Eruin sedang merenungkan rasa bersalah karena sudah membiarkan Bagas tak tersentuh dalam waktu yang cukup lama. Meskipun Bagas mengatakan dia tidak apa-apa, tetap saja, melihat Bagas yang sedang babak belur setelah mereka tak lama bertemu, membuat hati Eruin seperti tersayat.
Wajah sang kekasih yang sebelumnya terlihat sangat lelah, saat itu berada dititik paling tenang. Walaupun warna pucat masih sedikit terlihat, setidaknya ekspresinya sudah lebih membaik.
Eruin tersenyum simpul melihat betapa tak berdayanya sang kekasih yang sering sok kuat itu.
Saat waktu terasa terhenti, suara berdering mulai terdengar dari dalam saku celana Bagas. Eruin tersadar dari renungannya dan merogoh saku untuk mengambil smartphone yang sepertinya sedang ada yang menghubungi itu.
Ketika smartphone sudah ada di tangan, Eruin sedikit terkejut mengenai siapa yang sedang menghubungi.
"Dani?!"
"Eh, Dani? Mana-mana!"
Dari belakang, Euis melesat ke bahu Eruin. Berusaha melihat kembali sahabat yang sedang jauh itu.
Tombol hijau dalam panggilan Wassup yang dilakukan secara video call ditekan. Tampilan seorang pemuda asia yang sedang berada di luar dengan memakai pakaian ringan mulai terlihat.
"...loh, Eruin, Euis!"
Awalnya Dani cukup terheran karena bukan Bagas yang menerima. Namun keheranannya berubah menjadi rasa terkejut yang senang.
"Hai, Dani!" Euis tersenyum menyapa sambil melambaikan tangan.
"Daniii, lama gak jumpa!" Eruin berteriak kecentilan dan sedikit mengganggu Bagas dalam tidurnya.
Dari dalam layar, Dani terlihat sedang berada di luar ruangan. Sebuah taman lebih tepatnya. Dia sedang duduk di bangku taman yang berada tepat di bawah pohon.
"Hai! Lama gak jumpa! Gimana kabar kalian?"
"Kami baik semua!"
"Semua?"
Jawaban 'semua' dari Euis mengundang rasa penasaran ke Dani.
Eruin yang memegang smartphone menaikkan sedikit tangannya untuk memberikan Dani pemandangan orang-orang belakang. Dari pemandangan itu, Dani bisa melihat satu sahabat kacamatanya yang duduk sambil melambaikan tangan. Sahabat Jepangnya yang tiduran dekat dengan Rian memberikan salam jari tengah padanya yang disensor. Lalu, tak jauh dari dua sahabat laki-lakinya, Dani bisa melihat seorang gadis tomboy yang duduk membelakangi mereka. Hanya memperlihatkan punggung langsing yang diam tak bicara.
Merasa sudah lama memberikan waktu, Eruin menarik smartphone-nya ke bawah lagi. Dani yang sudah melihat pemandangan lima orang sahabatnya menunjukkan ekspresi murung untuk sesaat. Eruin dan Euis cukup terkejut dengan pemandangan itu, namun mereka memilih untuk tak memberikan komentar.
"Jadi kalian semua sedang berkumpul, ya."
Dani tersenyum dengan menyembunyikan sedikit rasa sakit. Meskipun Eruin dan Euis tahu penyebab rasa sakit itu adalah rasa sepi dan tertinggal, mereka tetap membalas dengan senyuman cerah.
"Ya, begitulah."
"Soalnya lagi ada Festival Musim Panas di kampus Eruin."
Mendengar kata festival disebutkan, rasa sakit dan kesepian dalam ekspresi Dani menghilang. Digantikan dengan rasa terkejut dan penasaran.
"Wooh, apa bagian dari festival itu untuk memakai pakaian kebaya, Eruin?"
Dani menyadari kalau Eruin memakai pakaian yang tak biasa. Menjawab rasa penasaran Dani, Eruin tersenyum pahit.
"Enggak juga sih. Soalnya aku memakai kebaya karena kelas, eh, jurusan kami mengadakan kafe pelayan ala Indonesia."
"Woooh!"
Rasa kagum dan takjub sedikit memenuhi wajah Dani. Dalam pikirannya dia tak menyangka, kalau Universitas di negeri asalnya memiliki acara yang menarik seperti itu.
"Enak, yaah! Aku jadi pengen balik kalau tahu ada acara begitu di kampus kalian."
Eruin tertawa kecil merespon keinginan Dani.
Dari belakang, Euis yang masih bersikap centil dengan semangat berkata, "Kalau gitu, balik dong. Eh, gak bisa ya, soalnya acaranya cuma sehari?", menghentikan kata-katanya, Euis menunjukkan ekspresi bertanya ke Eruin.
"Hu'um, sayangnya acaranya cuma sehari. Tapi, ini acara tahunan, kok. Jadi tahun depan kamu bisa balik ke sini terus kita bisa berkumpul bersama lagi."
Kata-kata penuh harapan Eruin mengundang senyum rindu ke Dani. Namun, dia merasa tak ingin membahas hal itu untuk sekarang. Jadi dia mengubah topik pembicaraan mereka.
"Oh, iya, Bagas di mana?"
Eruin dan Euis sejenak terkejut dengan pertanyaan Dani. Karena mereka sudah berbicara dari tadi dan menghiraukan Bagas yang sedang tidur.
Eruin mengarahkan layar smartphone ke bawah sambil menjawab, "Ini.", dan pemandangan Bagas yang sedang memejamkan mata di atas pangkuan Eruin terlihat.
"Wah, rupanya lagi enak-enak tidur si anak."
Melihat sahabat jancoxnya sedang enak-enakan tidur, niat jahil terbesit dalam pikiran Dani. Lalu dengan tanpa rasa bersalah, dia berteriak, "WOI! BANGUN!", Dani yang tiba-tiba berteriak tak hanya mengejutkan Bagas, namun juga mengejutkan Eruin.
Dani yang belum menyelesaikan teriakannya membuat Eruin tak memiliki pilihan lain untuk membungkam Dani lewat menutup speaker smartphone. Meskipun begitu, suaranya tetap masih kedengaran.
"Sahuuur~ Sahur! Sahuuur~ Sahur!"
Seperti biasa, ketika ada kesempatan untuk menjahili, salah satu dari empat orang sahabat pasti akan melakukannya, tanpa ragu.
Bagas yang sejak teriakan pertama sudah terganggu, saat itu mulai sadar dan membuka matanya.
Smartphone masih dibungkam oleh Eruin, jadi Dani masih belum tahu kalau Bagas sudah terbangun. Karena itu, dia masih melakukan teriakan sahur-sahurnya.
Bagas yang matanya sudah melek melihat kalau Eruin merasa sedikit panik sambil memegang smartphone dengan kedua tangan. Euis juga ada di samping bahu Eruin, melihat ke arahnya.
Meskipun terbangunnya Bagas bukan salah Eruin, dia tetap merasa bersalah. "Maaf, Aska, kamu jadi terbangun."
Bagas tak langsung merespon, dan lebih dulu mengganti posisinya dengan berguling ke kiri, di mana wajahnya berada tepat di depan tubuh Eruin.
"Ngomong-ngomong, suara itu pasti, Danicok, kan?"
"Y – ya, dia menghubungi lewat video call."
"Oi, suara itu, dia udah bangun, kan! Woi! Cok! Enak banget lu tidur pake di pangku segala!"
Eruin melepas tangannya dari speaker smartphone, dan suara Dani yang sedang misuh terdengar lebih jelas. Eruin bahkan menghadapkan layar smartphone-nya ke bawah agar dua sahabat itu bisa berbicara sebentar.
"Emangnya kenapa kau sampe marah begitu, bangsat? Kalau kau iri, balik sini terus minta Rini mangku kepala rambut kribomu itu."
"Niatku sih. Tapi rambutku gak kribo anjer, ini ikal, tahu ikal gak sih!"
Pertengkaran dua sahabat itu mengundang tawa untuk dua gadis yang melihat mereka.
Dari belakang, dua laki-laki yang tersisa hanya menikmati suasana tenang yang sudah cukup lama tak mereka dapatkan. Sambil merasa iba melihat satu sahabat tomboy mereka bertarung dengan perasaannya sendiri.