Chereads / Be My Girl, I'm Yours Be Mine? / Chapter 8 - 8. Overdosis

Chapter 8 - 8. Overdosis

Hari pemilihan ketua osis pun dilaksanakan. Khusus hari itu semua pelajaran diliburkan, bukan berarti tidak perlu ke sekolah, karena absen setiap pelajaran tetap akan dilakukan. Sistem pemilihannya adalah para murid harus terlebih dahulu mengambil nomor antrian yang langsung diberikan panitia, hal ini dilakukan agar lebih tertib.

Cukup kartu pelajar dan nomor antrian maka mereka bisa memilih. Setelah memilih maka nomor antrian akan diberi stempel, dimana nomor antrian dapat digunakan untuk mengganti absensi yang bolos atau tidak hadir tanpa keterangan dengan batas tertentu selama bersekolah disini. Aneh dan unik bukan? Jadi para murid pembolos akan bela-belain berdesak-desakan mengantri dan memilih. Sekolah Pelita Bangsa hanya ingin mengajarkan lebih serius tentang memilih dan dipilih.

Molly berlari sambil membawa nomor antrian. Ia kembali terlambat karena bangun kesiangan.

''Kau sudah selesai?'' tanya Molly melihat Lolita memasukan nomor antrian ke saku bajunya.

''Hm.'' Lolita hanya mengangguk dan Molly segera mengantri. Rupanya para murid harus berada di dekat bilik pemilihan untuk bisa mendengar nomor mereka disebut karena apabila telah disebut tiga kali dan murid itu tak kunjung datang maka stempel hanya akan diberikan pada ujung kertas nomor antrian, artinya mengurangi separuh kegunaannya, apabila nanti datang belakangan untuk memilih.

''Siapa sih buat peraturan aneh ini?'' gerutu Molly harus memasuki kerumunan murid.

''89!''

''Nomorku tidak lama lagi,'' komentar Molly berusaha menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh, tetapi tubuh mungilnya tak menolong sama sekali. Berkali-kali Molly hampir jatuh terduduk.

Gleep!

Seseorang menarik pinggangnya dan mencengkramnya dengan kuat dan sebuah tangan memeluk lehernya. Merasa seseorang mengambil kesempatan dalam penderitaannya dengan sikunya Molly memukul tubuh orang itu.

''Tenanglah atau kau akan terinjak-injak.'' sebuah suara berhasil membuat Molly terdiam.

Arga, bisik Molly dalam hatinya.

''95!''

Molly seperti tertahan untuk bernapas. Jantungnya terpacu secara cepat, hembusan napas Arga terasa ditelinganya membuat gadis itu geli sendiri.

''99!''

Syukurlah nomorku telah disebut, ujar Molly lega dalam hati.

Dengan langkah cepat Molly memberikan kartu pelajar dan nomor antrian dan masuk ke dalam bilik yang tertutupi tirai. Molly cukup kebingungan memilih karena ia tak mengenal dan tahu siapa nama-nama yang berada dalam kertas yang akan dicoblos. Namun ingatannya pada Lolita memberinya satu nama, tak mau membuat yang lain menunggu, dengan cepat Molly menyoblos dan beranjak keluar, namun sebuah tangan dari bilik sebelah yang hanya tertutupi tirai menggenggamnya.

''Kita perlu bicara,'' ucap orang itu menarik Molly keluar dan mengambil kartu pelajar dan nomor antrian mereka. Muka Molly merah padam karena malu ditatap para murid yang ada di luar.

Arga membawa Molly menuju ke samping sebuah gedung yang sepi.

''Ada apa?'' Molly terlihat berusaha tenang walaupun ia sebenarnya bisa merasakan detakan jantungnya sendiri.

''Maafkan aku.'' Arga melepas genggamannya, ''Dan terima kasih untuk segalanya selama ini.'' Arga menatap dalam Molly dan menariknya dalam pelukannya.

''Sekarang aku akan benar-benar melepasmu setelah kemarin melihatmu terlihat bahagia dengannya,'' ucap Arga masih memeluk Molly.

'' Because I know, I've never been the only one for you.'' Arga melepas pelukannya dan beralih memegang kedua bahu Molly.

''Bahagialah, tersenyumlah dan sampai jumpa.'' Usai mengatakan semua itu Arga beranjak pergi dan meninggalkan Molly yang matanya memanas dan menahan air matanya agar tak jatuh namun ketika sosok Arga telah pergi, butiran air mata turun tak terbendung.

Ada yang hilang. Ada yang patah. Apakah akan tumbuh kembali?

Sebelum pengumuman ketua osis yang terpilih SMA Pelita Bangsa mengadakan ujian semester ganjil selama lima hari dan membuat pikiran para murid fokus pada ujian termasuk Molly.

Janji Galih berbuah manis. Ini terbukti dengan terpilihnya ia menjadi ketua osis. Acara penyambutan pun dilakukan bersamaan dengan pentas seni. Setelah pidato kemenangan, beberapa tarian, paduan suara, kini penampilan Equidos.

Equidos yang selama ini terkenal dengan meng-cover lagu di youtube kini tampil membawa lagu 5 Seconds of Summer dengan judul she looks so perfect.

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Hey, hey

Simmer down, simmer down

They say we're too young now to amount to anything else

But look around

We work too damn hard for this just to give it up nowIf you don't swim, you'll drown

But don't move, honey

You look so perfect standing there

In my American Apparel underwear

And I know now, that I'm so down

Your lipstick stain is a work of art

I got your name tattooed in an arrow heart

And I know now, that I'm so down (hey!)

Suara teriakan dan tepuk tangan langsung memnuhi aula sekolah saat Equidos selesai tampil. Molly yang terlambat datang mendapat omelan dari Lolita.

''Pasti kau sengaja datang terlambat takut cemburu melihat histeria para penggemar Kak Arga,'' ejek Lolita kesal.

''Bukan begitu, tadi Kak Azka mengantarku tiba-tiba ban mobilnya kempes,'' jelas Molly sejujurnya.

''Sudahlah, kau menyesal tak melihat mereka tampil, ayo ke belakang panggung kau bukannya akan tampil?'' tanya Lolita menyeret Molly.

''Aku?'' Sebenarnya Molly tak ingat pernah mengatakan akan tampil karena pikirannya terlalu sibuk oleh ujian semester kemarin. Lagu pun tak pernah terpikirkan olehnya.

''Baiklah.. Kini kita sambut penampilan dari perwakilan dari kelas 1-C,'' ucap MC acara dan Lolita mendorong Molly naik ke atas panggung.

Bagai terkena demam panggung Moly hanya berdiam diri di atas panggung. Dirinya bingung akan menyanyikan lagu apa hingga Arga berdiri di belakang kerumunan para murid. Pria itu menatap dalam Molly dengan ekspresi tenang bahkan senyuman sedikit terukir diwajahnya. Molly yang melihat itu mulai beranjak dari tempatnya dan berjalan mendekati salah satu alat musik yaitu piano.

Molly mulai menekan tuts piano dan suasana seketika menjadi hening.

Seems like it was yesterday when I saw your face

You told me how proud you were but I walked away

If only I knew what I know today

Ooh ooh

I would hold you in my armsI would take the pain away

Thank you for all you've done

Forgive all your mistakes

There's nothing I wouldn't do

To hear your voice again

Sometimes I wanna call you but I know you won't be there

Oh, I'm sorry for blaming you for everything I just couldn't do

And I've hurt myself by hurting you

Molly terlihat menghayati bahkan beberapa murid tampak terharu, tanpa sadar mereka menatap Molly dan Arga bergantian. Lagu milik Christina Aguilera seolah menjadi isi hati Molly dan diakhir lagu Molly menitikan air mata.

Arga yang melihat dan mendengar segalanya segera berlari ke belakang panggung. Berharap dapat bertemu dengan Molly dan menenangkannya, namun semua terkadang seperti sebuah mimpi. Dilihatnya Molly terduduk dengan kepalanya disandarkan pada bahu Canon, hanya Lolita yang melihatnya memandang kedua orang itu. Perlahan Arga memundurkan langkahnya dan beranjak pergi.

''Kalau Molly bisa ungkapin perasaannya lewat lagu, kenapa Kakak tidak?'' ucap Lolita berjalan melewatinya dan seketika seringaian ada dibibir Arga.

When your legs don't work like they used to before

And I can't sweep you off of your feet

Will your mouth still remember the taste of my love?

Will your eyes still smile from your cheeks?

Sebuah suara menyadarkan Molly dan berdiri.

''Suara ini.'' Tanpa sadar kaki Molly berjalan menuju area penonton bahkan ia berdiri di depan panggung.

Terlihat Arga dengan gitarnya bernyanyi sendirian di atas panggung tanpa melepas tatapannya pada Molly.

And, darling, I will be loving you 'til we're 70

And, baby, my heart could still fall as hard at 23

And I'm thinking 'bout how people fall in love in mysterious ways

Maybe just the touch of a hand

Well, me - I fall in love with you every single day

And I just wanna tell you I am

So honey now

Take me into your loving arms

Kiss me under the light of a thousand stars

Place your head on my beating heart

I'm thinking out loud

Maybe we found love right where we are

''Apa ini tak cukup sebagai ungkapan cintanya?'' bisik Lolita tepat pada telinga Molly, membuat pipi gadis itu merah merona.

Dirasakan Molly seseorang mendorong punggungnya dan ketika berbalik ternyata itu kerjaan Lolita.

''NAIK ... NAIK!'' Lolita berteriak membuat murid lain juga melakukan hal yang sama.

''NAIK! NAIK! NAIK!''

Karena terus didorong akhirnya Molly kini berada di atas panggung berdua dengan Arga.

Antara malu dan bahagia, itulah perasaan Molly maupun Arga.

Arga mendekatkan mikrofon ke bibirnya dan mulai bernyanyi lagi, tetapi lagu kali ini membuat para murid alias penonton makin menggila. Dengan gitar Arga mulai menyanyikan lagu milik Justin Bieber yang berjudul Boyfriend dengan gaya akuistik.

If I was your boyfriend, I'd never let you go

I can take you places you ain't never been before

Baby, take a chance or you'll never ever know

I got money in my hands that I'd really like to blow

Swag, swag, swag, on you

Chillin' by the fire while we eatin' fondue

I don't know about me but I know about you

So say hello to falsetto in three, two, swag

I'd like to be everything you want

Hey girl, let me talk to you

If I was your boyfriend, never let you go

Keep you on my arm girl, you'd never be alone

I can be a gentleman, anything you want

If I was your boyfriend, I'd never let you go, I'd never let you go...

Diakhir lagu Arga mengecup kening Molly dan tak lama kemudian gadis itu terjatuh pingsan.

***