"Rey, sarapan dulu yuk! Laper nih!" kata Michael yang langsung ngacir ke dalem begitu nyium bau makanan dari dalem.
"Kau saja duluan, aku masih mau pemanasan." Kata Rey yang masih betah untuk menikmati udara pagi di luar.
.
"Riko, ini kesempatan." Kata Aoki yang sudah bersiap untuk melakukan perintah Riko.
"Oke, aku minta kau untuk membawa dia tapi jangan sampai ketahuan. Aku akan menunggu disini." Balas Riko yang kemudian memerintahkan Aoki untuk membawa Rey kepadanya.
Begitu mendapat perintah dari Riko, Aoki segera menyusup diam-diam dan mendekati Rey. Dan ketika dilihatnya suasana aman, tanpa banyak basa-basi lagi dia membekap Rey dan membawanya pergi dari sana.
.
~o0o~
.
Satu jam perjalanan menelusuri Dragon Cave, akhirnya Sun dan kawan-kawan tiba juga disebuah desa.
"Akhirnya dapat menghirup udara segar!" kata Yumi sambil sedikit meregangkan tubuhnya.
"Tak jauh dari sini ada desa, kita bisa kesana dan melewati gerbang desa untuk sampai ke Warrior kingdom." Kata Sun menjelaskan kalau tak lama lagi mereka akan sampai ke tempat tujuan.
"Tunggu apa lagi, ayo cepat kesana! Aku sudah tidak sabar mau melihat tempatnya seperti apa!" kata Rika dengan semangat.
Pengen banget dia buru-buru sampe ke Warrior kingdom, karena dari nama tempatnya saja udah keren 'Warrior' pasti disana banyak ksatria-ksatria hebat, dan kali aja ada salah satu yang mau jadi gurunya.
.
.
"Apa-apaan sih Riko! Kenapa aku dibawa kemari?" tanya Rey yang memprotes aksi Riko. Sekarang mereka bertiga berada di belakang istana dari Queen heart castle.
"Ada beberapa hal yang mau aku tanyakan. Suka atau tidak suka, kau harus jawab." Balas Riko dengan mimik wajah serius.
'Riko sepertinya sangat serius… Apa yang mau dia tanyakan ya?' batin Rey setengah takut dan setengah penasaran.
"Mau tanya apa?" tanya Rey dengan wanti-wanti, siapa tau Riko akan menanyakan hal di luar dugaannya.
"Sebelum itu aku ingin kau meminum pil ini dulu." Riko memberikan sebuah pil kepada Rey yang berwarna merah darah.
"Pil apa ini? Jangan bilang ini racun?" tanya Rey kembali sambil mengamati pil berwarna merah darah yang ada di tangannya itu. Bisa jadi itu racun, lagipula saat ini Riko sepertinya sudah membelot dan memihak pada Game master dan bisa saja dia melakukan hal-hal seperti ini.
"Itu memang pil racun. Tapi tenang aja, pil itu tidak mematikan kok. Pil itu adalah pil kejujuran, dan efek racun itu hanya akan bereaksi kalau kau berbohong" balas Riko menjelaskan kalau pil itu bukanlah racun mematikan melainkan pil kejujuran yang akan membuat lawan bicaranya mau tak mau harus berbicara jujur.
"Kalau kau berbohong, tubuhmu akan merasakan sakit seperti kesetrum. Karena itu jangan coba-coba berbohong kalau aku bertanya nanti" .
"Riko… Apa harus seperti ini cara bertanya denganku? Kau tidak percaya padaku? Kita teman, kan?"
Rey benar-benar tidak percaya kalau dia akan diperlakukan seperti ini sama temannya sendiri dan hal ini sangat menyakitkan untuknya.
"Aku memang tidak terlalu percaya denganmu… Selain itu di dalam permainan ini tidak ada yang bisa benar-benar ku percaya. Kawan bisa menjadi lawan, begitu juga sebaliknya… Aku hanya meminta mu untuk meminum pil itu, karena aku tak mau memakai cara kekerasan." Kata-kata yang keluar dari mulut Riko benar-benar di luar dugaan. Rey tidak menyangka kalau Riko memiliki pola pikir seperti itu.
"Baiklah… " balas Rey yang akhirnya menelan pil itu, dia tak ada pilihan lain selain mengikuti kata-kata Riko. Karena dilihat dari mata Riko, dia pasti serius untuk melaksanakan ancamannya kalau sampai Rey menolak meminum obat itu ataupun berusaha kabur darinya.
"Buka mulutmu." Riko kembali menyuruh Rey untuk membuka mulutnya. Dia hanya ingin memastikan apakah anak ini benar-benar menelan pil tersebut atau hanya pura-pura saja. Meski kesal tapi Rey membuka mulutnya juga.
"Kelihatannya dia benar-benar menelan pil itu." Kata Aoki yang memeriksa mulut Rey.
"Bagus." Riko berkata puas, sekarang gilirannya untuk menanyakan hal yang menjadi pikirannya semenjak dia berbicara dengan Game master, sekaligus untuk membuktikannya sendiri dari mulut Rey.
"Pertanyaan pertama apa sebenernya kau tau sesuatu yang sedang terjadi di game Neverland?"
Riko memulai menanyakan pertanyaan pertama yang sepertinya mengenai sasaran begitu dilihatnya wajah Rey berubah pucat.
"Skip!" bales Rey yang gak mau jawab pertanyaan itu, membuat Riko semakin curiga saja dengan Rey dan mulai berpikir jangan-jangan benar kalau Rey memang ada hubungannya dengan Joker.
"JAWAB!" Riko sedikit emosi, dia mendorong Rey dengan keras hingga terbentur tembok, tangannya kini mencengkram leher Rey.
"SKIP YA SKIP! MAU APA KAU?" Rey malah menantang Riko balik. Riko menghela napas sejenak untuk menenangkan pikirannya.
"Oke… Pertanyaan lain, apa kau bekerjasama dengan Joker dan Zuna?" Riko bertanya lagi setelah dia berhasil menahan emosinya.
"Tidak." Jawab Rey langsung cepet.
"Terakhir... Apa kau tahu Joker itu siapa?" pertanyaan terakhir dari Riko membuat Rey sedikit memiringkan kepalanya sambil membatin 'Aku bukan dukun!'.
"Hmm... Bisa iya? Bisa juga tidak." Jawaban Rey tadi sukses membuat Riko darah tinggi, dia merasa dipermainkan dengan jawaban itu. Apa maksudnya bisa iya dan bisa juga tidak? Apa itu artinya si Rey mengetahui tapi tak yakin, atau anak itu baru menduga-duga saja? Atau si Rey memang iseng aja.
"Jawab dengan benar!" sekali lagi Riko mendorong Rey membuat pemuda berambut coklat itu meringis menahan sakit di punggungnya.
"Ugh… Apa ini caramu memperlakukan teman sendiri?" kata Rey dengan pahit sambil menahan tangan Riko yang mencengkram kerah bajunya.
"Tch… Asal kau tahu saja kalau Game master itu adalah Jis." Kata Riko yang akhirnya memberitahu sosok Game master yang dia lihat saat itu sebenarnya adalah Jis. Rey tercengang setelah mendengarnya.
'Game master itu Jis' Ini tidak mungkin…' batin Rey yang sepertinya tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja didengarnya.
"Ayo kita pergi Aoki." Riko akhirnya pergi bersama Aoki, membiarkan Rey yang kini terdiam.
.
.
Town Of Academy...
.
.
"Selamat datang di Town of academy!" begitu datang, Puput dan kawan-kawan sudah disambut meriah oleh para pelajar dan guru-guru yang ada di kota itu. Mereka semua bersorak senang atas kedatangan Puput.
"Ada apa ini?" tanya Puput yang lumayan kaget dengan penyambutan yang super meriah ketika mereka masuk.
"Kalian telah menyelamatkan tempat ini dari pembalasan dendam roh Rangga! Kami semua mengucapkan terima kasih!" kata salah seorang murid yang memakai kacamata besar. Puput hanya diam sambil melirik teman-temannya yang lain, yang kini sedang tersenyum lebar.
"Sebagai hadiahnya kami akan memberikan berbagai macam keperluan untuk perjalanan kalian!" seru seorang gadis yang tampak antusias sekali sambil menunjukkan berbagai macam barang yang sudah terkenal di dalam game, seperti obat-obatan untuk berbagai macam fungsi.
"Eh, mungkin salah satu dari obat-obat ini bisa digunakan untuk menyembuhkan Anna dan Tomi yang membatu." Celetuk Steve sambil melihat banyaknya obat-obatan yang disediakan untuk mereka.
"Benar juga! Kenapa kita tidak mencoba bertanya saja?" kata Dio yang langsung mendekati salah satu murid sambil mengambil beberapa obat-obatan tersebut.
"Hey, apa diantara obat-obatan ini ada yang bisa menyembuhkan seseorang yang membatu?" tanya Dio penuh harap.
"Wah, maaf sekali. Tapi sepertinya tidak ada. Yang memiliki penawarnya hanya Medusa, karena kutukan itu pasti dari Medusa." Jawab anak tersebut yang mengkandaskan harapan Dio seketika.
"Kelihatannya memang tidak mungkin… " kata Steve yang ikut kecewa sambil menepuk bahu Dio yang kini tertunduk sambil memandangi obat-obatan yang ada di tangannya.
"Maaf, bisa saya bicara dengan kalian semua?" tiba-tiba muncul seseorang datang menghampiri Puput dan yang lainnya, orang itu dikenal sebagai NPC yang bernama Radit. Puput terdiam sesaat lalu menatap Joker yang menganggukan kepalanya.
"Tentu. Ada perlu apa?" balas Puput dengan cepat.
"Kita bicara diruanganku saja. Mari ikuti saya." Kata sang NPC Radit yang kemudian berjalan lebih dulu, menuntun Puput dan yang lainnya untuk mengikutinya.
.
.
Inside Queen Heart Of Castle...
.
.
"Rey! OI REY!" kali ini gantian Michael yang meneriaki Rey. Anak itu sejak masuk ke dalam jadi diam saja dan melamun, membuat Michael dan yang lain bingung saja.
"Apaan sih? Berisik tahu! Suaramu cempreng sekali kayak kaleng rombeng!" bales Rey sambil menutupi kupingnya yang menjadi budek mendadak akibat suara cempreng Michael.
"Lagian bengong!" gerutu Michael sambil manyun-manyun, tak terima dibilang suaranya mirip kaleng rombeng.
"Kesambet jin di luar kali!" timpal Amel sambil setengah tertawa, di ikuti oleh Sinta dan Angel yang ikut tertawa, sedangkan Lisa hanya senyum-senyum sedikit saja tidak berani untuk tertawa kencang.
.
~o0o~
.
"Kalian berhenti sampai disitu!" terdengar sebuah suara yang menghentikan pergerakan Wahyu dan juga Rumi. Keduanya kini berhenti sambil mencari-cari dari mana asal sumber suara yang menyuruh mereka berhenti itu.
"Siapa kau? Keluarlah!" kata Wahyu menantang orang itu untuk keluar.
Tak lama muncul seorang gadis yang waktu itu memberikan botol minyak angin kepada Amel saat di kapal. Dia muncul bersama Sunny dan Terry.
"Kami adalah Secret staff, dan kami datang untuk menangkap kalian. Ini perintah dari Game master!" kata gadis itu yang ternyata bertujuan untuk menangkap Wahyu dan juga Rumi.
"Wahyu bagaimana ini?" tanya Rumi yang mundur ke belakang Wahyu.
"Kami tidak akan berhenti! Karena kami harus menemui teman-teman kami!" kata Wahyu yang segera mengambil senjatanya bersiap untuk bertarung kalau-kalau mereka diserang.
"Bodoh, lihat sekelilingmu! Apa kalian sanggup menghadapi kami?" sambar Sunny menyuruh Wahyu untuk melihat sekeliling kalau dia sudah terkepung.
Wahyu segera melihat ke sekeliling dan sudah mendapati mereka sudah terkepung oleh pasukan yang bisa dikatakan sebagai
'Underground elite ninja', mereka merupakan pasukan khusus untuk mengejar pemain yang memiliki catatan kriminal dan tugas selanjutnya diserahkan pada execute staff. Wahyu akhirnya tidak berkutik, dia menempatkan senjata yang sudah digenggamnya ke posisi semula.
"Kita tak mungkin melawan mereka Rum… Untuk sementara kita ikuti saja mereka. Aku akan memikirkan cara untuk bisa bebas nanti." Bisik Wahyu kepada Rumi agar gadis itu dapat mengerti. Rumi mengangguk, memahami keputusan Wahyu saat ini.
"Bagus kalau kalian berdua mengerti. Cepat bawa mereka!" kata gadis itu sambil tersenyum puas, dan memerintahkan beberapa orang untuk membawa Wahyu serta Rumi.
.
~o0o~
.
"Saya ingin kalian menyelidiki seseorang bernama Tsu. Dia tadinya adalah murid di tempat ini, tapi belakangan ini dia melakukan percobaan. Tolong selidiki dia. Dia berada di Mutant forest, kami sudah kehabisan akal untuk membawanya kemari, karena semua orang yang kukirim nasibnya akan berakhir tragis." Radit menjelaskan masalah yang sedang dihadapinya mengenai seorang murid bernama Tsu yang mulai melakukan percobaan-percobaan gila dengan tumbuhan. Dan dia meminta Puput untuk menyelidiki apa yang dilakukan Tsu, karena sebelumnya dia sudah mengirim beberapa orang untuk mengecek ke tempat itu tapi tak ada satupun yang kembali.
"Baiklah kami akan menyelidikinya." Balas Puput menyanggupi permintaan NPC Radit untuk melakukan penyelidikan terhadap orang yang bernama Tsu itu.
Notice : Tsu, the mad scientist opened.
"Kelihatannya ini misi lost child yang lain ya?" tanya Denis menebak kalau Tsu merupakan salah satu dari lost child juga, begitu dia mengetahui ada notice.
"Sesuai dugaanmu. Ayo kita berangkat." Balas Joker membenarkan dugaan Denis. Kemudian dia dan Puput bergegas keluar dari ruangan itu.
"Mutant forest! Tunggulah kami!" Dio berkata dengan berapi-api, dia berjalan paling depan penuh semangat.
.
.
In front of Warrior Kingdom...
.
.
"Gulp… Istananya besar sekali… " desis Rika sambil menelan ludah begitu melihat sebuah bangunan megah dan besar dihadapannya.
"Ayo masuk." Kata Sun yang sudah malas berjemur di depan gerbang istana.
"Ma-masuk nih?" tanya Reza sedikit tidak percaya diri, dia menjadi merasa ciut. Tangannya langsung meremas-remas tangan Kaze yang terpaksa nahan sakit dengan tampang meringis.
"Ayo masuk Cepat!" Rere dan Yumi langsung dorong-dorong Rika agar gadis itu masuk terlebih dulu.
"Jangan aku! Kalau disuruh berantem baru dah aku mau maju duluan, tapi kalau kayak gini mending aku ngekor aja di belakang!" Rika buru-buru mundur ke belakang dan gantian mendorong Rere dan Yumi secara bersamaan ke depan.
"Kalian, sampai kapan mau disana. Ayo masuk." Kata Arkhan menyuruh Ryu, Reza, Kaze, Rika, Rere dan Yumi untuk segera memasuki istana. Akhirnya mereka berenam masuk ke dalam mengikuti Sun dan Arkhan.
.
~o0o~
.
"Kalian boleh pergi." Rama menyuruh Terry, Sunny dan gadis yang bernama Tifanny itu untuk pergi dan membiarkan Wahyu dan Rumi bersamanya.
"Erghhh… Rama! Apa mau mu!" Wahyu langsung meledak amarahnya ketika melihat Rama. Dengan kesal dia menanyakan apa tujuan Rama terhadap mereka.
"Jangan pasang wajah seram seperti itu Wahyu." Balas Rama sambil tersenyum ringan menanggapi Wahyu.
"Aku membawa kalian kemari atas permintaan seseorang." Sambung Rama sambil melirik sosok yang masuk ke dalam ruangan itu.
"Ji-Jis!" Wahyu sangat terkejut melihat sosok Jis yang masuk ke dalam ruangan.
"Hai… Wahyu." Jawab Jis yang menyapa Wahyu dengan sebuah seringai kecil.
.
.
"Setelah melewati Magician forest ini, kita baru sampai ke Mutant forest… Benar kan?" kata Hery yang sedikit tau daerah disekitar wilayah east. Yah, Hery merupakan seorang Magician dan semua Magician pasti sudah hapal wilayah Magician forest, karena setiap pemain yang ingin menjadi Magician pasti akan melewati ujian di Magician forest.
"Kalian harus hati-hati, di tempat ini banyak sekali para penyihir. Jadi selalu waspada teman-teman." Timpal Steve mengingatkan teman-temannya yang lain untuk extra hati-hati.
.
.
"Jis… Apa kau benar-benar Jis?" tanya Wahyu setengah tidak percaya kalau sosok yang ada di hadapannya benar-benar Jis.
"Ya, ini aku Wahyu." Balas Jis untuk meyakinkan Wahyu kalau dia memang benar-benar Jis.
"Kalau kau benar-benar Jis, kenapa… Kenapa tidak dari awal kau memperlihatkan dirimu? Kau tau, Puput dan Michael sangat mencemaskanmu, begitu juga aku…" tanya Wahyu sedikit ragu dan merasa janggal dengan sikap Jis yang seolah seperti bermain kucing-kucingan dengan mereka.
"Aku tak bisa selama Joker masih ada disana." Balas Jis yang mengaitkan alasan dengan Joker.
"Joker? Ada apa dengan Joker? Dan katakan semuanya Jis… Aku pasti akan membantumu, percayalah padaku!" Wahyu meminta Jis untuk menjelaskan semua yang dia alami, karena dia ingin tau dan dia juga ingin membantu Jis.
"Ah, baiklah-baiklah. Aku akan pergi dari sini, kalian bicara saja." Rama yang menyadari kalau Jis meliriknya segera memutuskan untuk keluar ruangan, membiarkan Jis berbicara dengan Wahyu dan Rumi.
"Joker... Dia memaksaku untuk melakukan permainannya, dia membuatku tak punya pilihan lain selain mengikuti semua permainannya. Aku yang menyadari dia mengincar jiwaku, segera melarikan diri darinya... Kami sempat bertarung, dan aku berpura-pura mati dihadapannya... Itulah kenapa aku tidak berani memunculkan diriku dihadapan Joker, aku tak ingin dia kembali mengincarku." jawab Jis mulai menceritakan apa yang terjadi padanya dan juga alasannya untuk tak muncul saat itu.
"Lalu ada kaitan apa kau dengan Rama?" tanya Wahyu yang sepertinya masih mencurigai Rama.
"Sebenarnya aku malas mengakuinya, tapi... Dia memiliki tujuan yang sama denganku... Maka kami bekerjasama untuk melenyapkan Joker. Awalnya kukira Daniel bisa melenyapkan Joker tapi dia kalah... Dan Yang tersisa saat ini adalah Kimi, kalau kami bergabung pasti Joker dapat dihancurkan." balas Jis lagi kembali menjelaskan tujuan yang sebenarnya untuk menghancurkan Joker.
"Kalau begitu Puput harus segera diberitahu kalau Joker hanya mengincar jiwanya juga pemain lain yang berada dipihaknya!" Wahyu yang mendengar pengakuan dari Jis menjadi sangat shock, mendadak dia jadi mencemaskan semua teman-temannya yang memihak pada Joker.
"Untuk hal itu... Aku ada cara sendiri untuk memberitahu pada mereka. Sementara kalian berdua disini saja dulu." kata Game master alias Jis yang meminta Wahyu dan juga Rumi untuk tinggal bersamanya.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Wahyu yang ingin mengetahui rencana apa lagi yang akan dilakukan Jis.
"Aku sudah menyusun rencana, tenang saja. Dan jangan beritahu mengenai diriku pada yang lain, karena saat ini yang mengetahui jati diriku hanya kalian berdua, Rama, Siti, Kimi dan juga Riko... Ah, mungkin satu orang lagi, itupun kalau dia diberitahu. Aku harus pergi dulu, ada hal yang harus kulakukan." Jis menjelaskan orang-orang yang sudah mengetahui jati dirinya siapa saja, dan dia meminta Wahyu dan juga Rumi untuk tutup mulut sementara waktu karena akan berbahaya kalau hal ini tersebar dan diketahui Joker sebelum dia berhasil melaksanakan rencananya.
.
.
Inside Queen Heart Castle...
.
.
"Rey, kau kenapa sih sejak tadi menghela napas terus?" tanya Michael yang semakin heran saja dengan Rey yang sejak tadi menghela napas melulu.
"Kakak ku sudah tua, maklum saja sudah uzur umurnya" samber Erik cepat sambil nahan tawa. Tapi anehnya Rey tidak membalas ejekan Erik, karena kalau Rey yang biasanya pasti sudah menjitak kepala si Erik sampai benjol tiga tingkat.
"Kalau ada masalah cerita aja sama kita… Sikap mu aneh!" Amel juga merasa memang ada suatu keanehan dengan sikap Rey, meski emang biasanya anak itu bertingkah aneh, tapi kali ini bener-bener beda dari biasanya.
"Michael… " baru aja si Rey mau ngomong tapi omongannya terputus karena Alice yang tiba-tiba berteriak panik sambil lari-lari masuk ke dalam.
"Tuan Michael, gawat! Ini gawat!" Alice berteriak panik, dan dapat terlihat wajahnya pucat seperti ketakutan.
"Ada apa Alice?" tanya Sinta yang langsung mendapatkan firasat buruk.
"Di-di depan… Di depan ada execute staff! Mereka mencari kalian semua!" jawab Alice dengan setengah berteriak.
"Apa? E-execute staff? Mike bagaimana ini?" Sinta terbelalak kaget mendengar kalau execute staff sekarang sedang mencari mereka. Semua mata kini menatap Michael, yang ditatap pun jadi bingung harus berbuat apa.
"Tak ada cara lain, kita harus menghadapi mereka. Alice, Lisa, Erik… Tolong kalian jaga Anna, Tomi dan juga Queen Marie. Bersembunyilah di tempat yang aman." Jawab Michael yang sepertinya sudah menguatkan tekad untuk menghadapi para execute staff.
.
~o0o~
.
"WOOW! ANGINNYA KENCENG BANGET!" teriak Rika yang sukses duduk paling depan di punggung sang naga terbang.
"WOHOOOO! SERU BANGET!" Rere berseru dengan antusias tingkat tinggi, soalnya dia yang emang paling ngebet banget mau naik naga terbang. (:v)
"KERENNNN!" Yumi juga berteriak senang gak mau kalah sambil menikmati pemandangan awan putih.
"Tapi... Reza, si Kaze kenapa coba?" tanya Rere sambil nunjuk-nunjuk Kaze yang lagi berdiri sambil pasang pose ala Superman.
"Gak tau anggep aja gak kenal." samber Reza cepet sambil nepok jidat pasrah liat NPC-nya kembali bergaya autis.
"Kalian berpeganganlah, kita akan mendarat!" kata seorang Dragon Knight yang ditugaskan untuk mengantar Sun dan kawan-kawan ke hutan lebih tepatnya pulau terpencil tempat Medusa berada.
.
HAP!
Sun dan kawan-kawan melompat turun dari sang naga yang kini sudah mendarat.
"Kalian berhati-hatilah karena di dalam sangat berbahaya!" kata sang Dragon Knight memperingati Sun dan kawan-kawan.
"Kalau kalian ingin kembali lagi tinggal tiup saja peluit yang sudah saya berikan dan kami akan datang membawa kalian pergi." Katanya lagi sambil mengingatkan peluit yang sudah dia berikan pada Sun sebelumnya yang dapat memanggil naga.
"Baiklah, terima kasih sebelumnya sudah mengantar kami!" balas Sun mengucapkan terima kasih pada sang Warrior.
"Tak usah sungkan, karena sudah menjadi tugas seorang Knight untuk membantu yang membutuhkan. Kalau begitu kami pergi dulu!" ucap sang Dragon Knight yang pergi lagi bersama sang naga.
"Kita juga harus pergi mencari Medusa, ayo jalan." kata Sun yang akhirnya kembali melanjutkan pencarian mereka terhadap Medusa setelah sang Knight pergi.
Apakah mereka berhasil menemukan Medusa dan mendapatkan penawar racunnya? Bagaimana nasib Michael dan kawan-kawan yang harus menghadapi execute staff?.