Molly yang menyadari bahwa itu adalah Arga, langsung mengalihkan perhatian dan memilih keluar kelas.
''Molly bel masuk sebentar lagi bunyi loh,'' seru keras Lolita namun Molly tetap berjalan. Ia berjalan menuju toilet dengan hati yang bertanya-tanya.
Untuk apa aku pergi? Emang apa urusannya sama aku? Bukankah bagus kalau dia sudah dapat penggantiku? tanya Molly dalam hati.
Karena terlalu bingung atas pertanyaannya sendiri, tanpa sadar Molly telah melewati toilet dan berada di depan kelas Arga.
Kenapa bisa sampai ke sini? Batin Molly
Baru saja Molly ingin lari, namun sebuah tangan menahan lengannya.
''Jangan salah paham,'' Molly sadar kalau suara itu milik Arga dan memberanikan diri untuk berbalik.
''Salah paham apa? Aku tadi mau ke toilet terus ak--''
''Terus karena kepalamu penuh pertanyaan soal aku dan Nanda tadi, jadi tidak sadar tersesat sampai ke sini?'' tebak Arga dengan sangat tepat.
''Nanda?'' Molly tak membalas namun berusaha mengingat nama Nanda itu.
''Iya, Nanda memberiku pelukan terakhir. Dia pindah ke Australia hari ini, bukankah memberi sedikit kebahagiaan kepada orang yang mencintai kita itu baik?'' kini kedua telapak tangan Arga berada dikedua pipi chubby Molly.
''Kau tahu apa kebahagiaanku? Dengan melepasku. Aku akui, aku sedikit terdistraksi tadi,'' ucap Molly pelan lalu beranjak pergi.
''Sampai kapanpun aku tak akan melepasmu,'' seru Arga cukup keras menarik perhatian teman sekelasnya sehingga ikut keluar kelas.
''Berarti kau tak mengerti dan itu bukan rasa suka. Tetapi obsesi,'' gumam Molly lalu terus berjalan.
Molly masuk ke kelas dengan perasaan kacau, Lolita yang menyadari hal itu hanya diam. Antara hidup dan mati, begitulah pandangan Lolita terhadap semangat Molly hari ini.
''Ayo ke kantin,'' ajak Lolita saat jam istirahat.
''Aku tidak lapar,'' tolak Molly dengan lemah.
''Tertawalah bersama temanmu karena duniamu tidak harus selalu tentang pacar. Aku tahu kau ada masalah sama Arga, tapi jangan biarkan masalah itu mempengaruhi hidupmu,'' celoteh Lolita sok bijak dan Molly akhirnya setuju, karena tidak tahan jika Lolita harus mengeluarkan kalimat menggelikan seperti itu lagi.
Saat memasuki kantin tak sengaja mata Molly menatap Arga dan anak Equidos yang lain sedang berada di kantin itu juga. Lolita yang melihat ekspresi Molly yang kalang kabut akhirnya berkata, ''Ya udah, kita balik aja ke kelas.''
"Jangan, aku tidak apa-apa, aku pesan makanan dulu,'' ucap Molly tanpa ekspresi.
Brukkk
Molly ambruk saat baru beberapa langkah.
''Sepertinya dia habis begadang berat jadi mengalami anemia, keadaannya baik-baik saja. Saya keluar dulu,'' terdengar samar oleh Molly suara seorang pria dan saat membuka matanya dilihatnya Lolita dan Canon.
''Kau sudah sadar? Aku begitu khawatir, tadi kau begitu pucat,'' ujar Lolita memegang tangan Molly.
''Tadi aku baru saja masuk kantin dan melihatmu pingsan,'' jelas Canon dan Molly hanya mengangguk pelan.
Sebenarnya Molly sedikit kecewa karena ia tidak melihat sosok Arga berada disampingnya lalu dewi batinnya bersuara, 'Bukankah ini yang selama ini kau harapkan?'
''Istirahatlah, aku akan mengirim surat izin ke kelasmu dan juga Lolita yang akan menjagamu,'' ucap Canon meninggalkan UKS.
Molly akhirnya kembali tertidur setelah meminum obat. Dirinya merasa perlu menghilangkan semua masalah dipikirannya untuk sementara.
***
Akhirnya selama tiga hari Molly harus izin ke datang sekolah atas saran guru yang ada di sekolah, agar kesehatannya cepat pulih.
''Orang sakit kok makan sembarangan,'' ucap Azka mengambil es krim yang dimakan Molly.
''Emangnya siapa yang mengajak keluar malam lalu pulang subuh? Jadi sakit gini,'' ucap Molly kesal mencoba merebut es krim itu kembali tetapi tinggi badan Azka yang mencapai seratus delapan puluh sentimeter dan dirinya yang bertubuh mungil harus gagal mendapatkan es krimnya kembali.
''Oh ya, pacarmu Arga kemana? Sudah dua hari pacarnya sakit tapi tidak dijengukin,'' ucap Azka membuat Molly terdiam sesaat.
''Udah deh, Nanti juga aku nyusup ke kulkas,'' ujar Molly mengabaikan pertanyaan Azka lalu melenggang masuk kamarnya.
Hati Molly kalang kabut. Memang benar apa yang dikatakan oleh Azka. Apa mungkin Arga sudah tidak peduli dengannya atau benar-benar telah melepasnya? Molly membuka ponselnya namun tak ada tanda-tanda Arga menelpon atau mengirim sms. Iseng Molly membuka aplikasi LINE dan mencari akun Arga, karena melihat penawaran stiker terbaru Molly mengunduhnya, tetapi tak sengaja salah satu stiker terkirim ke akun Arga dan yang membuat Molly terkejut adalah stiker yang menampilkan tulisan I Miss You.
Terlalu malu, apalagi dilihatnya Arga sudah membacanya, tanpa tungggu lama Molly mematikan ponselnya dan berteriak frustrasi.
''Akhh!!''
Pintu kamar Molly terbuka dan memunculkan Azka tanpa ekspresi.
''Ada orang menunggumu di luar, bawa mawar lagi.'' Azka menyembulkan kepalanya dibalik pintu lalu menghilang. Jantung Molly terasa dag dig dug. Pria? Mawar?
Senyuman sempat tercipta diwajah Molly, tetapi ketika membuka pintu orang itu adalah Xero, sahabat Arga. Hatinya sedikit kecewa karena pria itu bukan Arga, namun juga bahagia karena ia akan cukup malu bertemu dengannya.
''Ini dari Arga.'' Sebuah buket mawar dan surat diterima Molly dengan harap-harap cemas.
'Semoga cepat sembuh, maaf kau jadi sakit gara-gara keluar nonton kemarin dan aku juga merindukanmu'.
Membaca kata-kata terakhir membuat pipi Molly merah merona dan mendongak menatap Xero yang juga tak kalah tinggi dari Arga atau Azka.
''Sebenarnya ini rahasia tetapi gara-gara menyuruhku membawakanmu ini padamu sedangkan aku saat itu sibuk bermain PUBG dan menjadi gagal maka akan kukatakan ini....''
''Arga sudah tiga hari mengikutimu sejak kau pingsan. Dia menunggumu di luar UKS sampai kau keluar lalu bersembunyi dan dari kemarin menunggu dan memerhatikanmu di luar rumahmu dan malah menyuruhku ke sini dengan buru-buru,'' lanjut Xero disertai kekehan, tanpa pikir panjang Molly keluar rumah dan mendapati mobil yang ia kenali terparkir didepan rumahnya.
Tak lama kemudian sosok Arga keluar dari mobil dengan ekspresi terkejut lalu beralih menatap Xero yang berada dibelakang Molly.
''Dasar pengkhianat,'' seru Arga kesal menatap Xero yang hanya menyengir.
''Dasar pengecut,'' ucap Molly melepas sepatu tidur yang bagian depan ada boneka anjing lalu melemparnya pada Arga.
''Bawa bunga segala, bawa sendiri!'' seru Molly juga melempar bunga itu dan berhasil ditangkap Arga.
Molly akhirnya berbalik akan masuk rumah, tetapi Arga memeluknya dari belakang.
''Maafkan aku, aku takut kau akan marah melihatku,'' ucap Arga masih memeluk Molly.
''Marah kenapa?''
''Bukankah kau bilang untuk melepasmu?''
''Itu..aku--''
''Tapi melihat stikermu tadi aku semakin yakin bahwa aku tak akan kulepaskan walaupun kau memintanya lagi,'' ucap Arga membalikkan tubuh Molly dan kembali memeluknya dan wajah Molly memanas antara malu dan bahagia?
''Kau masih di sini Arga?'' kini terdengar suara Azka keluar mendekat. Sepertinya ia sudah tahu keberadaan Arga selama dua hari ini.
''Udah deh dramanya, Molly kau juga masuk! Masih sakit juga,'' ucap Azka dari dalam mobil dan Molly langsung melepas pelukan Arga, namun pria itu beralih menggenggam tangan Molly.
''Aku antar masuk,'' ucap Arga lembut dan sebuah tangan menahan Arga.
''Lupa sama pahlawannya?'' seru Xero dan Molly terkekeh kecil.
''Ayo masuk Kak Xero,'' ajak Molly ramah membuat Arga terlihat kesal dan tak suka.
Ketika berada di dalam rumah, sudah ada Ibu Molly yang baru saja membuat kue.
''Eh ada teman Molly,'' seru mama Molly ramah.
''Bukan tante, pacar.'' Ucapan Arga membuat Molly membulatkan matanya dan Xero menatap tak percaya.
''Jadi pacarnya dua?'' tanya mama Molly sedikit bercanda.
''Tidak kok, dia pacarnya dan saya teman dari pacarnya anak tante,'' jelas Xero rumit dan Molly hanya menggelengkan kepalanya.
''Ayo makan kuenya, tante tinggal dulu yah,'' ucap Ibu Molly pergi sedangkan Arga dan Xero hanya mengangguk membalas.
Tak lama kemudian Azka telah kembali dengan membawa kantongan belanja entah apa isinya. Entah kapan ia membelinya juga.
''Molly masuk kamar! Kau masih sakit,'' perintah Azka dan Molly hanya menurut. Azka pun duduk bersama Arga dan Xero dan mulai mengobrol tentang banyak hal.
***
Ini hari ketiga Molly di rumah dan dirinya begitu bosan.
Ting Tong
Terdengar suara bel berbunyi, karena ibu dan ayahnya sedang tidak ada di rumah dan Azka yang tertidur sudah dua jam yang lalu maka terpaksa Molly bangkit membuka pintu.
''Kak Canon!'' pekik Molly terkejut melihat Canon berdiri dihadapannya.
''Aku datang menjengukmu,'' ujar Canon memperlihatkan satu keranjang buah-buahan.
''Makasih, ayo masuk.'' Akhirnya Canon duduk di ruang tamu berhadapan dengan Molly.
''Tadi Lolita mau ke sini, tapi
Ibu Talia mendapatinya tidur saat pelajaran berlangsung jadi dia mendapat hukuman membersihkan kelas,'' jelas Canon.
''Apa kau tak bosan di rumah?'' tanya Canon dan Molly menghembuskan nafasnya.
''Sangat! Lebih baik mendengarkan cerita sejarah daripada berdiam diri di rumah seperti ini,'' jawab Molly bercanda.
''Apa kau mau jalan-jalan?'' ajak Canon yang dijawab sebuah anggukan dari Molly.
Akhirnya Canon mengajak Molly untuk makan es krim disalah satu kafe yang terletak dalam komplek perumahan mereka berdua.
''Wah ini begitu lezat, aku tak diperbolehkan oleh Kak Azka untuk memakan ini,'' komentar Molly memakan es krim rasa vanila. Rasa favoritnya.
''Lolita akan ke sini, dia mengirimiku sms,'' ucap Canon membuat Molly tersenyum bersemangat.
''Hah ... aku merindukan anak itu,'' gumam Molly senang.
Bunyi lonceng yang terdapat pada pintu kafe berbunyi menarik perhatian Molly untuk melihat ke arah pintu. Sepasang mata tengah menatapnya tajam kemudian kedua kaki berjalan mendekatinya.
''Jadi kau mengabaikan panggilan dan pesanku hanya untuk bersama dengannya?'' sorot mata Arga terlihat begitu emosi, sedangkan Molly memeriksa sesuatu pada pakaiannya. Mencoba mencari ponsel yang sepertinya ketinggalan di rumah.
''Aku lupa membawanya,'' gumam Molly namun tak terdengar oleh Arga.
''Aku kecewa padamu. Kupikir kita bisa memulainya dari awal, memperbaiki segalanya dan bisa saling menerima. Tetapi ... sekarang, aku mengerti.'' Suara Arga perlahan melemah saat mengucapkan kalimat itu sebelum akhirnya keluar dari kafe tanpa memandang Molly sedikit pun.
Gadis itu masih duduk terpaku, ia membiarkan Arga pergi tanpa menahan hanya untuk menjelaskan dengan beberapa kata agar semuanya membaik.
Lonceng yang terpasang pintu kafe kembali berbunyi namun Molly tak memadang ke arah pintu. Karena ia tahu sesuatu yang pergi meskipun kembali tidak akan pernah sama lagi. Dan benar kali ini bukan Arga.
''Kalian sudah lama menunggu?'' tanya Lolita dengan nafas tak beraturan.
''Tidak, baru saja,'' jawab Molly sedaritadi menunduk dan membuat Lolita bingung.
''Kenapa kau diam, maksudku tak mengejarnya?'' tanya Canon hati-hati.
''Kesalahpahaman dapat diselesaikan,'' balas Molly berusaha tersenyum walau ia sadar bahwa diri sedang tidak baik-baik saja.
''Terkadang lebih baik diam daripada menjelaskan kepada seseorang yang memang tak mau mengerti.''
''Aku pulang saja,'' lanjut Molly bangkit lalu berjalan keluar.
Ternyata Molly tak sendirian sejak keluar dari kafe, ada Lolita yang mengikutinya. Dan Canon mengerti akan situasinya.
''Kenapa kau masih disini?'' tanya Molly menatap lurus.
''Aku mengkhawatirkanmu, kau ada masalah lagi?''
''Hm, Dia datang dan melihatku dengan Kak Canon.''
''Terkadang aku sendiri tak yakin dengan perasaannya, walau dia mengakuiku sebagai pacarnya, tetapi dia tak pernah mengatakan bahwa ia mencintaiku atau bahkan sekadar menyukaiku,'' curhat Molly yang telah berdiri di depan rumahnya.
Lolita mendekat dan memegang kedua bahu Molly. ''Terkadang cinta tak perlu kata-kata lewat teori, sebuah tindakan saja sudah cukup. Aku sebaiknya pulang juga. Kau pikirkanlah apa selama ini Arga ada dihatimu.'' Lolita akhirnya pergi karena mengerti bahwa sahabatnya itu butuh waktu untuk berpikir, sedangkan Molly masuk ke rumah dengan perasaan kacau.
***
Molly mulai kembali ke sekolah. Saat akan menuju ke kelasnya ia tidak sengaja berpapasan dengan Arga, namun pria itu malah menganggap seolah Molly tak berada di sana. Untuk beberapa saat Molly diam terpaku.
Mungkin inilah akhirnya, batin Molly.
***