampir sama ketika ia baru saja menjemputnya dari stasiun. Sangat polos. Setelah puas menikmati keindahan kota Seoul dari menara ini, Hyung Won membawa Hye Seon berputar mengelilingi kota Seoul dan menunjukkkan tempat tempat menarik yang sering menjadi kunjungan wisatawan. Dari yang paling modern hingga yang paling kuno semuanya ada dikota ini.Istana Changdeokgung adalah istana yang dulunya menjadi kediaman raja raja korea, kemudian kawasan Insadong yang sepertinya bakal jadi tempat favorit Hye Seon.Sepanjang jalan dikawasan ini banyak sekali galeri dan toko seni yang berjajar memamerkan hasil karya seni, mulai dari lukis sampai kerajinan tangan. Untuk yang bagian modernnya Hyung Won menunjukkan tempat hiburan terkenal Lotte World, sebuah pusat hiburan dan belanja dimana Hye Seon berkesempatan menaiki wahana kesukaannya.Komedi putar yang ukurannya jauh lebih besar dari pada yang sering ia naiki di pasar malam.Walaupun kelelahan,keduanya langsung melanjutkan perjalanan lagi ke arah pusat belanja mewah Myeongdong untuk sekedar mencuci mata saja.Tak ada barang yang cocok untuk dibeli dengan uang pas-pasan Hye Seon. Akhirnya ia berakhir di situ dengan melahap satu cone ice cream.