Setelah beberapa hari berkutat dengan ujian masuk perguruan tinggi, semua anak kelas 3 mengalihkan perhatiannya pada pementasan seni sebagai perayaan kelulusan bagi murid-murid angkatan Hye Seon. Panitia untuk acara kelulusan ini sudah mengkonsep acara sebaik mungkin. Kelompok drama musikal So Jung akan menampilkan sesuatu yang istimewa yaitu sebuah cerita percintaan klasik. Dia berperan sebagai putri raja yang jatuh cinta dengan seorang prajurit dari musuh kerajaan ayahnya. Sang paduka raja sebenarnya telah menjodohkannya dengan pangeran dari negeri sekutu. Mengetahui putrinya telah memiliki pilihan calon suaminya sendiri, sang raja menjadi murka. Dia menyuruh prajurit-prajurit tangguh dari kerajaannya untuk menangkap prajurit itu.
Sadar ayahnya memakai segala cara untuk menangkap pemuda yang dicintainya, sang putri memohon sang raja untuk tidak mengganggu pemuda itu. Putri kemudiaan dikurung di dalam penjara yang gelap karena dianggap tidak menghormati keputusan sang Raja. Selama berbulan-bulan ia disana, sendiri dan meratapi nasibnya yang malang. Suatu hari, ketika hujan turun dengan derasnya, sang pemuda dengan gagah berani datang untuk menyelamatkannya. Sebelum berhasil keluar dari penjara istana, beberapa prajurit penjaga menangkapnya dan menyerahkan pemuda tadi pada sang raja. Bagian paling menggelikan dalam pertunjukan ini pun muncul. Sang raja mengetes sang prajurit dengan seratus pertanyaan. Jika ia berhasil menjawab semua pertanyaan itu maka ia boleh meminang sang puteri. Seratus pertanyaan tersebut adalah pelajaran yang pernah di dapat anak anak kelas tiga selama mereka menuntut ilmu di sekolah ini. Ada matematika, Bahasa Inggris, Geografi, Ilmu pengetahuaan alam dan lain sebagainya. Ada ada saja ide panitia ini.
Jam sepuluh pagi semua anak kelas 3 dan beberapa panitia yang berasal dari kelas 2 dan 1 mulai memasuki aula. Semua murid diwajibkan memakai hanbok.Tema dari acara ini adalah "Ancient Korea". Entah siapa yang punya gagasan sebrillian ini,hampir semua yang melihat dekor aula terkagum-kagum, mendapati aula yang biasanya hanya tertutup cat putih kini disulap menjadi pelataran sebuah istana jaman dinasti Jo Seon[1]. Hye Seon mengenakan hanbok dengan chigori[2] berwarna biru muda. Ibunya sendiri yang menyiapkan baju itu.
Aula semakin ramai dengan siswa-siswa yang antusias untuk mengikuti acara kelulusan. Penampilan mereka nampak elegan dan kelihatan "berbeda" dalam balutan hanbok. Mr. Jung mengarahkan kelima siswa yang ikut lomba lukis untuk duduk di deretan paling depan. Ini dilakukan agar ketika nama pemenang dipanggil, ia akan mudah naik ke atas panggung.
Kegaduhan di aula seketika terhenti ketika dua MC naik ke atas panggung bersama. Satu persatu acara pada hari ini pun dibacakan. Sama seperti pada acara kelulusan konvensional lainnya, ada sambutan sambutan, dilanjutkan dengan nasehat, pesan, kesan, pengumuman-pengumuman penting dan yang terakhir adalah pertunjukan drama musikal So Jung dan Woo Bin.
Tak berapa lama bapak kepala sekolah naik ke atas panggung memberikan sambutan. Laki-laki paruh baya ini tetap saja terlihat sangat berwibawa dengan hanbok warna biru tua. Gaya bicaranya yang penuh semangat menghidupkan aula ini. Bapak Jung Wo mengucapkan terima kasih pada panitia yang membuat acara pesta kelulusan ini lebih meriah dan berkesan dari acara-acara yang terdahulu. Selain itu, ia juga mengharapkan para siswa yang sudah lulus bisa melanjutkan kehidupannya ke arah yang lebih baik.
Riuh tepuk tangan membahana mengakhiri pidato penuh inspirasi kepala sekolah. Secara bergantian, masing-masing wali kelas dan guru mata pelajaran juga ikut memberikan sambutan. Setelah seluruh acara sambutan selesai, tiba saatnya sesi pegumuman-pengumuman. Bapak Jang Haruoto, seorang guru seni tari keturunan Jepang-Korea, mengambil alih acara dari MC. Ia memegang sebuah kertas putih yang sepertinya berisi nama-nama pemenang yang nanti akan dipanggil ke atas panggung. Jantung Hye Seon sudah mulai berdetak tidak karuan. Ia tampak tegang di tempat duduknya.
"Baiklah, anak anak, sebelumnya bapak ingin mengucapkan selamat pada kalian yang berhasil menyelesaikan pendidikan di jenjang SMA. Bagi kalian yang sudah mengikuti ujian masuk ke universitas dan diterima di universitas yang kalian inginkan, bapak juga ucapkan selamat. Di hari yang sangat indah ini, bapak mendapat kesempatan untuk mengumumkan siswa-siswa berprestasi di sekolah kita. Dan ada satu lagi, bagi kelima murid yang sudah mengikuti lomba lukis beberapa minggu yang lalu. Bapak sudah memiliki dua nama yang terpilih untuk menerima beasiswa seni lukis di Kim Art College Seoul. Langsung saja, gelar siswa paling berpengaruh dan berprestasi jatuh kepada...." Pak Haruto sengaja menghentikan kalimatnya agar suasana terasa intense. Semua murid berharap cemas menebak siapa gerangan orang yang dimaksud.
"Yoon Woo Bin!"
Geerrrrrrrrrrr!
Gemuruh siulan, tepuk tangan dan luapan kegembiraan muncul seketika. Woo Bin adalah cowok terpopuler di sekolah ini. Jadi wajar ketika namanya disebut sambutan penonton juga sangat ramai.
"Yoon Woo Bin silahkan naik keatas panggung."
Woo Bin melangkah dengan kostum hanbok kebesarannya. Ia tampak gagah, beda dari biasanya. Mata Hye Seon tidak bisa berpaling.
"Woo Bin ,Woo Bin, Woo Bin!"
Yel yel nama Woo Bin terdengar bergemuruh dalam aula. Yang disebut berjalan bangga ke atas panggung.
"Baiklah, harap tenang dulu. Selanjutnya adalah gelar siswa teratletis. Ada tiga siswa kita yang berhasil mengharumkan nama sekolah ini di tingkat nasional. Mereka adalah Kang Min Kyung yang berhasil menjadi juara Kompetensi kendo tingkat provinsi. Kim Sa Rang, runner up bulu tangkis tingkat nasional dan Lee So Jung yang setelah lulus ini akan terdaftar sebagai calon pesepak bola nasional under 21. Kalian boleh memberikan tepuk tangan lagi kepada mereka bertiga."
Suara gemuruh terdengar lagi memenuhi aula. Para murid bersorak-sorai ketika ketiganya diajak naik keatas panggung untuk mengambil penghargaan. Setelah itu, Mr. Hayate juga membacakan pemenang pemenang dalam kategori lain. Ada siswa terpopuler, terfavorite dan masih banyak lagi siswa-siswa berprestasi lainnya. Ketika jarum jam menunjuk keangka 15:00, Mr. hayate mengatakan bahwa ini adalah saatnya mengumumkan siapa yang berhak mendapatkan beasiswa prestigious dari Kim Art College. Semua yang hadir disitu khususnya kelima peserta lomba lukis terlihat tegang.
"Yang pertama adalah....Park Ji Hoo." Tak ada yang kaget dengan hasil ini. Bisa dibilang Hye Seon adalah satu satunya orang di aula itu yang bertepuk tangan. Yang lainnya tampak tenang-tenang saja. Ini karena Park Ji Hoo memang terkenal sebagai picasso-nya SMA ini. Jadi wajar saja jika ia terpilih. Yang membuat penonton penasaran mungkin adalah juara keduanya.
"Murid selanjutnya yang berhasil terpilih adalah...."
Jantung Hye Seon terpacu dengan sangat cepat. Lebih cepat dari langkah "Thunder" kuda taruhan ayahnya. Badannya terasa dingin. Semua yang dilihatnya melambat.
"Lee Hye Seon!" Beberapa murid laki-laki yang duduk dibarisan paling belakang mulai bertepuk tangan. Suara murid kali-laki dari belakang terdengar paling keras melantunkan yel-yel dukungan pada Hye Seon. Kemudian serentak semuanya ikut memberi applaus meriah. Hye Seon belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi. Ia masih tetap menutup matanya. Lee Eun Yoo yang duduk di sebelahnya memeluk memberi selamat.
"Bukalah matamu. Namamu yang disebut!"
Air mata hangat tanpa disadari mulai meleleh. Tak bisa digambarkan bagaimana perasaan Hye Seon saat ini. Inilah saat yang ia nantikan selama bertahun-tahun. Di mana pintu menuju impiannya terasa terbuka semakin lebar. Dengan kaki gemetar Hye Seon berdiri dan melangkahkan kakinya ke atas panggung. Suara gemuruh tepuk tangan belum berhenti juga. Apakah ia sedang bermimpi? Tidak. Ia tidak sedang bermimpi. Suara tepuk tangan ini tidak samar-samar. Gemanya terdengar jelas sekali.
Semua pemenang mendapat tropi dan piagam penghargaan dari kepala sekolah. Wajah-wajah bahagia terukir jelas dari semua siswa yang ada di panggung. Setelah selesai mengambil foto bersama, acarapun dilanjutkan. Pertunjukan drama musikal klasik yang sudah dipersiapkan selama kurang lebih satu setengah bulan terakhir, akhirnya tampil diatas panggung. Secara brillian setiap pemain berhasil memerankan tokohnya dengan sangat baik. So Jung dan Won Bin ternyata memiliki suara yang sangat bagus. Hye Seon bahkan baru tahu kalau So Jung bisa menyanyi setelah menyaksikann pertunjukan ini. Ia terlalu sibuk berkutat dengan lukisan-lukisannya sampai tidak memperhatikan kegiatan So Jung setelah sekolah. Won Bin membuat takjub semua orang ketika berhasil menjawab seratus pertanyaan yang diajukan sang raja sebagai syarat untuk meminang sang putri. Dia memang genius! Satu jam berlalu. Pertunjukan drama musikal So Jung dan Woo Bin bisa dibilang sukses memuaskan penonton.Ketika semua orang mengira acara sudah selesai, lampu aula tiba-tiba mati. Kontan semua yang ada di dalam aula berteriak ketakutan.
"Saya minta semuanya tenang," terdengar suara Kim Yeon Woo, sang ketua panitia dari pengeras suara.
"Saya tahu ini mungkin terlihat sedikit menggelikan. Sebenarnya ini adalah ide dari saya yang disetujui oleh panitia ,dan...baiklah teman-teman langsung saja saya beritahukan maksud dari semua ini. Ada dua bunga mawar yang kami letakkan di bawah kursi yang kalian duduki.Tolong semuanya harap meraba bawah kursi kalian."
Setelah beberapa menit semuanya saling bergelap-gelapan akhirnya lampu dinyalakan. Kegaduhan terdengar lagi setelah mereka saling mencari tahu siapa yang beruntung mendapatkan mawar itu.
"Ah.. Hye Seon mendapatkan mawar itu!" So Jung yang sudah ada di samping Hye Seon berteriak histeris melihat ada mawar merah dalam genggaman tangan Hye Seon. Hye Seon terlihat mencoba menutupinya. Ia malu sekali melihat tingkah So jung yang terlalu berlebihan. Sekarang semua kepala jadi tertuju padanya.
"Siapa lagi yang mendapat mawarnya? Untuk Lee Hye Seon, tolong maju ke atas panggung."
Aula menjadi gempar ketika dari belakang Woo Bin berjalan malu-malu sambil memegang mawar. Sorak sorai dan siulan pun tak lagi terelakkan. So Jung mendorong Hye Seon untuk melangkah ke depan. Namun badan Hye Seon tak bergerak sedikitpun.
"Hye Seon ssi," Kim Yeon Woo memanggilnya sekali lagi. Hye Seon pasrah saja mengikuti teriakan penonton yang menyuruhnya ke panggung. Ia menyaksikan Woo Bin sudah duluan ke atas panggung. Kakinya bergetar hebat seiring langkahnya menuju tempat ia berdiri tepat disamping Woo Bin. Woo Bin tidak sekali pun mengalihkan pandangannya pada penonton yang bersorak sorai .
"Terima kasih. Ini bukanlah ajang perjodohan. Kami juga tidak tahu kalau yang mendapatkan mawar itu adalah ... cewe dan cowo. Karena bisa saja kan keduanya cewe atau cowo. ..tapi kalau boleh berjodoh juga tidak apa apa."
"Huuuuh!!" teriakan penonton semakin keras. Mereka tertawa dan tersenyum bahagia melihat dua orang yang seperti langit dan bumi ini disandingkan di atas satu panggung.
"Mawar adalah simbol kasih sayang. Dengan mawar ini, kita berharap masih ada cinta kasih diantara kita walau pun kita sudah tidak bertemu lagi. Lee Hye Seon dan Yoon Won Bin kebetulan adalah orang-orang yang terpilih untuk mewakili simbol ini pada tahun ini.Secara resmi kami nobatkan Yoon Woo Bin dan Lee Hye Seon sebagai duta persahabatan sekolah kita!"
[1] Salah satu Dinasti yang pernah memerintah korea
[2] Kemeja atas baju tradisional korea untuk perempuan