Chereads / Be My Girl, I'm Yours Be Mine? / Chapter 9 - 9. Berhibernasi

Chapter 9 - 9. Berhibernasi

Molly dari mulai masuk sekolah sampai ke kelasnya tak henti-hentinya menutupi muka dengan buku atau kedua tangannya. Pandangan murid yang terkekeh saat melihatnya membuat pipinya memerah.

''Salah sendiri, pingsan di atas panggung setelah dinyanyiin romantis,'' ejek Lolita terkekeh.

''Aku benar-benar malu saat itu dan kurasa lututku melemas,'' balas Molly mengelak.

''Jadi itu semacam syndrom anti romance,'' ucap Lolita menggoda Molly.

''Apaan sih.'' Molly mengalihkan pandangannya keluar jendela.

''Bertemu dengannya saja aku tak sanggup,'' lanjut Molly menarik napas.

''Bertemu apa? Semua anak kelas tiga hari ini pindah ke sebuah asrama untuk persiapan ujian, kau tak tahu?'' tanya Lolita dan seketika Molly keluar dari kelas menuju area kelas tiga dan benar saja. Semua ruangan yang biasanya diisi oleh anak kelas tiga kini telah kosong.

SMA Pelita Bangsa memang selalu mengirim semua murid yang sudah kelas tiga setelah semester ganjil untuk pergi ke sebuah asrama milik sekolah. Di sana mereka akan melakukan kegiatan pembelajaran untuk nilai semester genap sekaligus les untuk UAS dan UN. Hal itu akan berlangsung selama tiga bulan, lalu mereka akan kembali saat hari ujian, baik UAS maupun UN.

Molly berjalan kembali ke kelasnya dengan perasaan hampa. Arga pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata selamat tinggal sekalipun, bagaimana mungkin ia bisa berpikir bahwa Arga benar-benar menyukainya?

''Coba gunakan waktumu saat ini buat menentukan sebenarnya kau itu suka sama Kak Arga atau Kak Canon,'' ujar Lolita memandang serius Molly.

''Tentu saja Kak Canon, soal kejadian kemarin siapa sih yang tidak berdebar jika dinyanyiin gitu sama Kak Arga,'' jawab Molly tampak berpikir.

''Hahaha, kau salah Molly, debaran sama jatuh cinta itu beda. Debaran akan hilang dengan hilangnya sesuatu yang membuatnya berdebar. Tentu kemarin saat Kak Arga bernyanyi kau merasakan seluruh darah berpacu dalam jantungmu, tetapi saat sosok itu hilang? Semuanya menghilang.''

''Beda dengan jatuh cinta. Saat dia ada atau tidak ada, hatimu akan selalu mencarinya, memikirkannya dan saat itu pula jantungmu berdebar, karena hatimu seolah terikat satu dengan debaran itu,'' ucap Lolita begitu puitis, walau terdengar alay,ย  tetapi ada benarnya juga. Karena jika telah menyangkut perasaan maka kata-kata tak mampu menjelaskan.

''Tapi dia pergi begitu saja, bahkan aku sendiri tak yakin dengan perasaannya saat ini,'' ujar Molly membuat Lolita geram.

''Molly, kau tahu, siapa yang membawamu pulang semalam?''

''Menjagamu semalaman walau keesokan harinya harus bersiap-siap pergi, mencemaskanmu sepanjang perjalanan, dan....'' Lolita terlihat tak sanggup berkata-kata tentang bagaimana Arga memandang Molly.

''Dia memberiku ini, bacalah,'' ucap Lolita bangkit setelah memberi Molly sebuah surat.

''Aku pergi dulu, nanti kau gengsi lagi nangis habis baca itu surat,'' ucap Lolita setengah bercanda lalu pergi.

Molly sejenak terdiam lalu mulai membuka dan membaca isi surat pemberian Arga.

Selagi aku pergi jangan macam-macam, apalagi melirik pria lain. Aku akan merindukanmu.

Tulisan Arga begitu singkat membuat Molly terkekeh, ''Terharu apanya?'' walau begitu singkat dan sederhana namun entah mengapa melegakan hati Molly. Apakah mungkin karena Arga tidak akan menganggunya lagi?

Tak terasa sebulan telah berlalu, Molly yang masih larut dalam kekalutannya pun mencoba beraktivitas seperti sebelum ia mengenal Arga. Sibuk mengerjakan tugas, membaca novel pada malam hari dan chatting dengan Lolita seperti saat ini.

Lolita : Besok aku pinjam yah catatan fisikamu, tadi aku ketinggalan.. (Emotion sedih)

Molly : Sip, besok nonton yuk sepulang sekolah?

Lolita : Oke, ehh.. Tadi aku buka instagram dan lihat postingan Kak Canon.

Molly : Terus?

Lolita : Yah ... Sekali-kali kau harus buka instagram, dia foto sama Kak Clarissa. Anak mading yang cantiknya mirip Suzy mantan personil Miss A.

Molly : Oh.

Lolita : (Emotion kaget) Oh doang? Kau tidak cemburu?

Molly hanya membaca pesan terakhir Lolita, lalu memandang langit-langit kamarnya. Pikirannya terarah pada kata-kata terakhir Lolita. Demi meyakinkan dirinya sendiri maka Molly pun membuka instagramnya dan benar saja, kini layar ponselnya menampilan foto Canon bersama Clarissa sedang menikmati ice cream. Tanpa sengaja Molly membuka akun Canon dan matanya menyipit saat melihat foto seorang gadis sedang duduk disebuah cafe dengan buku ditangannya, wajah gadis itu tidak terlalu kentara karena diambil dari arah samping, tetapi Molly masih mengingat jelas bagaimana dirinya beberapa minggu yang lalu.

Saat itu ia memakai T-shirt dan celana jeans saat baru saja pulang dari toko buku membeli novel karangan Iliana Tanย  berjudul Summer in seoul lalu karena hujan turun tiba-tiba maka ia harus meneduh di sebuah kafe sembari menikmati cappucinno coffee. Molly masih ingat gadis dalam foto itu adalah dirinya sendiri, bagaimana penampilan dan cara duduknya. Molly keluar dari instagram dan kembali membalas pesan Lolita.

Molly : Aku sudah lihat, dia benar-benar cantik.

Lolita : Dan bagaimana perasaanmu saat ini?

Molly : Perasaanku? Aku baik-baik saja. Kurasa mereka cukup serasi. Walaupun agak iri juga.

Lolita : Kaukan suka Kak Canon, kenapa malah mendukung mereka berdua. Ahh... aku tahu, pasti karena gara-gara Kak Arga yang sudah memenuhi setiap sudut hatimu sehingga sosok Kak Canon tidak lagi spesial.

Molly : Bukan begitu, hanya saja melepas orang yang kita sukai namun tak menyukai kita adalah hal yang terbaik.

Lolita : Benar juga, walau ini berat untukmu tetapi hanya orang yang menganggap kita spesial yang akan menyimpan bahkan memposting foto-foto kita.

Sekali lagi Molly kembali tertegun menatap kalimat terakhir Lolita. Jika benar adanya maka Canon seharusnya menganggap Molly spesial bukan? Dan kenapa saat ini Molly hanya merasa biasanya saat melihat Canon dan Clarissa, walau ia sedikit terkejut dengan fotonya di akun Canon tadi. Terlalu banyak berpikir tanpa sadar membuat Molly memejamkan matanya malam itu.

***

Hujan membasahi jendela dekat Molly duduk, dengan hembusan napas pelan ia mulai memakai jaket cokelatnya dan berjalan keluar. Sudah hampir dua bulan Molly melewati hari di sekolah tanpa melihat sosok Arga, walau awalnya terasa aneh namun kini ia mulai harus belajar untuk bagaimana melupakan Arga bahkan mungkin perasaannya yang tidak bisa dipungkiri mulai tumbuh. Ia sadar bahwa dirinya telah menyukai Arga. Hampir setiap malam ia teringat akan kebersamaannya dengan Arga, namun Molly seolah ragu akan perasaan Arga karena pria itu belum pernah menyatakan cinta secara langsung kepadanya.

Dengan langkah pelan Molly menelusuri lorong sekolah menuju gerbang. Baru akan menembus gerimis hujan pandangan Molly tertuju pada pria yang memakai kemeja putih dengan dasi hitam serta celana hitam lengkap dengan sepatu kulit hitam.

''Kak David?'' Molly mendekat dan berdiri di samping pria itu.

''Eh Molly, Kau baru pulang?'' tanya David dan Molly hanya mengangguk.

Molly melirik ke kiri-kanan kemudian balik bertanya, ''Kak David sendiri kenapa ke sini?''

''Oh itu, aku baru tahu kalau anak kelas tiga diasramakan dan Arga tak memberitahuku kalau dia sudah berangkat,'' jawab David sambil tersenyum.

''Mereka berang--''

''Molly!'' Lolita berlari ke arah Molly dengan tas hampir terlepas dari bahunya.

''Kau mau pulang sekarang? Aku titip tugas biologiku karena tiga hari ke depan aku harus pergi ke asrama,'' jelas Lolita masih dengan napas tersengal-sengal.

''Ya besok memang ada biologi, ke asrama kelas tiga? Untuk apa?'' tanya Molly penasaran, sejenak mengabaikan keberadaan David.

''Itu, Kak Sherina suruh aku mewawancarai Equidos sebelum lulus. Kau tahukan beberapa minggu lagi mungkin aku tak akan sempat karena kesibukan mereka belajar. Oh ya, Aku sudah dapat izin dari Bu Talia,'' balas Lolita kali ini dengan senyuman kecil.

''Lolita,'' sebuah seruan membuat baik Lolita, Molly atau David menoleh.

''Ya Ibu Talia?''

''Aku lupa mengatakan satu hal, kau akan sekamar dengan Shasa, anak kelas tiga jurusan ilmu sosial dan Lala yang rencananya akan menemanimu harus batal karena sakit. Kau boleh mengajak salah seorang temanmu lalu lapor namanya padaku,'' ucap Ibu Talia panjang lebar dan mulai beranjak.

''Ibu Talia, aku akan berangkat bersama Molly,'' ucap Lolita tiba-tiba dan Ibu Talia berbalik.

''Oke, kelas kalian akan menerima surat izin atas nama kalian berdua selama tiga hari,'' ucap Bu Talia lalu benar-benar pergi.

Molly masih terdiam mencoba mencerna kata-kata Lolita tadi. Ia akan ke tempat dimana Arga berada?

''Ayolah Molly, kau tak kangen Arga?'' goda Lolita menyikut Molly.

''Yah, tapi--'' ucapan Molly terhenti saat matanya melihat David.

Kak David masih disini? batin Molly.

''Kapan kalian akan berangkat?'' tanya David dan Lolita yang baru sadar adanya sosok lain langsung membulatkan matanya seakan melalui matanya memberitahu Molly bahwa 'Siapa pria tampan di sampingmu ini?'

''Oh kenalkan ini Kak David, kakak ... Kak Arga,'' ucap Molly memutar bola matanya pada Lolita.

''David.''

''Lolita.''

''Euhhm.. Rencananya besok kami akan berangkat,'' jawab Lolita teringat pertanyaan David tadi.

''Baiklah, sini aku antar kalian biar aku tahu alamat rumah kalian, kebetulan aku ingin mengunjungi Arga. Sejak dua bulan lalu aku ke New York, dan aku belum pernah bertemu dengannya, jadi besok aku jemput kalian dan kita berangkat bersama,'' ucap David.

''Maaf merepotkan,'' balas Molly malu-malu.

''Merepotkan apanya? Kahukan pacar Arga dan mungkin calon iparku.'' David tersenyum menggoda ke arah Molly membuat pipi gadis itu memerah. Akhirnya dengan kepasrahan Molly dan Lolita diantar oleh David, sepanjang perjalanan Lolita tak henti-hentinya mengagumi wajah tampan dan sifat David yang lembut dengan sedikit humor, tentu saja lewat isyarat mata dan bisikan kecil pada Molly.

***

Mobil David tiba di depan rumah Molly setelah sebelumnya menjemput Lolita. Dari dalam rumah Molly terlihat memakai ransel besar persiapan tiga hari kepergiannya diikuti Azka di belakangnya.

''Ingat kalau sampai hubungi kakak dan salam buat Arga,'' ucap Azka mengecup kening Molly.

Molly yang malu langsung pergi tanpa menatap Azka, berjalan masuk mobil David.

''Kak David suka Pitbull?'' tanya Lolita yang duduk di depan sambil melihat beberapa CD.

''Aku suka, bukan hanya Pitbull tapi Usher, Wiz Khalifa, Eminem,'' balas David menatap lurus.

''Kau sendiri?'' tanya balik David.

''Aku terkadang mendengarkan musik mereka, tetapi aku lebih suka Kpop, Jpop....'' Percakapan antara Lolita dan David terus berlanjut sampai ke tempat tujuan seolah melupakan Molly yang duduk manis di belakang. Terkadang Molly juga heran dengan keakraban antara Lolita dengan David, walau diakui kalau Lolita memang tipe wanita yang easy going.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 45 menit akhirnya Molly dan lainnya sampai di tempat tujuan. Asrama yang bangunannya berwarna kuning pucat d ditambah taman yang luas dan sebuah danau membuat Molly mengerti mengapa murid kelas tiga harus ke sini. Untuk ketenangan pikiran sebelum bertempur.

''Kenapa Kak David harus--'' Arga yang berjalan mendekat ke mobil David langsung menghentikan ucapannya saat melihat Molly turun dan wajah gadis itu tak kalah terkejut.

''Aku merindukanmu anak nakal,'' ucap David mengacak rambut Arga.

''Hentikan, ini memalukan.'' Arga mencoba lepas dari David sebelum kakaknya itu bertindak lebih, kini Arga mendekat ke arah Molly yang sudah berdiri tegang.

''Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sini?'' tanya Arga menyelidik.

''Aku ada urusan dengan Lolita, berkaitan dengan mading,'' jawab Molly setenang mungkin sambil melirik Lolita.

''Itu benar dan sekarang kami harus pergi, ayo Molly,'' tarik Lolita melihat sikap Molly belum siap bertemu dengan Arga.

Arga yang ingin mengerjar harus terhenti karena David memegang tangannya terlebih dahulu.

''Apa kau lebih memilih bersama pacarmu daripada kakakmu sendiri, lagipula aku harus pergi lagi besok, ayo kita mengobrol.'' Jadilah Arga diseret paksa oleh David dan harus menunda sesi introgasinya terhadap Molly.

Lolita pun membaca alamat yang diberikan Ibu Talia padanya dan memerhatikan papan pada setiap kamar.

''3-B, kurasa ini dia,'' gumam Lolita mengetuk pintu dan tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang tubuhnya mungil hanya saja sedikit tinggi dibanding Molly.

''Pasti kalian anak mading yang diutus, ayo masuk,'' ajak gadis itu membuka pintu kamarnya.

Kesan girly langsung terasa saat Lolita dan Molly memasuki kamar berukuran 3x4 meter, terbukti banyak sekali hiasan kamar berwarna cerah seperti pink, blue, green dan yellow.

''Aku Shasa, kalian?''

''Hm, Aku Lolita dan ini Molly.''

''Oh aku tahu, kau pacarnya Arga kan?'' tanya Shasa mendekati Molly.

Tubuh Molly menjadi tegang seketika takut bahwa Shasa adalah fans Arga dan akan menyiksanya selama berada di sana. Dengan pasrah akhirnya Molly hanya mengangguk.

''Ternyata benar, kukira aku tidak salah lihat saat Arga mengunggah fotomu,'' ucap Shasa acuh tak acuh.

''Mengunggah?'' gumam Molly bingung.

''Memang kau tak mem-follow akun instagramnya, beberapa hari yang lalu dia memposting fotomu dan sepertinya itu diambil secara diam-diam. Tapi sudahlah aku tak peduli,'' balas Shasa duduk di atas kasur.

''Oh ya, kalau kalian tidak keberatan kalian akan tidur di lantai, tetapi tenang karena aku punya karpet super lembut yang akan melapisi tubuh kalian,'' lanjut Shasa mengelus bulu-bulu karpet berwarna merah jambu miliknya. Gambar princess disney, Aurora.

''Itu tidak masalah, tetapi kenapa Kak Shasa terlihat sepertinya tidak tertarik pada Kak Arga?'' tanya Lolita penasaran.

''Untuk apa aku tertarik pada sepupuku sendiri? Kalian tidak tahu, aku kakak Galih,'' ucap Shasa mengedikan bahunya.

''APA?''

Lolita terlihat begitu terkejut saat mengetahui fakta itu, begitupula dengan Molly.

''Aku diberitahu bahwa kalian akan mewawancai Equidos, kalau anggota lain mungkin akan mudah tetapi Arga tidak suka ditanya-tanya, aku kenal dia tapi jangan minta bantuanku,'' tolak Shasa cukup halus.

''Memangnya kenapa?'' tanya Lolita heran.

''Aku tak mau hari-hariku di sini terganggu oleh omelannya, lagipula ada pacarnya kan,'' ucap Shasa melirik Molly.

''Kami sedang tidak berbicara satu sama lain, '' ucap pelan Molly.

''Terserah,'' ucap Shasa acuh tak acuh dan berbaring.

Dddrtt Dddrtt

Ponsel Lolita bergetar dan sebuah panggilan masuk.

''Halo?''

....

''Oh itu benar, kami ada di sini,''

....

''Bertemu? Baiklah.''

....

''Oke.''

Lolita menutup telepon sambil tersenyum lebar.

''Kak Canon tahu kalau kita disini,'' ucap Lolita girang kepada Molly.

''Canon?'' Shasa kembali duduk sambil mengangkat satu alisnya.

''Kalian kenal dia?'' tanya Shasa menyipitkan matanya.

''Iya, dia sering membantu kami dan kebetulan adalah tetangga ... jauh,'' jawab Lolita tenang.

''Tapi salah satu dari kalian tidak menyukainya kan?'' tanya Shasa kali ini terdengar seperti menggertak.

''T-tidak, dia seperti Kakak bagi kami, walau mungkin cukup kagum untuk ukuran seorang senior,'' jawab Molly cepat setelah melihat perubahan ekspresi ketus Shasa menjadi ceria.

''Hm, kurasa aku dapat membantu wawancara kalian,'' ucap Shasa mengusap dagunya lalu tersenyum penuh arti.

***