(Doubt and Trust)
.
.
"Apa yang ingin kau bicarakan denganku?" tanya Riko yang akhirnya berhadapan juga dengan Game master, sosok yang selama ini selalu menganggu pikirannya.
"Siti… Apa benar Game master memutuskan untuk bertemu dengan Riko?" tanya Kimi yang datang menghampiri Siti untuk menanyakan kebenarannya. Keduanya kini tengah berbicara di luar ruangan.
"Ya, begitulah. Dia yang meminta langsung untuk berbicara dengan Riko." Jawab Siti membenarkan keinginan sang Game master.
"Tunggu dulu… Apa itu artinya dia ingin membuka jati dirinya sekarang kepada Riko?" Kimi bertanya setengah kurang yakin apa Game master benar-benar akan memperlihatkan sosok aslinya pada Riko saat ini juga.
"Mungkin iya, mungkin juga tidak. Lebih baik kita lihat saja nanti." Balas Siti yang sepertinya tidak terlalu memikirkan apakah Game master akan membongkar identitasnya ataukah tidak. Baginya semua itu tak jadi masalah selama dia bisa membantu sang Game master.
In Front Of Dragon Cave...
.
.
"Ini dia Dragon cave" kata Sun sambil berdiri di depan sebuah mulut goa yang cukup besar.
"Wah, besar sekali… " Reza menatap takjub melihat goa yang cukup besar.
"Bagaimana kita istirahat dulu disini, sebelum melanjutkan perjalanan?" Rere memberi saran untuk beristirahat di depan goa, lagipula menurutnya keadaan cukup aman.
"Aku setuju! Sekalian menyiapkan perbekalan makanan untuk di dalam nanti!" samber Rika menyetujui usul Rere.
"Aku merasa disini cukup aman… Kalau begitu aku pergi untuk mencari kayu bakar bersama Arkhan" kata Sun yang juga satu pendapat dengan Rika dan Rere. Dia lalu memutuskan untuk pergi mencari kayu bakar, maklumlah suasana hutan selalu dingin, di tambah lagi dengan penuhnya kabut di pagi hari.
"Huft… " Ryu duduk dan segera bersandar pada sebuah batu besar yang ada disana, wajahnya benar-benar pucat sekali seperti kertas, membuat Reza menjadi cemas.
"Ryu… kau yakin tidak apa-apa?" tanya Reza menanyakan keadaan Ryu.
"Iya… aku tak apa-apa…" balas Ryu dengan suara lemah. Sebenarnya Reza tidak yakin sama jawaban Ryu, dia pasti sedang menahan rasa sakit, tapi Reza juga tak ingin memaksa dan bertanya terus, jadi pria itu lebih memilih diam.
"Eh, kalian disini dulu ya. Aku mau cari makanan di sekitar sini buat perbekalan nanti." Kata Rika yang segera berdiri dan pergi memasuki semak-semak hutan.
.
.
.
"Riko. Aku ingin kau menjadi salah satu orang kepercayaanku mulai saat ini." Kata sang Game master yang ternyata menginginkan Riko menjadi orang kepercayaannya, dan hal ini sungguh sangat di luar dugaan oleh Riko.
"Kau ingin aku untuk berkerja padamu? Maaf sekali, tapi aku tak ingin berkerja sama dengan orang yang wujudnya saja tersembunyi seperti ini. Aku menolaknya." Riko menjawab dengan tegas. Tentu saja bagaimana dia bisa mempercayai Game master kalau dia sendiri tidak berani memperlihatkan sosok aslinya sendiri.
"Sudah kuduga kau akan mengatakan hal itu Riko. Tapi kalau itu keinginanmu, baiklah. Akan kuperlihatkan jati diriku padamu." Jawab Game master yang memang seperti sudah mengetahui jawaban dari Riko. Perlahan-lahan Game master membuka tudung yang menutupi wajahnya.
Sreet…
"Ka… Kau… !" mata Riko terbelalak begitu melihat sosok di balik jubah tersebut.
.
.
.
.
"Kita pergi Put" Joker mengajak Puput untuk segera pergi ke tujuan mereka selanjutnya.
"Percayakan mereka pada kami Put!" balas Michael meminta Puput untuk percaya padanya.
"A-apa… Apa tidak apa-apa kalau hanya kalian saja disini? Bagaimana kalau nanti kalian diserang musuh?" tanya Puput yang kembali cemas, entah kenapa pikiran buruk selalu saja menghantuinya.
"Ah, begitu lagi kan. Kau sudah janji sama aku kemarin, kan?" kata Michael sengaja memasang wajah masam.
"Maaf… " balas Puput sambil berusaha memaksakan senyum di wajahnya.
"Ada kami juga Put! Jadi kau tenang saja!" balas Rey yang tiba-tiba saja masuk bersama Sinta, Angel, Amel, Lisa dan juga Erik.
"Kalian… Baguslah! Kalau ramai seperti ini aku tidak terlalu cemas!" kata Puput yang sepertinya puas melihat banyaknya orang yang akan menemani Michael.
"Hey, jadi kau tak percaya kalau aku bisa menjaga mereka sendirian?" tanya Michael sedikit manyun gara-gara Puput seperti tidak percaya padanya.
"Bukannya begitu Mike… Hanya saja aku baru bisa tenang kalau banyak orang yang ikut menemani. Aku hanya tak ingin… Terjadi hal buruk… Sudah cukup kita kehilangan beberapa orang teman kita dan aku tak mau hal itu terjadi lagi." Jawab Puput yang sebenarnya dia bukan tidak percaya pada Michael tetapi dia hanya cemas. Benar sekali, dia selalu saja cemas, dia takut kehilangan teman-temannya lagi.
"Kita berjuang bersama Put! Sudah waktunya kau mulai mempercayai teman-temanmu. Kami disini semuanya membantumu, percaya pada kami!" kata Lisa yang tiba-tiba saja berbicara, karena sejak kehilangan Fugo gadis ini tampak shock dan diam saja. Tapi kali ini sepertinya Lisa sudah mendapatkan kekuatan dirinya lagi.
"Kita akan menyelesaikan permainan ini dan keluar dari sini bersama-sama semuanya, juga Jis… Dan juga Daniel!" timpal Michael dengan penuh keyakinan.
"Aku pergi teman-teman… Jaga diri kalian baik-baik!". Akhirnya Puput meninggalkan Queen heart castle, dia menaruh kepercayaan yang besar pada Michael, Rey, Sinta, Angel, Amel, Lisa dan juga Erik untuk menjaga tempat itu sambil menunggu kedatangan Sun dan yang lainnya.
Tap … Tap … Tap …
"Ada suara langkah kaki dari dalam goa!" kata Kaze memperingati yang lainnya kalau ada yang sedang mendekati mereka.
"Ayo sembunyi!" kata Ryu menyuruh yang lainnya untuk bersembunyi. Dengan cepat Rere dan Yumi bersembunyi di balik semak-semak, Kisa segera melompat ke salah satu pohon yang ada, begitu juga dengan Kaze yang lompat sambil membawa Reza, sedangkan Ryu bersembunyi tepat di sebelah mulut goa, berjaga-jaga kalau yang datang itu musuh dia bisa langsung menyerangnya.
"Akhirnya keluar juga dari goa itu!" Rumi berseru riang karena akhirnya dia bisa juga menghirup udara segar. Maklum, di dalam goa pengap udaranya.
"Kita tak punya waktu untuk bersantai-santai!" kata Wahyu yang segera mengingatkan Rumi kalau mereka harus segera menemui Puput dan yang lainnya untuk mengabarkan berita yang penting.
"Wa-Wahyu!" Reza yang melihat kalau yang keluar itu adalah Wahyu langsung keluar dari tempat persembunyiannya, begitu juga dengan yang lainnya.
"Ka-kalian!" Wahyu sama terkejutnya dengan Reza dan yang lain.
.
.
.
"Kenapa tidak sejak awal saja kau memperlihatkan sosok aslimu sejak pertama?" tanya Riko penuh kecurigaan, tentu saja dia tidak ingin percaya begitu saja. Bisa saja semua ini tipuan.
"Aku tak bisa memperlihatkan diriku di hadapan Joker. Dia tidak boleh tau kalau aku masih hidup dari permainannya" balas Game master menjawab alasan kenapa selama ini dia menutup diri.
"Lalu sekarang apa rencanamu?" tanya Riko yang sepertinya mulai menaruh kepercayaan pada Game master. Riko berpikir kalau yang diucapkan Game master ada benarnya juga, jadi selama ini yang berbahaya itu memang benar-benar Joker.
"Kita tidak boleh membiarkan Joker lolos dari dunia Neverland, kita harus menguncinya untuk selamanya di permainannya sendiri. Dan aku membutuhkan bantuanmu." Balas Game master yang sudah memiliki rencana matang. "Pertama kita pisahkan dulu Joker dari Puput. Setelah itu kita bisa memanfaatkan Puput untuk memancing Joker." Sambungnya lagi mulai mengatakan susunan rencananya pada Riko.
"Tapi untuk memisahkan mereka berdua tidak mudah" balas Riko mengingat posisi Joker yang merupakan NPC pendamping bagi Puput, dan akan sangat sulit memisahkan keduanya.
"Untuk urusan itu aku akan menyerahkannya pada Siti dan Kimi" jawab sang Game master yang sudah mempercayakan tugas itu kepada Siti dan Kimi.
"Kelihatannya kau sangat mempercayai kedua orang itu" kata Riko yang kembali penasaran dan merasa janggal, kenapa bukan Puput dan Michael yang dia percayai? Kenapa harus Siti dan Kimi?.
"Semua itu hanya kebetulan… Lagipula saat itu hanya Siti yang bisa membantuku, selain itu Puput… Aku sendiri tidak tau kalau dia ikut bermain game ini." Jawab Game master.
sebenarnya sudah dari awal dia meminta bantuan pada Siti untuk mencari orang yang bisa membantunya untuk melenyapkan Joker, dan orang yang tepat adalah Kimi. Itulah alasan mengapa Siti mengirim pesan kepada semua pemain Neverland mengenai kartu Joker yang saat itu berada di tangan Rei, berharap Kimi juga menerima pesannya, hal itu dilakukan karena sejak hilangnya Jis, Kimi sudah menjadi pemain yang tidak aktif dan sangat sulit ditemui. Dan dia mengirim pesan random itu ke seluruh pemain Neverland, dan dia mendapat nomor para pemain itu dari seseorang yang berhasil mendapatkan nomor-nomor itu dengan cara retas.
"Jadi begitu rupanya… " kata Riko yang baru mengerti, jangan-jangan orang yang mendengar pembicaraannya saat di belakang sekolah itu adalah Siti. Karena saat itu dia merasa ada seseorang yang seperti mengikuti mereka.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" tanya Riko kemudian yang yakin pasti Game master membutuhkannya untuk melakukan sesuatu.
"Ada salah satu pemain yang ingin kutangkap… Rey… Aku ingin kau membawa dia kemari." Kata Game master yang meminta Riko untuk membawa Rey kehadapannya.
"Apa kau bilang? Rey? Tapi apa hubungannya semua ini dengan Rey?" tanya Riko semakin bingung kenapa masalahnya jadi merambat ke Rey segala, dan ada hubungan apa semua ini dengan Rey.
"Dia terlibat dengan Joker… Bisa dikatakan dia itu anak buah kepercayaan joker. Selain itu aku ada urusan pribadi yang harus kuselesaikan dengannya. Jadi apa kau bisa membantuku?" tanya Game master sekali lagi, dia juga menjelaskan alasannya mengapa dia menginginkan Riko untuk membawa Rey.
'Mungkin kalau aku membawa Rey kemari, aku bisa tau apa yang sebenarnya terjadi… ' Riko tampak berpikir, walaupun sebenarnya dia enggan tapi dia juga penasaran.
"Baiklah akan kulakukan, kapan aku harus pergi mencarinya?" Riko akhirnya menyanggupi permintaan dari Game master.
"Lebih cepat lebih baik."
"kalau begitu akan kulaksanakan segera."
.
.
.
"Jadi Tomi dan Anna… Ternyata banyak kejadian yang kulewati selama kepergianku…. " Wahyu berkata pelan dan ikut menyesali kenapa dia tak berada disaat teman-temannya memerlukan bantuannya.
"Makanya kami sedang berusaha untuk mencari penawarnya dari Medusa" sambung Reza yang menceritakan kejadian selama Wahyu tak ada.
"Ngomong-ngomong Wahyu, bukannya kau pergi bersama Rama? Sekarang mana dia? Jangan bilang Rama henshin menjadi seorang gadis." Tanya Rika yang sejak tadi pengen banget nanya kemana perginya si Rama, bukannya dia pergi berdua kenapa baliknya sendiri dan Wahyu sekarang malah sama cewek, cakep lagi.
"AHH! Hampir saja aku lupa!" Wahyu mendadak teriak gaje bikin Ryu yang lagi asik bengong ngejomplang dari posisi duduknya dari atas batu.
"Lupa apaan?" tanya Ryu sambil membetulkan kembali posisi duduknya di atas batu.
"Rama… Dia mata-mata Zuna! Aku harus cepat memberi tau kabar ini kepada Puput dan yang lainnya!" kata Wahyu yang kini wajahnya berubah panik.
"Rama mata-mata Zuna?" Rere sama Yumi berteriak kompak, terutama Rere yang tak percaya, pasalnya si Rama kan sempet juga nolongin dia beberapa kali.
"Kalau benar begitu cepat kau sampaikan pada Puput. Mereka ada di Queen heart castle, semoga kau masih sempat bertemu dengannya!" kata Sun yang menyuruh Wahyu untuk cepat menyampaikan hal ini pada Puput.
"Iya, kalau begitu aku pergi dulu! Semoga saja masih bisa bertemu. Kalian hati-hati!" Wahyu segera berdiri dan bergegas pergi bersama dengan Rumi.
.
.
"Jadi kau sudah memperlihatkan sosokmu pada Riko rupanya." Muncul Rama di belakang Game master.
"Aku tak ada pilihan lain… " jawab sang Game master sambil berdiri berbalik ke hadapan Rama, andai dia membuka tudungnya lagi, kemungkinan besar matanya sedang menatap sengit pada Rama saat ini.
"Terserah, asal kau jangan sampai menggagalkan rencana yang sudah kita rencanakan." Balas Rama sambil setengah menyeringai.
"Kita kau bilang? Sejak awal aku tak pernah setuju untuk mengikuti rencanamu. Setelah tugasku selesai aku akan keluar dari permainan ini." Game master kemudian pergi dari ruangan itu.
'Heh… Setelah rencanaku terlaksana, kau akan kubunuh' batin Rama yang ternyata memiliki rencana licik.
.
.
"Hey, Joker apa lagi yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Pandu setengah malas, dia masih sangat mengantuk, karena dia tidak biasa bangun harus sepagi ini.
"Kembali ke Town of academy." Balas Joker singkat.
"Kesana lagi?" tanya Hery yang sepertinya berniat untuk melancarkan protes.
"Kalian diam saja dan ikuti kataku, jangan banyak protes." Jawab Joker dengan cepat sebelum Hery berhasil memprotesnya.
.
.
"Michael, tumben dari tadi diam aja. Kenapa kau?" tanya Rey untuk mencairkan suasana hening saat ini. Michael yang biasanya berisik malah diam saja, Sinta dan yang lainnya juga tak banyak bicara, yang terdengar hanya suara Andre yang lagi mengunyah keripik buatan Alice.
"Ah… aku Hanya kepikiran sama NPC Rangga yang kita lawan aja… Dia benar-benar mirip dengan Rangga sepupuku. Kok bisa yah? Model NPC Rangga ini mirip banget sama Rangga sepupuku?" balas Michael yang masih heran dengan kemiripan tokoh NPC Rangga di dalam game ini bisa sama seperti Rangga sepupunya.
"Entahlah… Namanya juga game, apapun bisa terjadi bukan." Balas Angel langsung menimpali.
"Iya juga sih… " Michael kini berubah menjadi masam. Dia tersenyum pahit saat mendengar kata-kata Angel. Yang dibilang Angel memang benar, untuk apa dia berharap kalau NPC Rangga itu sebenarnya memang adalah sepupunya. Dia benar-benar bodoh telah mengharapkan hal yang tidak mungkin.
"Mi-Michael … Maaf aku tak bermaksud untuk… " Angel yang menyadari perubahan ekspresi di wajah Michael segera minta maaf, meskipun dia sendiri tidak tau untuk apa dia minta maaf. Hanya saja dia tak ingin menyinggung perasaan Michael.
"Kenapa minta maaf? Tak perlu ada yang dimaafkan, karena kau tidak salah kok." Balas Michael yang sekarang memamerkan cengiran khasnya ke Angel.
"Michael… " Angel yang melihat cengiran Michael kembali tersenyum.
'Sudahlah… Sudah waktunya aku harus lupain masa lalu, Kak Rangga sudah meninggal jadi tidak mungkin dia hidup lagi… ' ucap batin Michael mengingatkan dirinya sendiri kalau Rangga sudah meninggal.
Itu benar sekali, Rangga sepupunya sudah meninggal akibat kecelakaan kebakaran yang terjadi di sekolahnya. Meski kematian Rangga sedikit aneh, karena Rangga segera dimakamkan di sekitar sekolah dan pihak keluarga baru dikabarkan setelahnya. Karena hal itu pihak keluarga yakin Rangga masih hidup, tapi sepertinya sudah saatnya sekarang Michael harus menerima kenyataan Rangga memang benar-benar sudah tidak ada dan dia harus segera bangkit dari harapan palsu.
"Oi, Michael! Michael! Michael!" Rey manggil-manggil Michael yang malah bengong sendiri, saking gemesnya karena di panggil gak nyaut juga, Rey langsung geplak Michael pake bungkus keripiknya Andre.
"Apaan sih! Main geplak aja!" bales Michael langsung sewot sambil ngegeplak balik si Rey.
"Yee! Lagian dipanggilin malah cengo!" kata Rey sambil manyun-manyun.
"Udah ah, mendingan aku keluar sekalian olahraga pagi!" Michael langsung ngacir ke depan, daripada bosen tidak ngapa-ngapain mending dia olahraga di depan sekalian jaga-jaga, kali aja ada musuh dateng jadi dia bisa siap-siap.
"Aku akan menyiapkan sarapan untuk kalian." Kata Alice yang kemudian berpamitan untuk membuat sarapan di dapur.
Inside Dragon Cave ...
.
.
"Ya ampun, tempat ini banyak sekali telur naga!" Rika kelihatannya sedang takjub dengan telur-telur naga yang berada di pinggiran goa. Jarang-jarang bisa melihat telur langka, paling banter juga telur ayam, itu pun cuma di liat selama lima menit karena lima menit kemudian sang telur berubah jadi makanan.
"Kerennn… " Reza dan yang lainnya juga tak kalah takjub melihat telur-telur besar itu.
"Kagumnya nanti saja belakangan setelah urusan kita selesai. Sekarang ayo jalan lagi." Balas Sun yang akhirnya terpaksa mendorong Rika dan yang lainnya agar terus berjalan.
.
.
"Riko, itu Rey. Apa perlu kita tangkap dia sekarang?" tanya Aoki yang kini sudah bersama Riko yang sedang memata-matai Rey.
"Tidak, jangan dulu. Lebih baik kita perhatikan dulu gerak-gerik Rey." Kata Riko mencegah Aoki untuk menangkap Rey sekarang. Saat ini Riko masih merasa ragu dengan apa yang diucapkan Game master padanya yang mengatakan kalau Rey berkerja sama dengan Joker. Hal itu sepertinya mustahil karena selama ini Rey bersikap biasa saja dan bagaimana mungkin dia bisa berkerja sama dengan Joker, bukankah mereka juga sama-sama terperangkap dan baru mengetahui sosok Joker.
'Biar bagaimanapun aku harus menyelidiki kebenarannya dulu' batin Riko yang bertekad untuk mencari bukti kata-kata dari Game master.
.
.
.
"Puput… " Joker menghampiri Puput yang sedang berada di deck kapal sambil menikmati pemandangan laut dan langit di pagi hari.
"Ada apa Joker?" tanya Puput sambil berbalik dan mendapati sosok Joker yang kini berdiri tepat disebelahnya. Sesaat Joker terdiam sambil menatap lekat Puput. Puput yang merasa ada yang aneh pada Joker jadi merasa risih, dia tidak tau tatapan apa yang ditunjukkan Joker padanya, karena sosok itu selalu memakai topeng yang membuat Puput sulit untuk menebak apa yang ada di dalam pikiran NPC yang satu ini.
"Ugh… " tanpa terduga Joker menutupi sebelah mukanya dengan tangannya, dia terlihat seperti sedang menahan sakit. Puput yang melihatnya jadi sedikit cemas.
"Joker kau kenapa?" tanya Puput secara reflek melihat Joker yang tak biasanya bersikap seperti itu.
"Sedikit lagi… Berikan aku waktu untuk menyelesaikan semua ini …" Joker mengumamkan sesuatu dengan pelan, tapi Puput masih bisa mendengarnya secara samar. Apapun yang sedang dikatakan Joker saat ini, Puput sama sekali tidak dapat mengerti apa maksud dari yang dikatakan.
"Joker ada apa?" tanya Puput sekali lagi, kali ini dia mengenggamkan tangannya erat ke tangan Joker yang sedang menutupi sebelah wajahnya itu.
"Ah … A-ada apa?" sepertinya Joker sedikit tersentak dengan genggaman kuat dari Puput. Dan sikapnya menjadi sedikit tidak wajar, berbeda dari sikap-sikapnya selama ini yang dia kenal.
'Ada yang aneh dengan Joker… Ini pertama kalinya dia menjawab pertanyaanku dengan terbata seperti ini.' Batin Puput merasa aneh dengan sikap Joker saat ini, entah mengapa dia merasa Joker yang ada dihadapannya saat ini terlihat lebih manusiawi.
"Ada apa? Harusnya aku yang bertanya 'ada apa' padamu." Balas Puput sambil menatap heran ke arah Joker yang malah kembali terdiam.
Joker tidak langsung menjawab pertanyaan Puput, dia hanya terdiam, terpaku di tempatnya. Keduanya terdiam cukup lama dalam posisi tangan yang saling tergenggam satu sama lain.
Bruk!
Tanpa terduga Joker menarik Puput ke dalam pelukannya, Puput tak bisa merespon apa-apa selain merasakan kaget yang luar biasa. Dalam pelukan itu Puput dapat merasakan dengan jelas debar jantungnya yang menjadi cepat. Tak lama Puput merasakan kalau ada suatu belaian lembut dikepalanya, dan belaian itu mengingatkannya pada suatu hal …
Puput Flashback
"Aku takut, kita tersesat! Bagaimana kita bisa pulang!" Puput kecil tampak jalan menelusuri jalan setapak yang berada di dalam hutan. Kaki kecilnya mengikuti langkah kaki orang yang berjalan di depannya.
"Jangan mengeluh terus! Kita pasti bisa pulang." Sambar anak lelaki itu menyuruh Puput untuk diam dan tidak panik.
"Hiks… Tapi kita sudah berjalan lama… Aku capek… Dan lapar… Dan… Dan aku takut!" Puput akhirnya tak bisa lagi menahan tangisnya. Dia membiarkan air matanya dengan deras mengalir dari mata emerald-nya. "HUWAAAA … AKU INGIN PULANG!" kali ini tangis Puput meledak dan menjadi semakin kencang.
"Jangan menangis… " ucap anak lelaki itu yang kini memeluk Puput berusaha menenangkan gadis kecil itu. Dengan sangat hati-hati dia mengusap pelan rambut Puput dan ajaibnya Puput merasa sangat tenang dan nyaman.
"Hiks… " secara otomatis Puput yang menangis tadi terdiam, dia merasa sangat aman berada dipelukan anak lelaki itu.
"Nah, sekarang ayo kita jalan lagi!" anak lelaki itu menggandeng tangan mungil Puput, menuntunnya disetiap langkahnya.
End flashback.
Puput tersadar dari lamunan masa lalunya ketika dia merasa Joker melepaskan pelukannya. Joker sempat berbisik pada Puput, setelah itu dia pergi meninggalkan Puput yang kini menatapnya dengan lirih dari belakang, Puput hanya mampu menatap punggung Joker yang semakin menjauh. Kata-kata yang ingin dia ucapkan tak sempat terlontar dari mulutnya, dia hanya mampu meredam semua rasa keingintahuannya dalam-dalam.
"I'm sorry to drag you into this trouble, but I promise to protect you always until the end." Itulah kata-kata yang dibisikkan Joker padanya.
"Joker… Apakah kita saling mengenal…?" gumam Puput pelan berbicara sendiri. Kenapa lagi-lagi Joker harus memperlihatkan sikap yang begitu familiar di ingatannya. Apakah Joker hanya NPC biasa atau dia lebih dari itu. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi relung hati dan pikiran Puput, ingin rasanya dia berteriak keras-keras untuk meluapkan emosinya yang tak tersampaikan itu.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah benar Rey berkerja sama dengan Joker dan juga Zuna? Lalu ada hubungan apa antara Rama dan Game master? Dan bagaimana kelanjutan perjalanan Sun dan kawan-kawan yang akan pergi ke sarang Medusa?.