Raizel memilih sebuah restoran mewah untuk mengajak Sasya makan malam di begitu jentel menarikkan kursi untuk Sasya dan dia bertanya makanan apa yang akan dipesankanya untuknya.
" Kamu mau pesan apa " sambil menyodorkan buku menu kehadapanya.
" Aku ingi mencoba sirloin steack saja dan jus alpukat" Sasya mulai memesan.
"Ok... " Raizel melambaikan tanganya untuk memangil pelayan restoran tersebut.
" Kami pesan Dua sirloin steack dan dua jus alpukat" Raizel memesan kepada pelayan tersebut.
Mereka menunggu makanan dengan diam tanpa suara yang menjadikannya suasana canggung dan tidak nyaman.
Akhirnya Raizel berkata untuk memecah kecanggungan yang sedang terjadi "Berapa lama kamu berteman dengan Adikku Cisa?" menatap Sasya tannpa henti.
"Aku mulai mengenal Mbak Cisa semenjak kami baru di perusahaan pak Nicky, kami sama sama di line yang sama" Sasya menjawab dengan singkat.
Taklama makanan yang di pesan pun datang dan mereka makan dalam diam, setelah selesai dia membayar di kasir dan mereka pun keluar menuju parkiran mobil dan melanjutkan perjalanan.
Setelah tiga puluh menit di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah keluarga Sasya dan mereka pun turun dari kendaraan dan berjalan menuju pintu rumah tersebut.
"Ting ....tong...."Raizel memencet bel tersebut dengan sedikit ras gugub karena dia belum pernah menemui seseorang yang akan menjadi bagian dari keluarganya.
Dari dalam pintu dibuka muncullah seorang wanita paruh baya, dia seumuran denga Mama Intan.
"Selamat malam saya datang mengantar putri anda atas permintaan saudari saya teman dari putri anda" Raizel menjelaskan.
"Assalamualaikum... Bun ... Maaf kalau Sasya baru pulang, yadi pulang kerja Sasya dan Anggi menjenguk Mbak Cisa sama Mr Nicky karena insiden di perusahaan." Sasya menambahkan sambil mencium punggung tangan Ibunya.
"Wa'alaikum Salam... Sebaiknya kalian masuk dulu, silahkan duduk tuan....." Ibu Sasya mengantungkan kalimatnya karena dia belum tahu nama dari tamunya.
"Nama saya Raizel, dan asal saya dari Inggris" Raizel memperkenalkan diri.
"Kalau begitu silakan duduk tuan Raizel, terima kasih sudah mengantar putri saya hingga rumah dengan selamat" Bunda mengucapkan terima kasih.
"Itu sudah menjadu kewajiban saya, saya tidak akan membiarkan teman dan sahabat adik saya pulang dengan tidak kenyamanan setelah dari mansion" Raizel bersikap tenang.
Sasya keluar dengan menyuguhkan segelas teh hangat di atas meja dan kembali duduk dengan manis mendengarkan pembicaraan Bunda dan Raizel.
"Silahkan di minum tehnya tuan, maaf hanya teh yang bisa kami suguhkan" Bunda tersenyum tulus.
"Terimakasih, ini sudah lebih dari cukup Bu! sebenarnya saya juga punya tujuan untuk mengantar Sasya pulang?"Raizel menjeda perkataannya.
"Lalu katakan maksud anda" Bunda ingin tahu maksud dari Raizel.
"Maksud dari kedatangan saya kemari adalah ingin meminang putri Bunda Sasya sebagi istri saya" Raizel dengan tegas mengatakannya.
Sasya dan Bundanya menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan Raizel.
"Apa tuan tidak salah mengucapkan pinangan ini? apa anda benar sudah memikirkannya masak masak kami ini adalah keluarga sederhana"Bunda berusaha untuk membuat semua jelas dia nggak ingin putrinya kecewa.
"Itu sudah menjadi keputusan Saya, karena saya sudah memutuskan untuk mengakhirimasa lajang saya dan saya susah memilih siapa calon yang akan mendampingi saya " Raizel menjelaskan.
"Semua keputusan ada ditangan Sasya jika anak saya menghendaki maka saya pun tidak keberatan" Bunda memberikan semua keputusan pada Sasya.
"Jadi apa jawaban kamu sya aku tunggu saat ini juga" menatap Sasya dengan intens.
"Baik aku menyetujuinya karena ku yakin bahwa kamu adalah jodohku"dengan menganggukan kepalanya dan tersenyum malu mengingat tadi saat dia dicium oleh Raizel.
"Baik Bun .. kalau begitu besok sore saya akan datan bersama keluarga saya untuk melamar secara resmi dan menentuka tanggal untuk menikah" tak lama Raizel mengeluarkan sebuah cincin yang indah dari kotaknya.
"Ini adalah Cincin peninggalan Mommy dia memberikan kepada ku untuk diberikan kepada calon istriku kelak" Raizel menyelipkan cicin di jari Sasya.
Setelah itu Raizel pamit untuk pulang dan tidak lupa di memberikam no. hpnya.
Raizel melajukan mobilnya menuju mansion Cisa dan mulai berbicara pada Cisa rencananya dia akan melamar Sasya dan itu jelas membuat keluarga jadi kalang kabut karena mendadak.
"Kakak bilang pada keluarga Sasya akan datang jam berapa? kakak jàngan membuat orang jadi bingung ini terlalu mendadak kalian berdua memang sama sama suka dadakan, aku telp Mamah dulu supaya besok beliau bisa mempersiapkan semuanya. Jangan lipa telp Sasya berikan kabar waktu kedatangan kita kesana" Cisa mengomel dan jadi serba salah.