"Astaga, apa yang terjadi dengan kota ini? Baru ditinggal sebentar kenapa sudah hancur-hancuran?" Michael berseru heran melihat keadaan kota yang dia tinggalkan awalnya dalam keadaan baik-baik saja tapi sekarang sudah berantakan seperti ini.
"Aku jadi mencemaskan keadaan yang lain… " gumam Puput memikirkan keadaan teman-temannya yang berada di kota secara reflek gadis itu mempercepat langkah kakinya.
"Ayo kita temui mereka!" Erik dengan cepat berlari menuju INN.
.
"Eh, Erik beserta Puput dan yang lain sudah kembali!" kata Angel setengah berteriak saat melihat sosok anak itu berlari menuju tempat mereka.
"Ingat ya, jangan ada yang mengatakan apa-apa!" ucap Rey kembali mengingatkan perjanjian yang mereka buat.
"Kami kembali!" kata Puput dengan perasaan senang bercampur lega karena dia bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya.
"PUPUTTT!" Anna yang memang berada disana segera berlari dan memeluk sahabatnya itu. Jujur dia memang sudah merindukan Puput sejak mereka berpisah di Elf Village.
"Anna! Kenapa kau ada disini?" tanya Puput setengah terkejut dengan keberadaan gadis itu yang benar-benar tak terduga. Dia pikir kalau dia tak akan bertemu lagi dengan temannya yang satu ini.
"Ada Tomi, Ryu dan juga Andre!" balas Anna sambil menunjuk ketiga orang lainnya yang berdiri di belakang mereka sambil pasang senyum.
"Sepertinya kami datang tepat waktu" muncul Arjuna dan yang lainnya di belakang rombongan Puput dan kawan-kawan.
"PAK ARJUNA!" para pemain yang ada disana terkejut dengan sosok Arjuna yang ternyata ikut terhisap juga seperti mereka.
"Hai, semua" balas Arjuna dengan enteng sambil melambaikan tangannya.
.
Beberapa menit kemudian...
.
"Oh, iya Put. Ini kami dapatkan dari Quest" Amel segera memberikan kepingan jewel berwarna biru yang didapatkan dari misi sebelumnya.
"Kok aku tidak melihat Sam ya?" tanya Michael mencari-cari sosok pendiam itu yang tak tampak diantara Wahyu dan yang lainnya.
"Sam game over" balas Rama dengan cepat dan seperti tak ada beban.
Hening ...
Keadaan menjadi hening sesaat karena berita buruk yang baru saja mereka dengar.
"Hei, hei anak-anak! Jangan murung begitu. Kalau dugaanku tidak meleset kita bisa mengembalikan pemain yang game over kalau berhasil memenangkan misi ini. Jadi bersemangatlah!" kata Arjuna berusaha mencairkan suasana yang mendadak suram itu serta memberikan setitik harapan bagi mereka semua.
"Kalau benar yang dikatakan Pak Arjuna, kita harus berjuang untuk yang sudah game over!" balas Michael yang sudah kembali bersemangat seperti biasanya.
"Put cepat satukan kepingan jewel itu" kata Joker mengingatkan Puput. Dengan segera jewel itu disatukan oleh Puput. Dan dalam sekejap jewel berwarna biru laut terbentuk indah dengan pancaran warna biru gelapnya.
Tak lama jewel itu berubah bentuk menjadi bunga, kejadiannya sama persis seperti pada kejadian yang pertama. Bunga itu terbang mendekati Joker.
'Kejadian ini terulang lagi… ' batin Puput yang kini dengan seksama memperhatikan bunga itu dan juga Joker.
"Bunga ini enak sekali… Aromanya… " ucap Joker yang mencium aroma bunga biru tersebut, "Rasanya juga tak kalah enak … " sambungnya yang kembali memakan bunga itu seperti yang telah dia lakukan sebelumnya.
'Aah… Lagi-lagi seperti itu!' Puput kembali menatap heran dengan keanehan sikap Joker (setidaknya itulah yang ada dipikiran oleh Puput mengenai sosok Joker)
"Oh iya Riko katanya kau ada berita tentang Daniel, bisa kau ceritakan sekarang?" kata Michael memulai pembicaraan mengenai Daniel yang sempat diucapkan oleh Riko.
"Aku sudah tau dimana Daniel. Dia sama sekali tidak ada pada Joker, melainkan pada Game Master!" jawab Riko sambil menatap sengit pada Joker yang kelihatannya santai-santai saja menanggapi tatapan Riko.
"Kau serius sudah menemukan Daniel?" tanya Michael dengan mata yang membesar.
"Apa bisa dipastikan itu benar-benar Daniel? Bagaimana kalau kau salah lihat" kata Rio yang sepertinya belum bisa mempercayai kata-kata Riko.
"Aku sudah memastikan dengan mata dan kepalaku sendiri. Selain itu … Ada Reiki yang juga ikut menyaksikannya" balas Riko dengan sangat yakin, tentu saja dia tidak salah lihat. Itu benar-benar Daniel.
'Reiki… Rupanya waktu itu yang menolong Tama benar-benar Reiki… ' batin Rika sambil mengepalkan tangannya dengan keras mengetahui kalau Reiki berada di kubu Game Master.
"Kalau begitu… Joker, kau berbohong dengan mengatakan Daniel ada padamu… Tapi kenapa!" Puput kini menatap Joker dengan tatapan marah dan kecewa.
"Katakan sesuatu Joker, jangan berbohong!" sambar Michael yang mencengkram leher baju Joker.
"Hentikan Naruto! Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan berbuat kasar seperti itu!" balas Denis yang berusaha melepaskan cengkraman Michael dari Joker.
Notice : Sakura gain Gaara's heart, Sasuke memories, Pandora Box II.
Benda-benda itu muncul begitu saja di atas meja dekat dengan posisi Puput berdiri. Semua mata kini tertuju pada ketiga benda tersebut.
"Apapun jawabanmu, aku perlu tau alasan mengapa kau berbohong pada kami!" kata Puput sambil mengambil benda-benda itu dan memasukkannya ke dalam tas yang diberikan Hinata padanya.
"Agar kau mau bermain denganku dan melakukan persetujuan denganku" Joker menjawab dengan datar.
"Kau hanya menginginkan jiwa para pemain bukan!" Riko berteriak sengit sambil menunjuk Joker, emosinya sudah tak bisa terkendali lagi.
"Tenanglah kau! Apa kalian sama sekali tidak menganggap kehadiranku disini? Aku ini admin!" kata Arjuna merasa sedikit kesal karena tak dianggap sama sekali. Posisinya sebagai admin seperti tidak dipedulikan. Semua para pemain dalam sekejap terdiam dan menatap Arjuna dengan serius.
'Benar juga… Pak Arjuna pasti mengetahui sesuatu' Rio membatin serius sambil melirik sosok Arjuna yang notabene adalah seorang admin, keberpihakannya pada tim mereka pasti karena alasan kuat.
"Dengarkan kata-kataku. Aku memiliki dugaan kalau Game Master adalah Zuna, karena sejak hilangnya Jis keberadaannya juga ikut tidak diketahui. Dugaanku dia sengaja masuk ke dalam Neverland untuk melakukan permainan gila ini. Tapi kebenarannya itu masih 70 persen" kata Arjuna mulai berbicara mengenai dugaannya mengenai sosok Game Master.
"Tapi bukankah Zuna adalah seorang admin sama seperti anda dan juga Bu Anjani?" Rio mulai bergabung membicarakan hal ini. Perkataan Rio ada benarnya juga, tampak Arjuna mulai mengerutkan dahi dan terlihat ada sedikit keraguan diwajahnya.
"Seorang admin tak bisa merangkap jadi Game Master" sambung Rey secara tiba-tiba. Dia berbicara tanpa keraguan sedikitpun.
"He? Dari mana kau tau? Bisa saja, kan kalau Zuna merangkap dari admin ke Game Master?" Michael tampaknya masih sependapat dengan perkataan Arjuna dan tidak terima kalau teori Arjuna dipatahkan dengan mudah.
"Posisi admin berbeda dari Game Master… Admin bisa dikatakan memegang kendali atas system permainan dan mengontrol dari luar sedangkan Game Master memegang kendali atas isi dari permainan itu dan mengetahui benar seluk-beluk dari game tersebut , lebih tepatnya mengontrol dari dalam. Jadi meski admin mengetahui system permainannya belum tentu dia dapat mengetahui apa isi dari permainan tersebut dan bagaimana cara menyelesaikannya " sambung Rey yang menjelaskan secara hati-hati.
"Bingung!" kata Michael sambil mijit-mijit kening kepalanya udah muter-muter.
"Admin tidak berkaitan langsung dengan urusan di dalam permainan karena itu tugas Game Master. Admin hanya mengatur masalah system dari permainan itu saja, seperti server game. Dan Game Master yang berkewajiban mengatur segala permainan kalau ada yang salah dia yang mengurus dan tentu dia mengetahui semua NPC dan juga masing-masing quest-nya" Rey mencoba untuk mempermudah kalimatnya agar Michael lebih mudah mencernanya.
"Ohhhh" balas yang lainnya ber 'oooh' ria, setidaknya kini mereka mulai paham posisi admin dan Game Master.
"Itu artinya kalau Game Master berniat untuk menghancurkan Joker… Berarti dia tau kalau Joker memang pantas untuk dihancurkan… " sambung Angel menduga-duga setelah dia mulai mencerna penjelasan dari Rey.
"Tapi aneh… Game Master itu kalau benar mengetahui permainan ini apa artinya dia juga tau kejadian ini? Tapi kenapa diam saja? Lagipula Game Master itu terlihat seperti menunggu kita untuk menyelesaikan semua misi" sambung Denis yang merasa adanya kejanggalan pada Game Master tersebut.
"Sepertinya ada yang diincar oleh Game Master dari misi ini … Dan dia menunggu kita untuk mendapatkannya" sambung Hery ikut berpikir.
"Kalau dia Game Master tentunya bukan hal yang sulit baginya untuk mendapatkan item yang dia inginkan bukan?" tanya Reza yang sepertinya ikut heran dan ikut merasakan kejanggalan yang sama.
"Atau jangan-jangan… Dia bukan Game Master tetapi seorang pemain lain yang menyamar menjadi Game Master?" Pandu nyeletuk asal tapi celetukannya malah membuat spekulasi lain mengenai Game Master.
"Pasti itu Zuna! Aku yakin dan sependapat dengan Pak Arjuna!" Michael nyeletuk dengan cepat, entah mengapa meski dia mengatakan kalau sosok Game Master adalah Zuna, di hatinya sendiri mulai merasakan keraguan bagaimana kalau Game Master sosok orang lain? Atau jangan-jangan dia ... Jis?.
"Hmph… aku tidak peduli soal itu, yang jelas Daniel ada pada Game Master dan Joker telah berbohong" balas Riko yang sepertinya enggan untuk berpikir jauh lagi, yang jadi pikirannya saat ini adalah cara menolong Daniel.
"Riko… " Sakura menatap tak percaya dengan ucapan Riko. Riko yang biasanya selalu berpikir jernih kenapa jadi seperti ini.
"Dan aku kesini bukan untuk mengabarkan hal ini saja. Aku meminta kepingan jiwa Daniel, karena hanya benda itu yang bisa mengembalikan Daniel" sambung Riko mengutarakan niat yang sebenarnya.
"Baiklah… Kalau itu keinginanmu. Aku tau kau melakukan ini untuk Daniel, jadi tak akan ada masalah… " balas Puput yang kemudian menyerahkan dua kepingan jiwa Daniel yang berhasil dia dapatkan kepada Riko.
"He-hey! Apa tidak apa-apa menyerahkan benda-benda itu begitu saja?" bisik Michael kepada Puput dengan tatapan tak rela.
"Tidak apa-apa Mike. Aku yakin ini demi kebaikan Daniel... Aku percaya pada Riko" balas Puput yang tetap mempercayai Riko.
"Terima kasih Put… Mungkin setelah ini aku akan mengawasi gerak-gerik Joker, dan kalau ada tindakan yang aneh aku tidak akan segan-segan untuk melawannya" balas Riko menerima kepingan jiwa itu sambil mengancam Joker yang terlihat diam saja. Setelah mendapatkan apa yang dia minta, Riko pergi bersama dengan Aoki.
"Kenapa semuanya… Jadi semakin rumit seperti ini… " ucap Puput pelan, dia merasa perdebatan tadi membuat kepalanya pusing dan sakit.
BRUKH!
Puput jatuh pingsan secara mendadak, membuat semua orang yang ada disana menjadi panik.
.
.
.
.
"Siti apa tak apa-apa memberitahukan hal ini pada Riko?" tanya Kimi pada gadis itu.
"Iya tak apa-apa. Bukankah akan lebih baik bila mereka mengetahui hal ini dengan cepat? Kalau kubu Joker terpecah-pecah akan mudah bagi kita untuk menangkap Puput" balas Siti yang ternyata memang merencanakan ini semua.
"Kerja bagus Siti" muncul sosok Game Master menghampiri kedua orang itu. "Dugaanku memang tidak salah, kau memang bisa kuandalkan" sambungnya lagi yang ternyata telah meminta Siti untuk melakukan rencana ini untuknya.
"Apa tak apa-apa untukmu harus melawan temanmu sendiri? Bukankah Michael juga ada disana?" tanya Shimizu pada Game Master. Tampaknya kedua orang ini sudah saling mengenal sebelumnya.
"Kurasa tak apa-apa" jawab Sang Game Master yang kini berdiri diantara Siti dan Kimi.
"Lalu bagaimana dengan Daniel?" tanya Kimi yang masih berkutat dengan Daniel.
"Dia kita serahkan saja pada Riko. Aku yakin setelah mengetahui kebenarannya Riko akan mati-matian untuk menolong Daniel dan merebut pecahan jiwa milik Daniel" balas sang Game Master dengan yakin.
"Jadi kau sudah bisa menduga kejadian ini ya?" Kimi menatap takjub pada sang Game Master yang sudah merencanakan semuanya dengan matang.
"Kurasa kita harus mewaspadai Rey... Aku mempunyai firasat buruk mengenai anak itu" ucap Siti yang sepertinya juga mengincar Rey.
"Tenang saja. Aku sudah mengirim mata-mata diantara mereka untuk mengurus anak itu" jawab Game Master yang juga telah merencanakan bagian yang satu ini tanpa terduga.
"Lalu bagaimana dengan Joker?" tanya Kimi lagi, dia penasaran apa yang akan dilakukan pada NPC itu.
"Siti Kuserahkan bagian itu padamu" ucap Game Master yang kemudian sosoknya menghilang.
.
.
.
.
.
Puput dream world
"Aku dimana… Apa aku sedang bermimpi?" Puput tampaknya terbangun di dalam dunia mimpi. Dia berada di suatu ruangan kelas yang sepi. Dia hanya melihat sosok anak laki-laki yang duduk di tepi jendela sambil menatap keluar jendela. Tapi penglihatannya tidak begitu jelas. Ingatannya setengah kabur.
"Jis…? Kau benar-benar Jis, kan…?" Puput menatap sosok anak laki-laki itu dan memanggilnya. Anak laki-laki itu menoleh sesaat lalu tersenyum pada Puput.
"Tolong aku Put… " ucap anak laki-laki itu pada Puput.
"Jis tunggu!" Puput berusaha untuk meraih tangan anak itu tapi terlambat sosok anak itu sudah menghilang. Seiring dengan teriakannya Puput terbangun dari mimpinya.
.
End of dream.
.
"Kau sudah sadar Put?" tanya Anna yang sudah berada di dalam ruangan tempat Puput berada.
"Ann… Aku… Kenapa?" tanya Puput sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.
"Kau pingsan Put. Kelihatannya kau sangat kelelahan" Anna menjawab pertanyaan Puput dengan penuh perhatian.
"Katakan padaku Ann… Apa … Aku telah salah membuat keputusan dengan memihak pada Joker?" tanya Puput pada Anna dengan suara lemah. Saat ini dia sedang mengalami keraguan pada dirinya sendiri, dia mulai meragukan pendiriannya.
"Aku juga tidak tau… " Anna sendiri juga tidak tau harus menjawab apa, karena dia sendiri berada diposisi yang sama seperti Puput. Dia juga bingung.
"Aku... Telah mencelakai kalian semua... " desah Puput pelan nyaris tak terdengar. Dia merasa takut pada pilihannya dan takut untuk menerima kenyataan yang tak diinginkannya.
.
.
.
"Bagaimana menurutmu?" saat ini semuanya sedang beristirahat dan kesempatan ini digunakan untuk merundingkannya dengan Rio.
Denis, Wahyu, Rio, Hery, dan Pandu sedang berunding di luar INN.
"Aku sebenernya sependapat dengan Denis… Tapi kita harus pastikan dulu sambungannya baru bisa memutuskan" balas Rio yang sepertinya setengah yakin. Dia tidak mau terburu-buru memberi kesimpulan.
"Ngomong-ngomong aku sedikit heran dengan Rey. Kok dia bisa punya benda-benda seperti itu?" tanya Hery yang sepertinya curiga sama Rey.
"Heh… aku lupa kalian tidak tau ya… " Pandu tiba-tiba menyeringai aneh.
"Tak tau soal apa?" tanya Hery dan Wahyu barengan.
"Bilang tidak ya?" Pandu malah sempet-sempetnya becanda, dia sekarang sedang kedip-kedipin matanya dengan centil.
"Tidak usah bercanda deh!" Hery geplak kepala Pandu mengunakan buku tebel yang multifungsi, lumayan bikin cowok itu ngelus ubun-ubun yang benjol.
"Iya-iya… Sebenernya Rey itu hacker! Dia nge-hack benda-benda penting didalam game itu dan macem-macem deh, makanya tidak heran kalau dia bisa punya benda-benda seperti itu" jawab Pandu yang akhirnya memberitahu perihal tentang Rey juga.
"Bah, pantas aja… " desis Hery sambil komat-kamit mengatakan 'dasar hacker'.
"Heh… Tapi itu bagus kita punya Rey sebagai kartu AS… " Rio malah berkata dengan senang sambil memamerkan seringai khasnya.
"Eh, iya. Kemana si Rey?" tanya Wahyu menanyakan Rey yang tidak ikut berunding dengan mereka.
"Entahlah, setelah menyerahkan kunci ini dia bilang mau pergi mencari Joker. Tak tau deh mau apa" balas Pandu sambil memegang kunci yang dititipkan oleh Rey.
"Jadi itu kuncinya?" tanya Rio yang langsung mengambil kunci itu dari tangan Pandu. Dengan seksama Rio meneliti kunci itu secara keseluruhan. 'Ada ukiran angka di tengah kunci ini' Rio melihat adanya angka dua di badan kunci itu 'Mungkin maksudnya ini kunci untuk kotak Pandora nomor dua?' batin Rio kembali bertanya-tanya sendiri.
"Kita harus segera membuka Pandora nomor dua" kata Rio yang sekarang malah memainkan kunci itu dengan memutar-mutarkannya.
"Puput masih memegangnya, kita tak bisa mengambilnya sekarang" balas Denis yang merasa kalau tas itu sudah dipegang kembali oleh Puput.
"Tak ada pilihan lain selain mengambilnya secara diam-diam" sambung Pandu yang langsung ditatap oleh yang lainnya dengan tatapan –kau yang akan melakukannya-.
"He-hey… Tu-tunggu dulu, kenapa harus aku!" tampak Pandu mengerti dengan tatapan teman-temannya langsung protes seketika. "Haah… Baiklah-baiklah biar aku yang akan mengurus!" sambungnya lagi dengan pasrah setelah mendapat deathglare mematikan dari yang lain.
"Ah, itu dia Joker!" Rey yang memang mencari Joker segera berusaha menghampiri NPC itu yang tengah duduk di bangku yang berada di salah satu sudut kota yang letaknya agak terpisah dari keramaian kota. Dilihat dari sikapnya dia sedang menunggu sesuatu.
"Jo-" teriakan Rey terhenti ketika dilihatnya ada sosok yang mendekati Joker. 'Dia… Zuna!' Dengan cepat Rey mencari tempat persembunyian agar keberadaannya tidak diketahui.
.
"Apa aku membuatmu menunggu lama Joker?" tanya Zuna yang mendekati sosok Joker. Sepertinya keduanya sudah bersepakat untuk bertemu dan sengaja memilih tempat yang sedikit sunyi dari keramaian kota.
"Tidak. Sekarang cepat katakan mengapa kau ingin menemuiku?" tanya Joker dengan datar.
"Ayolah jangan begitu. Apa kau benar-benar lupa padaku?" balas Zuna yang malah menanyakan hal lainnya pada Joker.
"Tidak… Programku dapat membaca siapa kau sebenarnya" jawab Joker masih dengan nada yang sama datar dan dingin.
"Bagus kalau begitu. Artinya kita masih bekerjasama bukan?" balas Zuna yang tampak senang dengan jawaban Joker.
"Kurasa begitu karena tujuan kita sama" balas Joker yang kini melangkah agak menjauhi Zuna.
"Apa ingatanmu terkunci Joker?" tanya Zuna menjauh dari topik yang seharusnya mereka bicarakan.
"Kau tak perlu menanyakan hal itu, karena itu tidak penting. Yang terpenting aku ingin kau membawa Daniel dari Game Master. Puput dan yang lain sudah mengetahui bahwa Daniel tidak ada padaku, cepat atau lambat akan terjadi perpecahan" Joker tidak mau membahas pertanyaan dari Zuna, dia langsung berbicara ke permasalahan utama yang sedang dihadapinya.
"Baiklah akan kuusahakan. Dan sebagai gantinya kau harus tetap menjaga Puput agar tetap berada dipihakmu" balas Zuna yang kemudian pergi meninggalkan sosok Joker.
Tak lama setelah kepergian Zuna pandangan Joker beralih pada sebuah tugu patung yang berada di pinggiran jalan dari kota itu dan letaknya tak jauh dari tempat dia berdiri sekarang.
"Keluarlah … Aku tau kau bersembunyi disana" Joker mengalihkan pandangannya pada sebuah patung besar tempat dimana Rey menyembunyikan dirinya. Tapi sepertinya usaha Rey untuk bersembunyi sia-sia. Joker sudah mengetahuinya.
"Wah… aku ketahuan ya" ucap Rey yang terpaksa keluar dari persembunyiannya. Lebih baik dia keluar secara baik-baik daripada Joker yang memaksanya keluar bukan.
"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Joker merasa curiga pada Rey yang mengikutinya sejak tadi. Tentu Joker sudah menyadari kehadiran anak itu yang mengikutinya secara diam-diam.
.
.
.
.
"Rupanya kau sudah kembali Riko" Siti sudah berada di tempatnya bersama dengan Kimi seolah menyambut kedatangan cowok itu.
"Aku mendapatkan kepingan jiwa Daniel dari Puput. Bagaimana caranya memberikan ini pada Daniel?" tanya Riko setengah terburu-buru langsung menuju tabung dimana Daniel berada.
"Kerja bagus Riko! Aku akan mengeluarkan Gaara dari sana!" balas Siti yang cukup terkejut kalau tindakan Riko tepat sesuai dengan perkiraan Game Master.
Siti menekan tombol merah yang berada pada bagian kontrol yang terletak dibagian bawah tabung itu. Seketika air yang memenuhi tabung itu mengering dan tubuh Daniel terjatuh dari atas tabung dan keluar melalui sebuah lubang besar yang berada di bawah. Kini tubuh Daniel sudah berada di atas besi sebagai penadah.
"Daniel!" Riko dengan cepat menghampiri Daniel yang keluar dari tabung itu. Benar dugaannya Daniel berada pada posisi koma.
"Letakkan kepingan yang kau dapat di atas tubuh Daniel" kata Siti menyuruh Riko untuk melakukan apa yang dia katakan. Tanpa ragu Riko mengikuti ucapan gadis itu. Tak lama kepingan-kepingan itu menghilang.
"Kemana perginya kepingan itu?" tanya Riko bingung dengan hilangnya benda-benda tersebut.
"Jangan khawatir. Kepingan itu sudah berhasil masuk ke dalam tubuh Daniel" jawab Shimizu menerangkan kalau kepingan itu bukan menghilang melainkan sudah masuk ke dalam tubuh Daniel.
"Kalau kita berhasil mengumpulkan semua kepingan jiwa Daniel, dia akan sadar kembali" sambung Siti yang sepertinya sengaja mem-provoke Riko.
"Baiklah kalau begitu ... Aku akan mengikuti Puput. Aoki, ku minta kau disini untuk menjaga Daniel" kata Riko yang sepertinya berencana untuk mengikuti gerakan tim Joker.
"Baiklah. Aku akan menjaga Daniel untukmu" balas Aoki yang langsung tunduk pada perintah Riko.
.
.
.
"Ayo makan dulu Put supaya kau cepat sehat!" Anna datang sambil membawa semangkuk sup untuk Puput.
"Terimakasih Ann" balas Puput yang jadi merasa tidak enak karena telah merepotkan Anna.
Tapi seketika ada seseorang yang muncul dari balik jendela kamar dimana Puput berada. Dan sosok itu adalah Tomi yang masuk menerobos masuk melalui jendela.
"Tom, mau apa kau!" tanya Anna yang langsung bersiaga. Dilihat dari gerak-geriknya dia merasa Tomi memliki niat yang tidak baik.
"Maafkan aku… Tapi aku meminta Puput untuk ikut bersamaku!" balas Tomi dengan serius, dia mengarahkan pedangnya ke arah Anna untuk menyingkir.
"Tak akan kubiarkan!" balas Anna yang berusaha melawan Tomi, tapi tentu saja gadis itu bukan lawan yang sebanding mengingat Anna sendiri baru mencapai level 50, sedangkan level Tomi jauh diatasnya.
"Puput ikut aku sekarang, atau dengan terpaksa aku harus melukai Anna" kata cowok itu setengah mengancam dan posisi Anna yang sudah berada dalam pegangannya.
"Baik aku akan ikut tapi tolong lepaskan Anna" balas Puput yang segera bangkit dari tempat tidurnya.
"Sebelum itu lepaskan seruling itu dari lehermu" Tomi menunjuk seruling yang masih tergantung di leher Puput. Dengan cepat gadis itu melepaskannya dan berjalan mendekati Tomi.
"Maafkan aku. Ayo pergi!" Tomi melepaskan Anna dan menarik Puput. Keduanya menghilang dari balik jendela.
"PUPUTTTT!" Anna berteriak sangat kencang ketika dilihatnya sosok Tomi dan Puput menghilang dari balik jendela.
"Puput... Jo-Joker... JOKER! TOLONG PUPUTTT!" tanpa disadarinya Anna memanggil nama Joker dan meminta pertolongannya. Anna menangis dengan perasaan takut, takut kalau sampai terjadi apa-apa pada teman masa kecilnya itu. Dengan teriakan Anna yang begitu kencang seperti itu tentu membuat para pemain yang berada di bawah mendengarnya juga beberapa pemain yang berada di luar.
"Barusan itu Anna, kan?" kata Nana yang mendengar jelas teriakan itu.
"Apa yang terjadi? Aku mendengar Anna minta tolong!" balas Andre yang tentu saja juga mendengarnya. Secara berbondong-bondong mereka menaiki tangga menuju kamar Puput.
.
"Kalian semua dengar teriakan barusan?" tanya Pandu kepada semua teman-temannya.
"Sepertinya terjadi sesuatu... Ayo kita kesana!" Wahyu dengan sigap segera berdiri dan berlari lebih dulu disusul teman-teman yang lain.
.
"Ada yang tidak beres" ucap Joker seketika sambil memandang bangunan INN yang letaknya sedikit jauh dari posisinya.
"Hah? Apa?" tanya Rey tidak mengerti. Diposisi sejauh itu tentu Rey tidak mendegar teriakan Anna. Dia menatap Joker yang sepertinya merasakan sesuatu.
"Sesuatu terjadi pada Puput" jawab Joker dengan cepat yang kemudian menghilang dari hadapan Rey.
"Oi tunggu!" teriak Rey berusaha mencegah Joker pergi karena pembicaraan mereka belum selesai. Tapi terlambat sosok Joker sudah keburu menghilang duluan. Dengan terpaksa Rey berlari menuju INN.
"Ada apa Ann? Baru saja kami mendengar kau berteriak, apa yang terjadi?" tanya Angel yang berhasil pertama kali masuk dan membuka pintu kamar.
"Pu-Puput ... Tomi membawa Puput pergi!" jawab Anna sedikit terisak. Kondisi Anna sekarang masih dalam keadaan shock.
"Tomi kau bilang? I-itu tidak mungkin... Tomi tak mungkin... " Reza yang mendengar ucapan Anna hampir tidak percaya begitu juga dengan Ryu. Hal ini seperti tamparan keras bagi keduanya. Mereka sangat mengenal Tomi dan mereka sangat tidak menyangka Tomi akan berbuat nekad sampai sejauh ini.
"Dimana Puput?" kemudian muncul Joker diantara mereka sambil melihat sekeliling dan dia tidak menemukan sosok Puput disana.
"Joker... Tolong Puput! Dia dibawa pergi oleh Puput. Kau bisa mencarinya, kan?" Anna berjalan mendekati Joker, matanya memancarkan harapan yang besar pada Joker. Saat itu Anna yakin kalau Joker pasti akan melakukan sesuatu untuk menolong Puput.
"Dia meninggalkan benda ini ... " Joker memeriksa sekeliling dan melihat seruling itu tergeletak begitu saja di atas tempat tidur.
"Aku tak bisa mencarinya tanpa benda ini... Kami tak bisa terhubung satu sama lain" balas Joker yang kemudian mengambil seruling itu dari atas tempat tidur.
"Tidak mungkin ... " Anna berkata penuh kecemasan. Bagaimana dengan nasib Puput nantinya.
.
.
"Sebenarnya kau mau membawaku kemana Tom?" tanya Puput yang kini sedang berada di jalan setapak. Tomi terus mencengkram tangannya dengan kasar dan menyeretnya untuk tetap mengikuti langkahnya.
"Put... Maafkan aku tapi ... Tapi aku tak punya pilihan lain ... Aku ... Aku akan melakukan ketentuan Game Master untuk melenyapkanmu" balas Tomi yang kini melempar Puput ke sebuah pohon besar, membuat tubuh gadis itu menabrak pohon itu dengan kasar.
"Tapi kenapa Tom... " Puput yang kondisinya masih lemah hanya bisa menatap Tomi dengan rasa kecewa dan sedih.
"Sudah dipastikan pilihanmu salah atas Joker dan ternyata Daniel berada pada Game Master dan ... Kemungkinan besar Sasuke berada dipihak yang sama... Maaf Put... " Tomi menjelaskan alasannya kenapa dia melakukan ini semua. Dia mengeluarkan sebuah pedang dengan perlahan diarahkan pada Puput.
"Lakukanlah kalau menurutmu itu benar" ucap Puput dengan mantap. Gadis itu tak bergeming dari tempatnya. Dia hanya memejamkan matanya.
"Maaf Put... "
Apa yang akan terjadi pada nasib Puput selanjutnya? Apakah nasibnya akan berakhir begitu saja?.