"Akhirnya sampai juga di Town of Academy… " saat ini Michael bersama yang lainnya sudah berdiri di depan pintu gerbang kota.
"Tunggu apa lagi, ayo masuk!" kata Sinta yang masuk duluan ke dalam kota disusul dengan yang lain.
.
.
Inside the town ...
.
.
"Wow, banyak orang yang berkeliaran!" takjub Amel melihat isi kota yang tak kalah ramai dari Toy's city.
"Wajar saja, kan. Kota ini tempat para pelajar! Jadi memang ramai" samber Rey yang merasa wajar saja kalau keadaan kota sangat ramai.
Town of academy di dalam permainan merupakan kota khusus para pelajar. Diceritakan banyak orang yang datang dari berbagai kota yang datang ke tempat ini untuk menuntut ilmu. Kota ini sangat rapih dan persis seperti kota asli di dunia nyata. Hanya bedanya tempat ini lebih banyak ditumbuhi pepohonan. Berbagai macam toko yang menyediakan peralatan sekolah terhampar jelas di setiap pinggiran kota. Letak rumah yang tersusun rapih. Dan tempat di tengah kota ini berdiri sebuah universitas khusus bagi para pelajar.
"Sekarang kita pergi memasuki universitas Mage Academy dan mencari info disana" sambung Rey yang kemudian berjalan menuju tepat ke gedung besar yang letaknya berada di tengah kota.
.
.
.
.
"Nah sekarang kita sudah sampai, ayo masuk!" Anna beserta yang lainnya sudah berdiri di depan gerbang Queen heart castle.
"A-Ann… Tunggu dulu!" kata Tomi yang segera menarik baju Anna.
"Tunggu apa lagi?" tanya Anna sambil mengibaskan tangan Tomi dari bajunya.
"Yang benar saja, masa kita harus masuk ke dalam dengan penampilan seperti ini?" Tomi berteriak kesal sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri yang sukses henshin memakai pakaian seorang maid.
"Sudahlah Tom, menyerah saja… " kata Ryu yang malah sudah pundung sambil jongkok. Disebelahnya ada Andre dengan pakaian maid juga yang malah asik sambil makan keripik, bikin Tomi semakin frustasi.
"Sudah jangan mengeluh! Ayo masuk!" kata Anna sambil menyeret Tomi dan Ryu ke dalam.
.
.
.
.
"Maaf, apa kami bisa bertemu dengan seorang pelajar yang bernama Rangga?" tanya Sun ke meja desk.
"Rangga? Kalian siapanya Rangga?" tanya sang penjaga desk sambil menatap curiga kepada Sun dan yang lainnya.
"Kami keluarganya, dan kami ada urusan penting dengannya. Bisa kau pertemukan kami dengannya?" samber Sinta asal ngarang.
"Begitu… Tapi maaf sekali. Pelajar yang bernama Rangga sudah lama sekali keluar dari universitas." Jawab sang penjaga desk memberitahukan kalau Rangga sudah tidak lagi berada di universitas.
"Lalu kalau boleh tau dimana dia sekarang? Ini benar-benar penting. Adiknya sedang sakit dan ingin sekali bertemu dengan Rangga" kata Sinta sedikit memaksa.
"Saya tidak tau, tapi mungkin kalian bisa berkeliling mencari informasi mengenai Rangga dari teman-temannya disini." Balas sang penjaga desk yang mempersilahkan Sinta berserta yang lainnya untuk mencari informasi mengenai Rangga dari para pelajar lainnya.
"Oh, tidak apa-apa. Kalau begitu kami akan mencoba mencari informasi" balas Sun yang akhirnya mundur ke belakang dari meja desk dan segera memberitahu yang lainnya.
"Kita berpencar disini. Berkelilinglah untuk mencari informasi mengenai Rangga. Kita akan berkumpul lagi disini satu jam kemudian" kata Sun yang meminta yang lainnya untuk berpencar di sekitar universitas.
"Sun! Ikut gue!" kata Rey yang langsung nyamber Sun dan menariknya. Sedangkan yang lain hanya menatap heran melihat keduanya. Tapi akhirnya mereka semua mulai berpencar dan membaur diantara para pelajar yang sedang berlalu-lalang di dalam universitas.
.
"Permisi, apa kalian mengetahui tentang Rangga?" kata Hery yang sekarang sedang berbicara dengan tiga orang cowok yang sedang duduk di halaman universitas tersebut.
"Kamu murid baru ya?" tanya salah seorang anak cowok diantara ketiga cowok itu.
"Kok tua banget sih mukanya!" celetuk salah seorang lainnya dengan tampang innocent.
'Hih kurang ajar! Gue dibilang muka tua!' batin Hery udah meledak dalem hati duluan gak terima dibilang tua.
"Pasti kelamaan gak naik kelas ya!" tanya yang satunya asal jeblak.
'Reseh, ah. Daripada gue kesel disini mendingan cari orang lain aja!' akhirnya Hery pergi ninggalin sekelompok tiga bocah kurang ajar tersebut.
.
"Permisi… " ini Angel dan Sinta yang masuk ke salah satu ruangan kelas yang ada.
"Wah pasti mereka orangnya! Ayo masuk-masuk!" celetuk seorang cewek yang ada di kelas itu yang langsung menarik Sinta dan Angel untuk masuk ke dalam.
"Eh?" Sinta dan Angel hanya saling pandang bingung.
"Kalian berdua pasti ahli tata rias yang baru dan akan mengajari kami, kan?" kata gadis itu sambil tetap menarik Sinta dan Angel dengan riang.
.
.
.
.
"Turunkan aku!" tampak Erik yang sedang digendong oleh seseorang dari dalam ruangan.
"Ruangan ini tidak boleh dimasuki oleh anak kecil. Sekarang pergilah!" kata orang tersebut sambil melempar Erik dengan seenaknya ke luar ruangan.
"Keterlaluan! Main lempar aja! Emangnya gue sampah apa, dibuang sembarangan… " gerutu Erik sambil misuh-misuh sendiri.
.
"Oi, boleh numpang tanya?" ini sih si Pandu yang lagi sama Michael dan Rika yang lagi deketin sekumpulan cewek.
"Gyaaaaa! Serem!" belum apa-apa, sekumpulan anak cewek itu malah kabur.
"Buset deh, baru mau nanya udah pada kabur!" desis Pandu heran ngeliat anak cewek pada kabur semua.
"Belom pernah liat orang ganteng tuh!" samber Pandu narsis kumat.
"Yang ada muka lo mirip preman pasar loak! Makanya pada ngibrit semua!" sembur Michael ke Pandu.
Hal ini berbanding terbalik dengan Denis dan Dio yang malah jadi pusat perhatian. Tentunya karena Denis yang dikerubutin cewek dan Dio yang dikerubutin anak cowok yang minta tips mengenai olahraga yang baik dan benar ck ck ck.
Beda lagi dengan Lisa dan Fugo yang malah kebingungan sendiri mencari Amel yang langsung ngacir gak jelas kemana. Arkhan juga ngilang gak jelas, kayaknya NPC ini nyasar saking bingungnya keliling.
"Sekarang ngomong saja langsung apa yang mau dibicarakan" kata Sun yang saat ini sedang bersama Rey.
"Oke, aku ingin tau dari mana kau bisa tau soal misi Joker's adventure and the lost child?" tanya Rey langsung tanpa berbelit-belit.
"Pertanyaan yang sama yang seharusnya kutanyakan padamu" balas Sun yang malah berkata dengan gaya mengintimidasi.
"Ugh… aku itu bertanya padamu! Jangan malah balik nanya. Misi Joker cuma bisa kebuka kalau kau berhasil mengumpulkan seratus kartu Joker, kan. Terus kau bisa tau dari mana?" tanya Rey berusaha ngeles. Dia tetap memaksa Sun untuk menjawab pertanyaannya.
"Aku tau dari Riko… Dia sempat cerita mengenai misi ini, dan dia sendiri diberitahu oleh Daniel sebelum Daniel menghilang" jawab Sun yang akhirnya menjelaskan alasan kenapa dia bisa tau misi ini.
"Jadi, Riko juga tau misi ini?" tanya Rey mencoba untuk memastikan.
"Sebenarnya tidak juga… Kurasa anak itu juga sudah lupa" jawab Sun sambil mengingat kalau setelah Daniel menghilang yang ada dipikiran Riko hanyalah bagaimana caranya untuk menemukan Daniel. Riko sendiri sepertinya telah melupakan informasi yang dia dapat dari Daniel sebelumnya.
"Oh …" balas Rey tanpa banyak komentar.
"Sekarang giliran aku yang bertanya, kau sendiri bisa tau dari mana?" balas Sun yang sekarang balik bertanya kepada Rey.
"Sebenernya aku mendapat kiriman e-mail yang berisi mengenai misi Joker lengkap… Dan… " jawab Rey yang kelihatannya ada sedikit keraguan yang tampak di wajahnya.
"Dan?" tanya Sun mencoba memancing Rey untuk berbicara lebih lanjut.
"Dan… Karena aku kurang begitu peduli dengan misi jadi tak aku anggap, tapi tetap aku baca sih… " sambungnya lagi dengan nada suara yang sedikit tercekat.
"Kau tau siapa yang mengirim?" tanya Sun mencoba untuk mendapat informasi dari Rey, dia merasa kalau Rey mengetahui sesuatu yang disembunyikannya.
"Tidak… sepertinya dia memakai Anynomous email, waktu aku send back tidak terkirim malah error. Jadi aku pikir hanya orang iseng… Tapi sudahlah, yang jelas semuanya clear." Balas Rey yang tampak sedikit lega mengetahui kalau Sun tak ada sangkut pautnya dengam GM.
.
.
.
Inside Queen Marie's room ...
.
.
"Okay, sekarang waktunya bekerja teman-teman!" kata Anna dengan penuh semangat. Saat ini dia sudah sukses berada di dalam kamar milik Queen Marie. Tentu saja dia menyamar dengan mengatakan sebagai pelayan kiriman yang ditugaskan untuk membereskan kamar milik sang Ratu.
"Baik… !" jawab Tomi dan Ryu dengan malas, sedangkan Andre malah sudah sejak tadi asik geratak. Andre sih bukannya nyari buku yang dimaksud, tapi dia geratak mau cari makanan.
"Pasti buku itu disembunyikan disuatu tempat" kata Anna yang mulai beraksi mengacak-ngacak kamar.
.
1 jam kemudian …
.
.
"Bagaimana, apa ada yang mendapat info mengenai Rangga?" tanya Rey yang sekarang sudah kembali berkumpul di lobby bersama dengan yang lainnya.
"Belum… " balas Lisa dengan pelan, dan yang lain juga tampak menggelengkan kepala dengan lemah.
"Bagus, kalau begitu kita tinggal tunggu saja disini" kata Rey yang malah bikin semua orang bingung.
"Maksudnya tunggu apaan?" tanya Michael penasaran maksud dari perkataan Rey. Jelas-jelas mereka tidak berhasil mendapatkan info apa-apa, tapi kok malah dibilang bagus.
"Maaf permisi… Apa kalian sedang mencari Rangga?" tiba-tiba saja muncul sosok seorang anak laki-laki berambut pirang datang menghampiri.
"Benar, apa kau punya informasi mengenai Rangga?" tanya Sun yang langsung membenarkan.
"Baguslah kalau begitu. Kenalkan namaku Diego. Aku adalah teman sekamarnya Rangga sekaligus sahabatnya. Mari ikuti aku, kita bicara di tempat lain saja" kata anak itu yang mengaku bernama Diego mengantar Michael dan yang lainnya ke sebuah tempat.
.
.
.
"Bu-bukunya ketemu!" Anna berteriak senang ketika dia berhasil menemukan buku yang dia cari. Dia menemukan buku itu yang berada di bawah kasur sang Ratu.
"Yang benar? Mana-mana?" tanya Tomi yang berubah menjadi semangat. Dengan cepat dia menghampiri Anna yang sedang memegang sebuah buku dengan ukuran sedang. Ryu pun ikut bergabung untuk melihat buku itu sambil setengah berlari tanpa mempedulikan high heels yang sedang dia kenakan.
"Cepat buka bukunya Ann!" kata Andre yang berada di belakang mereka, meminta Anna untuk membuka buku tersebut.
"Glekh… Inilah saatnya kita mengetahui latar belakang Joker… " kata Anna sambil menelan ludah seraya mulai membuka buku tersebut.
.
"Namaku Marie Kawaii, aku adalah seorang putri yang terkenal. Diulang tahunku yang ke tujuh belas aku di ijinkan untuk memiliki seorang pengawal. Dan aku mendapatkan seorang pengawal bernama Joker." Anna mulai membaca isi dari buku tersebut, tampak dahinya sedikit berkerut saking seriusnya dalam membaca.
"Joker pengawal yang sangat kuat! Kami banyak menghabiskan waktu bersama dan dia pasti melakukan apapun yang kuperintahkan. Hingga akhirnya aku menyadari kalau aku tak bisa menjalankan hari-hariku tanpanya, kupikir aku… Telah jatuh cinta padanya." Sekarang wajah Anna malah berubah sweatdrop membaca pengakuan yang ditulis Queen Marie di buku itu.
"Huh… Pantas saja Queen Marie maunya nempel terus sama Joker" celetuk Tomi setengah mendengus heran kenapa Queen Marie mau-maunya deket-deket sama Joker yang wujudnya gak jauh beda dari badut.
"Cinta itu buta" sambung Ryu gak jelas apa maksudnya.
"Kalian jangan berkomentar terus!" kata Anna sedikit mengomel menyuruh kedua temannya untuk diam sebentar.
"Aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi. Akhirnya aku mengutarkan perasaanku padanya … Dan dia … Ternyata membalas perasaanku! Aku sangat senang sekali dia juga memiliki perasaan yang sama denganku!" Anna membacanya sambil teriak girang juga, maklum dia terlalu terbawa suasana pas baca.
"Jadi Joker dan Queen Marie saling …" ucap Tomi yang kemudian terputus sambil membayangkan Joker dan Marie saling bermesraan. Seketika wajahnya memerah dan nosebleed mendadak.
'Apa yang dipikirkan si bodoh itu?' Ryu membatin bingung sambil melirik Tomi yang lagi pasang tampang mupeng gak jelas.
"Tapi akhirnya hubungan terlarang kami diketahui oleh ayahku. Tentu ayahku sangat menentang hubungan kami. Hingga pada suatu malam Joker mengajakku untuk meninggalkan istana dan pergi bersamanya ke Neverland, kota kelahirannya. Di kota itu sangat indah dan merupakan kota yang tak pernah mati, meski sudah menjelang malam suasana kota selalu ramai. Tentu saja aku mau ikut bersamanya, jadi kami berencana untuk melarikan diri… " Anna membaca dengan tegang, dia mengambil napas sesaat untuk melanjutkan membaca bagian berikutnya.
"Ayahku menangkap kami… Dia membunuh Joker dan membuangnya ke Neverland… Sedangkan aku dikurung di dalam sebuah istana yang berada di tengah hutan, dan istana itu bernama Queen heart castle. Dan aku boleh di ijinkan untuk kembali kalau aku sudah melupakan perasaanku pada Joker. Tapi meski sudah berlalu lama perasaanku tak pernah bisa hilang, selain itu aku mendengar kabar mengenai Joker… " Anna terdiam sejenak, dahinya kembali berkerut.
"Kenapa diam Ann? Ayo lanjutkan bacanya!" kata Tomi yang sekarang hidungnya sukses disumpel sama serbet yang tadi dia bawa.
"Joker menerror penduduk kota Neverland hingga akhirnya kota itu di tinggalkan oleh semua penduduknya… Dan Joker mulai mengumpulkan jiwa untuk menemaninya di kota mati itu … " sambung Anna sambil menutup buku tersebut.
"Huft… " tampak wajah Anna berubah murung setelah membaca isi dari buku tersebut.
"Kenapa kau? Kok malah menghela nafas seperti nenek-nenek saja" kata Tomi yang heran melihat Anna seperti seorang nenek-nenek yang sedang mengangkat beban 100 kilo.
"Aku tidak menyangka saja ternyata latar belakang Joker di dalam game cukup tragis… " jawab Anna yang malah menjadi bersimpatik pada kisah latar belakang Joker dan juga Queen Marie.
.
.
.
.
.
"Rangga itu adalah murid yang pintar dan dia sangat ahli dalam penggunaan sihir, tapi belakangan ini dia menemukan metode baru di dalam jurus sihirnya… " Diego sahabat Rangga mulai bercerita mengenai Rangga.
"Me-metode apa itu?" tanya Michael dengan serius sambil menelan ludahnya.
"Ledakan… Ilmu sihir bertipe ledakan dan dia juga menggunakan banyak bom, akan tetapi para guru di akademik tidak menyukai metode baru yang diciptakan oleh Rangga." Sambung Diego yang kemudian terdiam sebentar.
"Lho, kenapa? Bukannya bagus ya, menemukan metode baru dalam penggunaan sihir?" Angel bertanya heran, apa salahnya dengan metode baru itu.
"Sebenarnya tidak ada masalah dengan metode yang diciptakan Rangga, bahkan banyak murid lain yang menyukainya… Beberapa guru lain pun juga sangat menghargainya, hanya saja… " Diego kembali terdiam, terlihat kini raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Hanya saja apa Diego?" tanya Michael dengan penasaran dan tak sabar.
"Hanya saja para pemimpin dari akademik juga para guru lain menganggap Rangga telah menyalahi aturan lama dari sihir yang seharusnya murni dengan kekuatan alam… Dan mereka mengeksekusi mati Rangga." Sambung Diego menjelaskan kalau Rangga sebenarnya korban dari konspirasi pembunuhan di dalam universitas tersebut.
"Jadi mereka membunuh Rangga?" kali ini Michael bertanya dengan wajah yang tak percaya, bagaimana mungkin seseorang dibunuh hanya karena dia memiliki jalan pemikiran yang berbeda.
"Lalu bagaimana dengan Mikasa?" Lisa menatap cemas yang lainnya. Dia memikirkan apa reaksi Mikasa nanti setelah mendapat kabar ini, apalagi gadis itu terlihat sangat menyayangi kakaknya.
"Tapi kurasa kalian bisa menemui Rangga nanti" kata Diego secara tiba-tiba. Apa maksudnya dengan kata-kata 'menemui' itu?.
"Maksudnya kami bisa menemui orang yang sudah mati begitu?" tanya Rika yang langsung merinding seketika, masa mereka disuruh menemui hantu.
"Hari ini adalah hari kematian Deidara yang ke 99 hari… Dan tepat nanti malam dia akan muncul" jawab Diego yang menjelaskan kalau nanti malam Rangga akan muncul.
"Kau tau dari mana kalau Rangga akan muncul nanti malam?" tanya Denis yang sepertinya tidak ingin percaya begitu saja, masa orang yang sudah mati bisa muncul kembali? Harusnya mereka sudah tenang dialam sana, kan.
"Semenjak kematiannya, roh Rangga sering berkeliaran tiap malam dan hal itu sudah bukan rahasia umum lagi. Setiap orang yang ditemui Rangga pasti akan mendengar sumpah dari rohnya yang mengatakan akan balas dendam atas kejadian yang menimpanya pada hari ke 99." Diego kembali menjelaskan kalau ternyata roh Rangga memiliki dendam yang sangat dalam dan berniat untuk membalas dendam.
"Malam ini Rangga akan muncul di lab-basement. Ini kartu untuk masuk ke ruangan itu. Kumohon bantulah untuk menenangkah jiwanya" Diego menyerahkan sebuah kartu yang sepertinya adalah sebuah kunci basement. Dia juga memohon kepada Michael dan yang lainnya untuk menenangkan jiwa Rangga.
"Baiklah kami akan membantumu! Jangan khawatir, serahkan saja semuanya pada kami!" kata Michael sambil menepuk dadanya. Setelah mendengar ucapan Michael, Diego tersenyum tulus. Kemudian dia segera pergi dari sana.
Notice : Rangga the lost child opened.
"Lalu sekarang kita ngapain?" tanya Amel dengan malas.
"Yah… Tunggu sampai malam tiba… " balas Sun sambil menatap yang lain dengan tatapan memangnya mau apa lagi?.
"Cihuy! Cari Mie Instan dulu ah!" kata Michael yang dengan semangat menuju kantin di universitas tersebut.
"Keliling ah cuci mata liat cewek!" samber Pandu yang langsung senyum gaje dan ngeloyor ninggalin yang lainnya.
.
.
.
.
.
"Apa yang kalian lakukan disini?" mendadak muncul Alice, kepala pelayan di istana tersebut.
"Waaa! Ka-kami sedang membersihkan kamar Queen Marie!" jawab Anna yang langsung menyembunyikan buku tersebut dari balik punggungnya.
"Kalau begitu kenapa kalian masih diam berdiri disana? Ayo cepat rapihkan kamar ini!" balas Alice sedikit galak.
"Ba-baiklah!" balas Anna yang dengan cepat berusaha menyingkir dari sana.
"Kenapa cara jalanmu aneh?" tanya Alice yang sepertinya menatap Anna dan yang lainnya dengan curiga.
"Tidak kok, cara jalan dia memang aneh!" Ryu berusaha ngeles supaya Alice tak curiga.
BLUGH!
Ternyata nasib mereka benar-benar kurang beruntung. Buku yang berada di dalam pegangan Anna terlepas dan jatuh. Otomatis Alice melihat buku tersebut. Dan kepala pelayan ini langsung marah setelah mengetahui buku itu adalah buku milik Ratu mereka.
"Itu buku milik Queen Marie! Kalian mau mencurinya ya?" tanya Alice dengan tatapan mata marah, dia sekarang sedang mengeluarkan sapu robot miliknya.
"E-eh… Kami tidak mencuri kok!" kata Anna yang berusaha untuk menjelaskan.
"Bohong! Kalian penyelundup! PENGAWALLL!" Tapi terlambat, Alice sudah terlanjur mencurigai mereka. Kepala pelayan itu berteriak dengan sangat keras memanggil para pengawal di istiana tersebut. Tak berapa lama terdengar derap langkah kaki yang sepertinya sedang menuju mereka.
"Ada apa nona Alice?" tanya seorang prajurit kartu yang tampaknya seperti komandan diantara para prajurit lainnya.
"Tangkap mereka dan masukkan ke dalam penjara untuk diadili!" kata Alice sambil menunjuk Anna dan yang lainnya dengan sapu.
"Baik! AYO TANGKAP MEREKA!" Komandan itu segera memerintahkan ratusan anak buahnya untuk membawa Anna dan yang lainnya ke dalam penjara.
Bagaimana nasib Anna dan yang lainnya? Dan apakah Michael serta yang lain berhasil menemui Rangga dan menenangkan jiwanya?.