Anna berjalan dan semakin mendekati Joker yang tertidur. Dengan hati-hati dia membungkuk untuk meraih topeng yang dikenakan NPC itu.
"Aku yakin dia itu adalah Jis… " Anna sedikit bergumam pelan. Tangannya berhasil menyentuh topeng itu.
'Tingal sedikit lagi!' batin Anna menjerit seolah menyemangati dirinya sendiri.
Greb!
"A-Ah!".
Anna yang sedikit lagi berhasil membuka topeng Joker tiba-tiba saja terkejut karena tangan Joker memegang kencang tangan Anna dan menarik gadis itu sampai jatuh ke depannya. Saat ini Anna berada sangat dekat dengan Joker, dia sangat terkejut dengan insiden ini, ekspresi Anna pun sekarang bercampur aduk antara malu karena ketahuan, bingung dan speechless.
"Apa aku terlihat seperti Jis bagimu?" Joker berbisik tepat di telinga gadis itu. Wajah Anna sedikit memerah, dia merasa bisikan itu menggelitik telinganya.
'Di-dia ternyata mendengarnya… ' batin Anna tak menyangka kalau Joker mendengar ucapannya tadi.
"Bu-bukan begitu… Aku cu-cuma penasaran a-aja kok!" balas Anna sambil berusaha melepaskan diri dari genggaman Joker.
Joker hanya menyeringai kecil melihat Anna gelagapan setengah mati, wajahnya makin memerah dan sepertinya kalau ditahan lebih lama lagi gadis itu pasti akan menangis. Joker sengaja merenggangkan pegangannya pada Anna.
"So-sorry… aku tidak akan menngulangi perbuatan seperti ini lagi… Per-permisi!" ucap Anna yang segera menarik tangannya dengan cepat dan kemudian dia berlari dari sana.
"Kau jahat Joker!" Queen Marie secara mendadak muncul dari balik pohon. Dia berjalan mendekati Joker sambil tersenyum kecil. Sepertinya dia melihat kejadian barusan.
"Aku jahat kenapa memangnya?" tanya Joker dengan sedikit seringai, pura-pura tidak mengerti maksud ucapan Queen Marie.
"Kau ini… Jangan pura-pura tidak tau!" samber Queen Marie cepat, kemudian dia duduk di sebelah Joker.
"Tak apa… Dengan begitu dia tak akan berani mengulanginya lagi" balas Joker sambil menatap Anna yang sedang salah tingkah dari kejauhan.
.
.
On the ship ...
.
.
"Kapan sih kita sampai ke sebrang?" tanya Amel yang duduk bersebelahan dengan Hery.
"Satu jam lagi, kenapa memangnya?" bales Hery sekaligus bertanya heran kenapa si Amel kayaknya gak betah banget lama-lama di dalem kapal.
"Duh, aku mual nih! Mau muntah! Urpp… " Amel terlihat sekali sangat pucat. Dia sekarang sedang menutup mulutnya dan juga memegangi perutnya yang terasa tidak enak.
"Oi, oi… Jangan muntah disini!" Rika yang duduk di depan Amel udah takut duluan aja kalau gadis itu muntah di depannya.
"Ke geladak aja gih sana!" Sinta yang di sebelah Rika menyuruh gadis itu buat pergi ke geladak, sebelum muatan isi perutanya keluar di tempat.
"Gurp… " tanpa banyak bicara lagi Amel segera kabur dan lari ke geladak.
"Kenapa tuh anak?" tanya Pandu yang duduk persis di sebrang Hery.
"Mabok laut kali" samber Hery asal sambil baca majalah yang memang di sediakan di kapal itu.
.
.
.
"HOEKZZZ … UEKZZZ!" begitu sampai di geladak tanpa basa-basi lagi Amel langsung muntah sepuas-puasnya.
"Huff… Lega deh… " Amel berucap lega seolah habis memendam beban yang kemudian berhasil dia keluarkan.
"Hihihihh… Mabuk laut ya?" samber seorang gadis yang tiba-tiba berdiri di samping Amel. Gadis itu tertawa kecil.
"Heh… Jangan tertawa ya, tidak lucu tau!" omel Amel merasa kesal karena ditertawakan. Gadis berambut hijau bergelombang itu akhirnya berhenti tertawa dan berganti dengan senyuman.
"Maaf… Sebenarnya aku juga kemari karena mabuk laut, sama sepertimu" kata gadis itu setengah terkekeh.
'Heh dasar! Dia mentertawakan orang lain tapi dirinya juga seperti itu!' batin Amel sweatdrop ketika mendengar penjelasan gadis itu.
"Oh, ya ini!" gadis itu menyodorkan botol minyak angin pada Amel sambil tersenyum ramah.
"Ehm… Makasih… " balas Amel yang mengambil botol minyak itu.
BANG!
Tanpa terduga kapal berguncang hebat seperti menabrak sesuatu. Botol minyak yang digenggam Amel pun terlempar ke laut.
"A-apa yang terjadi?" teriak salah satu penumpang dengan panik dan diikuti dengan penumpang lainnya. Kegaduhan terjadi diatas kapal.
"Sepertinya ada yang menghantam kapal ini" kata Sun yang saat itu juga berada di geladak bersama dengan Rey.
"Sesuatu seperti apa misalnya?" tanya Rey sambil memikirkan kejadian terburuk yang bisa saja menimpa mereka semua.
BANG! BANG!.
Sekali lagi terjadi guncangan hebat membuat para penumpang yang berada di geladak harus berpegangan erat agar tidak terjatuh. Penumpang yang berada di dalam pun ikut berpegangan agar tak terjatuh dari kursi masing-masing.
"HUAH! A-apa itu!" Erik melihat sesuatu dari balik jendela tempat duduknya. Mahkluk yang begitu besar keluar dari dalam air. Secara reflek anak kecil itu melompat dari bangkunya.
"Mahkluk apa itu… Besar sekali!" kata Lisa yang ikut terkejut dan segera menjauh dari posisi duduknya sekarang.
"Giant Octupus… Termasuk ke dalam class MVP" kata Fugo menjelaskan mahkluk yang baru muncul tersebut.
"Gyaa! Lengan-lengan alien itu!" Rika menjerit jijik begitu dilihatnya tentakel-tentakel gurita muncul. Dengan cepat dia berdiri dan menghindar.
"Itu gurita bukan alien!" kata Hery yang sempat-sempatnya meralat perkataan Rika.
"Lebih baik kita lihat keadaan di luar" Sinta segera bangkit dari posisinya menuju keluar geladak, diikuti dengan yang lain dan penumpang lainnya juga.
"Sun… Itu… " Rey masih terpaku di tempatnya, dia sangat kaget dengan wujud Giant Octupos yang ternyata besar sekali.
"Itu Giant Octupos… MVP penguasa perairan di daerah timur" balas Sun yang sama kagetnya dengan Rey.
"Sepertinya mahkluk itu muncul untuk makan siang … Dan kita berada diwaktu yang tepat" samber gadis yang tadi menyerahkan botol minyak angin pada Amel.
"HUWAH! Mo-monster!" Erik langsung berteriak begitu mencapai geladak. Dia sangat kaget dengan ukuran monster yang besarnya melebihi dari kapal yang sedang mereka naiki.
"Fugo, apa kau tau berapa jumlah life point yang dimiliki Giant Octopus?" tanya Lisa meminta Fugo untuk mendeteksinya.
NPC : Giant Octupus.
Type : MVP class.
Life point : 500000/500000.
Element : Water.
Weakness : Fire.
Skill : Unknown.
Weapon : Unknown.
"WHAT? Li-lima ratus ribu? Berani sumpah kau!" Rika dan Dio berteriak bersamaan sambil melotot, sudah nyaris copot aja itu mata.
"Deteksi NPC tidak pernah salah" balas Fugo dengan datar.
"Jangan takut. Pada dasarnya MVP hanya memiliki jumlah life point yang besar. Mereka hanya memiliki beberapa serangan sihir saja, selebihnya dia akan menyerang dengan kekuatan fisik. Kita bisa mengatasinya kalau menghadapinya bersama-sama" kata gadis berambut hijau itu yang sepertinya tau banyak mengenai MVP.
"Itu benar sekali, MVP class berbeda dari MVP class elite yang jauh lebih ahli dalam mengeluarkan jurus. Kita pasti bisa kalau melawannya bersama-sama" sambung Sun membenarkan pernyataan gadis itu.
"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayo kita serang!" kata Michael yang segera berlari menuju sang monster.
"Semangat sekali dia" kata Angel yang melihat Michael tampak bersemangat sekali.
"Aku juga tak mau kalah dari Michael!" Pandu segera ikut menyusul Michael yang sudah maju lebih dulu.
"Hey, tetaplah hati-hati!" Denis mencoba memperingati Michael dan Pandu yang terlalu semangat itu.
.
"GROARRRR!" monster itu mulai kembali mengguncang-guncangkan kapal membuat seisi penumpangnya harus benar-benar menahan keseimbangan agar tak terjatuh ke laut.
"Apa-apaan cumi-cumi itu!" Pandu mendesis kesal, dia terpaksa harus berpegangan ke salah satu tiang besar yang ada di tengah geladak.
"LAPARRRRR! KALIAN AKAN MENJADI MAKAN SIANGKU!" monster gurita raksasa itu membuka mulutnya lebar-lebar dan sekarang dia kembali mgnguncang-guncangkan kapal yang di arahkan ke mulut besarnya itu.
"Gila nih monster main goyang aja!" Hery mulai merutuk.
"Jangan diam saja cepat berpikir!" kata Sinta yang sedang berpegangan pada pinggiran kapal.
"Aku udah tidak kuat lagi!" kata Amel yang pegangannya kemudian terlepas.
"Amel pegang tanganku yang kuat!" Rey muncul menangkap tangan Amel yang terlepas. Keduanya kini bergelantungan dengan sebuah tali yang dikaitkan Rey pada anak panah yang sempat dia lemparkan ke tiang sebelumnya.
"Kalau seperti ini bagaimana mau mengeluarkan jurus!" kata Lisa yang juga sedang berpegangan pada Fugo.
"Yang ada kita malah dimakan!" sembur Angel kesel.
"Erik jangan diam saja kau! Panggil guardian cepat!" Rey yang masih bergelantungan tak jelas itu langsung ngomel-ngomel ke adiknya, menyuruh anak laki-laki itu untuk segera memanggil guardian miliknya.
"Oh iya-iya! Bodohnya diriku!" samber Erik yang baru ingat sambil menepuk jidatnya sendiri. Tapi akibat tepukan jidat itu dia jadi terlepas dari pegangan dan terjatuh.
"ERIKKK!" teriak yang lainnya secara bersamaan dengan panik melihat bocah laki-laki itu terjatuh dan meluncur cepat ke arah mulut sang gurita.
'Emang dasar bodoh' batin Reyvyang malah sweatdrop melihat tingkah adiknya makin lama makin mundur aja IQ-nya.
"UWAAAA … Ge-Genius!" Erik segera memanggil guardian miliknya. Lalu munculnya sosok pria yang berpakaian gaya timur tengah. Rambutnya yang hitam. Kuping guardian itu lancip. Guardian itu terbang melayang dan segera menolong Erik.
"CYCLONE!" sebuah jurus pusaran angin keluar. Cyclone merupakan salah satu jurus serangan sihir yang dimiliki Genius. Jurus itu berupa tiga pusaran angin yang muncul secara bersamaan dan mengitari musuh dan melukainya, kemungkinan musuh terkena status stun.
Terlihat Giant Octopus dikelilingi oleh tiga pusaran angin tersebut. Monster besar itu berputar ke atas dengan cepat lalu terbanting kembali ke bawah air.
Blerp … Blerp … Blerp.
Sosok monster besar itu tampak berkunang-kunang dan kemudian tenggelam ke dasar air laut.
.
"Sudah? Begitu doang?" kata Michael yang sepertinya tak rela musuh kalah secepat itu.
"Huh aku kira akan ada pertarungan seru!" Pandu ikut mengeluh, sebenarnya dia sudah menantikan pertarungan yang seru barusan.
"Sudahlah, jangan banyak mengeluh! Bukannya bagus ya, musuhnya cepat kalah. Itu berarti kita tak perlu buang waktu lama buat menghajar monster itu" kata Hery dengan lega, karena jujur saja cowok ini paling malas ngadepin MVP, karena monster MVP suka lama dibunuh karena life point-nya kebanyakan.
"Lebih baik kembali lagi deh ke dalam, aku mau memejamkan mata sebentar!" celetuk Rika yang langsung masuk lagi ke dalam kapal.
"Rey?".
"Apa Mel?".
"Mau sampai kapan kita gelantungan seperti monyet gini?".
" … " .
.
.
.
.
"Kurang cepat Put. Gerakanmu masih lamban!" terlihat Puput yang sedang berlatih tanding dengan Joker.
"Hah… Hah… Aku sedang berusaha tau!" ucap Puput yang lama-lama jengkel, rasanya sulit sekali untuk mendaratkan satu pukulan saja ke NPC menyebalkan itu.
"Sudahlah… Lebih baik kau istirahat dulu sebentar. Nanti dilanjutkan lagi" kata Joker yang akhirnya menyudahi latihan mereka hari itu, karena sepertinya Puput juga sudah mulai lelah dan tentunya dia tak ingin gadis itu drop lagi.
"Aku belum menyerah Joker!" Puput secara tiba-tiba melancarkan tinjunya ke arah Joker. Dengan santai Joker menahan tinju Puput.
"Kubilang tadi apa? Sudahi latihan hari ini, aku tak ingin kau sakit" kata Joker yang sepertinya kata-kata itu keluar secara spontan dari mulutnya.
'Perasaan apa ini? Kenapa rasanya aku pernah mengalami kejadian ini?' Puput terpaku ditempatnya sekilas flashback mucul dikepalanya.
Flashback.
"Rasakan pukulanku ini!" Puput yang saat itu terlihat masih kecil tengah bertengkar dengan seorang anak laki-laki. Dengan sekuat tenaga Puput mengarahkan pukulannya ke anak laki-laki itu.
Greb …
Tapi tangan mungil Puput berhasil ditangkap oleh anak laki-laki.
"Uh… Lepas!" Puput yang kesal langsung berteriak meminta anak itu melepaskan tangannya darinya.
"Sudahlah Put menyerah saja. Sampai kapan pun, kau tidak akan bisa mengalahkanku" balas anak laki-laki itu setengah mendesah.
"Lepas! Aku tak akan menyerah sebelum bisa mengalahkanmu!" Puput seperti tetap ngotot untuk mengalahkan anak laki-laki itu.
"Put hentikan… Aku tak mau kalau kau terluka lagi" kata anak laki-laki dengan lembut, lalu dia melepaskan tangan Puput dan perlahan menepuk pelan kepala Puput.
End Flashback.
'Kenapa aku masih tidak bisa ingat jelas anak laki-laki itu sih… ' batin Puput sambil berusaha mengingat-ingat sosok anak laki-laki dalam kenangan masa lalunya.
PLAK!
Sebuah kipas kertas besar berhasil mendarat telak di kepalanya. Puput yang sedang asik melamun otomatis tersadar dan kaget menyadari kepalanya dipukul seseorang.
"Apa yang kau lakukan hah!" teriak Puput kepada sosok sang pemukul aka Joker.
"Oh, sudah sadar ya? Jangan melamun terus dan lepaskan tanganmu" balas Joker dengan datar sambil melirik tangan Puput yang malah menggenggam tangan Joker.
"Uh… Maaf… " balas Puput langsung buru-buru melepaskan genggaman tangannya, tanpa dia sadari semburat merah muncul di pipinya.
"He-hey! Kenapa aku yang harus minta maaf coba! Hey, Joker jangan pergi dulu. Cepat minta maaf padaku!" kata Puput dengan kesal setengah meneriaki NPC itu, setelah tersadar harusnya yang minta maaf itu Joker karena sudah seenaknya memukul kepalanya.
"Apa-apaan dia! Menyebalkan!" gerutu Puput ketika dilihatnya Joker terus saja berjalan meninggalkannya tanpa menoleh padanya.
.
.
East town ...
.
.
"AKHIRNYA AKU BEBASSSSS!" teriak Amel dengan bahagia seperti tawanan lepas. Maklum lah sepanjang perjalanan laut tadi dia terus merasa pusing dan mual. "Aku cinta daratan. Muach, muach, muach!" sambungnya lagi langsung sembah sujud plus cium-cium tanah.
"Hmph… Jangan berlebihan seperti itu Mel." Ucap Michael sambil melipat kedua tangannya dan geleng-geleng melihat tingkah gadis yang satu itu.
"Sekarang kita kemana?" tanya Sinta yang sepertinya juga sudah malas berdiri gak jelas mau ngapain.
"Pergi ke salah satu rumah yang ada disudut gang dari kota ini" jawab Sun yang kemudian mulai berjalan bersama Arkhan. Yang lain segera menyusul langkah Sun. Tanpa banyak bicara mereka semua mengikuti Sun sampai tiba di rumah yang dimaksud.
.
.
.
"Memangnya ini rumah siapa?" tanya Michael yang kini sudah berada di depan sebuah rumah sederhana bersama dengan yang lainnya.
"Masuk sajalah, nanti juga kau akan tau" kata Sun yang kemudian dia berjalan dan mengetuk pintu rumah tersebut.
"Kakak!" terdengar suara dari dalam. Dan tak lama pintu yang diketuk Sun terbuka.
Dari dalam terlihat seorang gadis berambut panjang dengan warna rambut yang sama dengan Michael. Bukan hanya warna rambut, tetapi wajahnya juga mirip dengan Michael. Bisa dikatakan gadis itu seperti Michael versi perempuan. Semua yang melihat gadis itu tak henti-hentinya menatap gadis itu juga Michael secara bergantian.
"Ka-kalian berdua mirip sekali!" kata Pandu sambil menunjuk-nunjuk Michael dan sang gadis.
"Maaf… Kalian siapa ya? Apa kalian teman kakakku?" tanya gadis itu memecah kejanganggalan situasi yang terjadi.
"Begitulah kami teman lamanya. Apa bisa bertemu dengan kakakmu?" Sun membalas pertanyaan gadis itu dengan sedikit berbohong.
"Begitukah? Kalau begitu silahkan masuk!" ucap gadis itu dengan antusias. Kemudian dia mempersilahkan Michael dan kawan-kawan untuk masuk.
.
.
.
"Ann. Aku dan Ryu berencana untuk mencari petunjuk mengenai latar belakang Joker. Apa kau mau ikut?" tanya Tomi kepada Anna. Tampaknya mereka berempat memang sedang membicarakan sesuatu.
"Lho? Memangnya kenapa?" tanya Anna yang sepertinya sedikit bingung kenapa Ryu dan Tomi memutuskan untuk mencari petunjuk mengenai jati diri Joker.
"Argh, kau itu dodol atau apa sih? Sampai sekarang kita berdua masih belum bisa percaya dengan Joker begitu saja. Dan kami akan mencari informasi tentang dia… Jadi kau mau ikut atau tidak?" tanya Tomi sekali lagi kepada Anna.
"Baiklah… Kurasa aku akan ikut kalian" balas Anna yang akhirnya memutuskan untuk ikut dengan Tomi dan Ryu.
"Kalau Anna ikut aku sudah pasti ikut" samber Andre dengan cepat sebelum Tomi bertanya kepadanya.
"Ehm! Maaf ya aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian" kata Rere yang datang bergabung. Sejak tadi gadis ini memang sudah mendengar pembicaraan ke empat orang itu. "Tapi menurutku kalau kalian mau cari informasi tentang Joker, kalian pergi saja ke Queen heart castle, tempat Queen Marie. Soalnya di dalam game aku sempat baca kalau si Ratu punya buku catatan mengenai Joker" lanjut Rere sambil memberi usul langkah pertama apa yang sebaiknya mereka ambil.
"Wah ternyata kau tau banyak ya!" Tomi berkata takjub kepada Rere yang seperti kamus game berjalan.
"Itu mah kau saja yang malas baca!" samber Ryu tak sadar kalau dia sendiri juga malas baca latar belakang masing-masing NPC di website game-nya.
"Ya sudah yuk kita kesana! Mumpung Queen Marie lagi disini, kita bisa bebas periksa tempatnya!" kata Anna yang menjadi bersemangat sendiri.
"Sabar dong jangan tarik-tarik!" balas Tomi yang sukses digeret oleh Anna.
"Oh, ya Rere… Katakan pada Puput kami pergi, dan kalau kami mendapatkan suatu informasi kami akan mencarinya. Sampai jumpa ya!" kata Anna yang melepaskan Tomi dan berbalik menatap Rere dengan sebuah senyuman. Setelah mengucapkan salam perpisahan dia segera berlari pergi diikuti yang lainnya.
"Loh, mereka semua mau kemana?" tanya Puput dan Reza secara bersamaan begitu dilihatnya Anna pergi bersama dengan Ryu, Tomi dan Andre.
"Mereka bilang ada urusan yang harus mereka lakukan. Jangan khawatir, mereka janji akan kembali mencari kita nanti" jawab Rere yang segera duduk bergabung bersama dengan Puput, Reza, Nana dan Nisa.
.
.
.
.
"Sebenarnya kakakku sudah lama tidak ada kabar… Terakhir yang kudengar, dia pergi dari Mage Academy. Setelah itu aku tak mendapatkan kabar apapun tentangnya" ucap sang gadis yang bernama Mikasa mulai bercerita mengenai kakaknya yang belajar di Mage Academy. Jangan heran kenapa Mikasa terlihat seperti Michael versi perempuan. Mikasa memang dibuat berbasis dari Michael.
"Kalian temannya kan? Kumohon cari informasi mengenainya disana. Aku sudah pernah kesana untuk mencari informasi tapi aku selalu diusir… kalau kalian yang pergi mereka pasti tidak curiga. Kumohon bantu aku!" kata Mikasa memohon kepada Michael dan kawan-kawan untuk membantunya.
"Baiklah, kami akan membantumu. Kalau begitu kami pergi dulu" kata Sun yang tentu saja segera menyetujui permintaan Mikasa. Mereka semua berpamitan pergi dari sana.
"Berarti tujuan selanjutnya Mage Academy?" tanya Michael begitu mereka semua sudah berada di depan.
"Ya, kita cukup berjalan saja dari sini untuk ke kota sebelah." Balas Sun seraya sambil berjalan perlahan mulai menjauhi perbatasan kota.
.
.
.
"Huft… " Terlihat Puput yang masih duduk dengan yang lainnya menghela napas.
"Kau kenapa Put? Sejak tadi terus saja menghela napas" tanya Nisa sedikit mencemaskan Puput.
"Tidak ada apa-apa sih… Hanya saja aku bingung. Kenapa akhir-akhir ini aku sulit sekali mengingat masa laluku" jawab Puput yang sepertinya sedang mencoba untuk mengingat-ingat wajah anak laki-laki yang selalu muncul di dalam mimpinya. Apakah dia Jis? Atau Michael? Karena kedua orang itulah yang selalu dekat dengannya sejak kecil.
"Dicoba pelan-pelan saja Put, nanti juga ingat. Lagipula pengalaman masa kecil itu kan sudah lama sekali. Wajar saja kalau kau tidak begitu ingat." Balas Nisa lagi berusaha selogis mungkin.
"Ah, tapi tidak juga. Aku masih ingat betul kenangan masa kecilku!" samber Rere malah membuat Puput jadi bingung lagi, setelah sebelumnya dia merasa lega mendengar ucapan Nisa.
"Sejak kapan kau mulai merasa kehilangan ingatan masa lalu mu?" tanya Steve yang kemudian ikut di dalam pembicaraan. Dia lelah harus latihan terus sejak tadi.
"Kira-kira sejak… Aku mulai memasuki dunia game ini … " jawab Puput setengah tak yakin kalau dia lupa karena masuk ke dunia game.
"Lebih baik kau tanyakan pada Joker mengenai masalah ini. Mungkin dia bisa menjelaskan sesuatu" sambung Rio menyuruh Puput untuk bertanya pada Joker. Dia menunjuk sosok Joker yang tengah duduk di tempat lain bersama Queen Marie.
'Benar juga, selama ini aku tak pernah menanyakan apa-apa mengenai hal ini ke Joker. Mungkin aku bisa mendapat jawaban' batin Puput baru menyadari kebodohannya sendiri yang lupa bertanya pada Joker.
"Kau benar juga. Kalau begitu aku akan segera bertanya pada Joker" Puput segera berdiri dari kursinya dan segera menghampiri NPC itu.
.
.
.
"Joker, apa aku bisa mengganggumu sebentar?" tanya Puput yang kini sudah berdiri di hadapan Joker.
"Puput, tidak bisakah kau tidak mengganggu kami berdua?" kata Queen Marie yang sepertinya sedikit tidak suka dengan kehadiran Puput. Dia merasa kesal acaranya berdua dengan Joker terganggu.
"Maaf, bukannya aku ingin mengganggu, tapi ada hal penting yang ingin kutanyakan pada Joker" dengus Puput merasa sedikit sebal dengan sikap Queen Marie. Lalu dia berpaling dan menatap Joker.
"Tanyakan saja" balas Joker dengan cuek.
"Apa… Apakah ada konsekuensi bagiku selama berada di dalam dunia Neverland dan menjalankan misi bersamamu?" tanya Puput dengan serius. Dia berharap untuk mendapatkan suatu jawaban pasti.
"Aku juga kurang mengetahuinya… Tapi kurasa memang ada dampak dari perjalanan ini. Perlahan kau akan kehilangan ingatanmu di dunia asli satu-persatu. Dan kalau kau terlalu lama berada disini, ingatanmu akan hilang sepenuhnya dan … Terpencar." Jawab Joker menjelaskan kalau Puput harus menanggung akibat yang lain, selain kehilangan jiwanya (bila dia kalah), Puput juga akan kehilangan semua ingatannya.
'Apakah itu yang juga terjadi pada Jis… ?' batin Puput mulai bertanya-tanya, mengingat di dalam misi mereka pasti mendapatkan kepingan ingatan Jis.
"Katakan padaku, apa yang terjadi bila ingatanku terpencar dan aku terperangkap di dalam game?" tanya Puput lagi berusaha untuk mencari tau apa yang akan dia alami berikutnya. Mungkin saja Jis juga mengalami hal yang sama, juga Daniel.
"Kau akan berubah menjadi NPC" jawab Joker dengan singkat tapi cukup mampu membuat Puput merinding ngeri hanya dengan membayangkan perkataan Joker. Menjadi NPC di dalam game? Sungguh tak bisa terbayangkan kalau hal itu menimpa dirinya ataupun Jis dan Daniel.
"Apakah ada cara untuk menyadarkannya?" tanya Puput yang semakin penasaran.
"Kumpulkan kepingan ingatan miliknya lalu… Temui dia dan kalahkan dia." mendengar jawaban Joker Puput hanya terdiam. Gadis itu berpikir keras, itu artinya mereka harus harus menemukan Jis lalu bertarung melawannya? Begitukah maksud Joker?.
"Kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?" sekarang giliran Joker yang bertanya pada Puput.
"Tidak ada. Aku hanya ingin tau saja." Balas Puput yang kemudian pergi meninggalkan Joker setelah puas mendapat jawaban darinya.
'Jadi seperti itu… Apa jangan-jangan Jis… Berubah menjadi NPC?' batin Puput mulai berpikir lagi. Dia duduk dengan wajah murung. Dia mencoba untuk mencerna perkataan Joker. Apa mungkin Jis berada disuatu tempat dan telah menjadi NPC?. 'Atau mungkin… Joker adalah Jis? Entah mengapa perasaanku selalu berkata demikian… Tapi… ' batin Puput kembali mulai berpikir lagi sambil sesekali melirik Joker dari kejauhan. Di dalam hatinya dia merasa sangat familiar dengan Joker. Dari caranya bicara sampai dengan caranya bersikap. Meski Joker mengaku kalau dirinya hanya NPC tapi kemungkinan kalau sebenarnya Joker juga seorang pemain sepertinya itu bisa saja, apalagi dia sudah mengetahui mengenai fakta yang diungkapkan Joker sebelumnya.
'Mungkinkah Joker itu adalah Jis… '.