"Haaaah… Kenapa tempatnya ramai seperti ini sih!" keluh Anna yang kesal sejak tadi sempat terdorong-dorong oleh beberapa orang yang melintas.
"Kita liat yuk ke depan!" ajak Tomi yang sepertinya semangat sekali ingin tau. Anna dan yang lainnya mau tak mau mengikuti Tomi yang sudah berjalan lebih dulu.
"Eh, itu kan Anna!" kata Pandu yang melihat sosok penampakan gadis berambut pirang yang sedang bersama dua orang lainnya.
"Hah? Siapa?" tanya Steve dengan budegnya. Maklum ini anak kan pendiam jadi belum terlalu kenal sama yang lain.
"Temanku. Kau disini eaja, jangan kemana-mana, nanti hilang!" kata Pandu tidak menjawab pertanyaan Steve. Dia dengan cepat menghampiri Anna yang sepertinya sedang celingukan.
.
"Ann! Rupanya kau disini, ya?" Pandu menyapa Anna, membuat gadis itu kaget dan bingung mau bereaksi bagaimana. Masalahnya sekarang mereka sudah berada dipihak yang bersebrangan.
"Iya … " balas Anna dengan pelan. Pandu terdiam sejenak sambil melihat tangan Anna, dan dia menyadari kalau gadis itu berpihak pada Game Master. Anna yang menyadari tatapan Pandu terarah pada tangannya segera menutupinya dengan tangannya.
"Kau… Berpihak pada GM ya?" tanya Pandu dan Anna mengangguk pelan.
"Ah, sudahlah. Apapun itu kau tetep temanku kok!" bales Pandu sambil nyengir kearah Anna. Anna terdiam sambil menatap Pandu tak percaya. Awalnya dia mengira Pandu akan memarahinya dan mengatakan kalau dia tidak setia kawan atau berkhianat, ternyata dugaannya salah.
.
"Anna, bersama siapa tuh?" Ryu menunjuk Anna yang sedang mengobrol bersama Pandu. Yah, Ryu kan tidak sempat bertemu Pandu. Dia mengenal Pandu sih tapi tidak begitu dekat selama di game.
"Kesama yuk!" timpal Tomi yang langsung menarik Ryu untuk menghampiri Anna dan Pandu.
.
.
"Anna, punya teman kok tidak di kenalin ke kita-kita?" kata Tomi yang sudah muncul disitu, sekarang dia sedang berdiri sambil nyengir. Di sebelahnya ada Ryu yang pasrah melihat Tomi menggangu orang ngobrol.
"Oh, iya. Ini Pandu! Dan Pandu, mereka Tomi dan Ryu." Kata Anna sambil menunjuk Tomi dan Ryu secara bergantian.
"Oh, iya aku tau tentang kalian dari Reza" balas Pandu yang memang sepertinya sempat mendengar Reza bercerita tentang dua temannya yang berpihak pada Game Master. Setelah mendengar nama Reza, kedua pemuda itu memasang wajah sedih.
"Jangan begitu! Teman ya teman. Tak peduli ada dipihak mana, tali persahabatan tidak bisa putus begitu saja" kata Pandu yang mencoba menghibur Tomi dan Ryu. Anna tersenyum kecil saat mendengar ucapan Pandu, semakin lama sikap Pandu menjadi sedikit mirip dengan Michael. Padahal dulu Michael selalu bertengkar dengan Pandu, tapi siapa yang menyangka kalau sekarang keduanya malah menjadi teman dekat, bahkan Pandu sanggup menggantikan posisi Jis sebagai teman terdekat Michael saat ini setelah Daniel.
.
.
.
"Andre?" Nisa terkejut saat melihat Andre yang sedang berada disalah satu meja makan dan sedang melahap beberapa daging kesukaannya.
"Nisa!" seru Andre juga terkejut dan segera melambaikan tangannya pada gadis itu.
.
.
.
"Kira-kira berapa lama perjalanan kita untuk sampai ke Fairy island?" tanya Puput yang sekarang sedang mengarungi aliran sungai.
"Kalau tidak salah, Momo mengatakan membutuhkan waktu satu jam untuk sampai kesana kan" ucap Dio lalu mengingat-ingat perkataan Momo. Peri yang tadi mengantar mereka.
"Satu jam dalam kebosanan. Mending aku tidur dulu deh… Hoamzz" celetuk Rio dengan malas. Dia sudah menguap lebar sedari tadi.
"Woi, jangan tidur!" kata Dio setengah sewot melihat Rio yang sudah ambil posisi tiduran. Sudah tau perahunya kecil dia malah seenaknya tidur. Perahu ini hanya cukup untuk dinaiki enam orang, dan di tengah perahu ini ada kubah yang menutupi. Mereka duduk di dalam kubah itu. Michael dan Queen Marie tidak ikut karena Michael mual mendadak karena pusing dan Queen Marie juga Tak ikut, untuk berjaga-jaga.
"Berisik kau! Bangunkan aku kalau sudah sampai!" bales Rio tak peduli dengan ocehan Dio.
.
.
.
"RERE! RAMA!" Amel berlari cepat saat melihat Rere dan Rama baik-baik saja.
"Ah, syukurlah kalian semua tidak apa-apa!" ucap Rere turut senang.
"Eh? Kemana Sam?" tanya Rama yang menyadari sosok pemuda pendiam itu tidak ada diantara mereka.
"UWAAAAA!" mendadak Amel menangis keras sambil memeluk Rere.
"A-ada apa?" tanya Rere bingung dengan sikap Amel yang tiba-tiba berubah.
"Sa-Sam… Hiks… Dia game over! Huhuhu… " jawab Amel sambil setengah terisak. Kelihatannya Amel sedikit traumatic dengan apa yang dia lihat sebelumnya. Dia terus saja memeluk Rere sambil menangis pelan.
"Eh? Apa gue meninggalkan kejadian penting?" samber Rika yang nongol dari arah samping (dia abis cari rumput obat-obatan untuk mengobati luka Rama dan Rere).
"RIKA!" Hery dan Wahyu terkejut melihat Rika yang dikira sudah game over muncul dalam keadaan baik-baik saja.
"Kau masih hidup?" tanya Hery setengah tak percaya.
"Yo'i. Pak Arjuna yang menolongku. Waktu tubuhku akan terjatuh ke air terjun curam itu, Gama menarikku memakai lidahnya" balas Rika menjelaskan kronologis kejadiannya bagaimana dia bisa selamat.
"Begitulah!" kata Gama yang kini sudah berubah wujud menjadi kecil sambil melambai ke arah Hery dan Wahyu.
"Tenang saja! Kita bisa mengembalikan mereka kalau kita berhasil menyelesaikan ini semua" kata Arjuna memberitahu dengan yakin.
"Benarkah itu Pak Arjuna?" tanya Rama yang sepertinya terkejut dengan berita tersebut.
"Benar sekali. Apa kalian tidak percaya pada admin?" kata Arjuna meyakinkan ucapannya pada yang lain sambil menatap serius yang lainnya. "Jadi tenang saja. Kita harus bisa mengakhiri ini semua" sambungnya lagi memberi kekuatan tekad pada yang lainnya.
.
.
Toy's City ...
.
.
"Lihat, lihat! Pamerannya sudah dimulai!" kata Steve dan Tomi bersamaan. Sekarang mereka sedang berbaris diposisi paling depan untuk menonton pameran mainan itu.
"Tapi tidak usah norak!" balas Pandu dan Ryu bersamaan yang heran kenapa temannya berubah autis mendadak.
.
.
.
"Erik kau kenapa?" tanya Puput ketika melihat anak kecil itu duduk lumayan menjaga jarak dari Joker dan terlihat diam saja sambil memalingkan wajahnya dari NPC itu.
"Aku tak apa-apa sih… Ha-hanya saja … Aku … A-aku takut pada badut!" jawab Erik setengah terbata-bata sambil melirik kearah Joker yang dia panggil badut itu.
"Ba-badut… " Sakura setengah sweatdrop sambil melirik kearah Joker yang sepertinya memberikan sedikit reaksi atas ucapan Shouta barusan.
"Hmph … Fufufufufu … " Dio berusaha mati-matian untuk menahan tawanya agar tidak meledak. Ayolah, NPC langka seperti dia disamakan dengan seekor (?) badut. Benar-benar menjatuhkan harga diri itu namanya. Tapi siapa suruh juga kenapa tampilan Joker mirip sekali dengan badut ancol yang sering mejeng dipertunjukan-pertunjukan sirkus.
"Jadi kau takut pada badut ya?" tanya Joker yang malah sengaja memamerkan wajahnya di depan wajah Erik, membuat bocah itu membeku seketika alias ketakutan. "Kalau begitu, akan kubuat kau tidak takut lagi pada badut" katanya lagi sambil tiba-tiba menggendong Erik. Jelas saja anak itu kelabakan dan menjadi histeris sambil meronta.
"UWAAAA! TURUNKAN AKU KAU BADUT NAKAL!" teriak Erik sambil memukul-mukul wajah Joker, meminta untuk diturunkan. Tapi bukannya diturunkan, Joker malah semakin menjadi. Dia malah memutar-mutar Erik dan sesekali mendekatkan wajah anak itu ke wajahnya sendiri.
"Hentikan Joker kau membuatnya takut!" omel Puput yang secara tiba-tiba memukul kepala Joker dengan 'agak' keras.
BLUGH!
Joker secara tiba-tiba melepaskan gendongannya dan membuat Erik langsung terjatuh kebawah, membuat anak itu mengaduh kesakitan.
"Hiks… Aku jadi semakin takut dengan badut" gumamnya sambil berusaha untuk duduk kembali.
"Hebat sekali tenagamu seperti monster" kata Joker memberi komentar mengenai tenaga Puput. Jangankan di game, di dunia nyata saja kekuatan Puput memang mengerikan.
"A-apa yang kau katakan!" hardik Puput dengan gaya preman yang muncul tiba-tiba.
"Yang mana? Oh, tenaga wanita gorilla?" tanya Joker malah semakin menjadi-jadi.
"APA! Wa-wanita gorilla?" Puput meloncat kesal. Sebelah kakinya sudah dia naikkan keatas bangku dan tangannya sudah menunjuk-nunjuk Joker dengan kesal.
"Bukan ya?" tanya Joker malah bersikap innocent, tidak perduli kalau kepala Puput sudah mengeluarkan asap.
"Coba katakan sekali lagi yang kau bilang tadi!" kata Puput menantang dengan sengit.
"Yang tenaga monster? Wanita gorilla? Atau gadis tomboy bertenaga seperti dinosaurus?" tanya Joker yang sepertinya sengaja membuat Puput kesal. Dia malah semakin jadi meledek gadis itu.
"Grrr… Tidak ada ampun lagi Joker!" teriak Puput yang mengumumkan perang pada Joker. Tanpa terduga dia melompat dan berniat untuk memberi pelajaran pada NPC yang satu itu.
BAK!
BIK!
BUK!
"Hoammzz … Kalian berdua berisik sekali sih! Apa tidak bisa tenang sedikit? Aku jadi tidak bisa tidur lagi nih!" keluh Rio yang terbangun dari tidurnya.
BAGH!
Satu tonjokan mendarat telak di atas kepala Rio membuat pemuda itu tertidur kembali, dengan kata lain dia jatuh pingsan.
"Selamat menikmati tidurmu Rio!" balas Puput dengan garang setelah melihat pemuda itu tertidur akibat tonjokannya.
10 menit kemudian …
.
BLUGH!
Joker terjatuh dengan posisi tertelungkup dengan Puput yang mendudukinya sambil memasang wajah puas. Untuk urusan ngamuk-mengamuk, Puput memang paling juara. NPC itu sekarang tidak berkutik, tapi mulutnya tetap saja tidak bisa diam untuk membuat Sakura kesal.
"Kau memang benar-benar gadis yang paling menakutkan yang pernah kutemui" ucapnya dengan datar.
"Ngomong sekali lagi aku akan membuatmu babak-belur lagi!" ancam Puput dengan wajah seram, tapi sepertinya ancamannya tidak berpengaruh pada Joker.
"Kenapa? Saya hanya sedang memuji kekuatanmu. Gadis bertenaga monster" balasnya dengan perasaan tidak bersalah kalau ucapannya itu tidak pantas sebagai sebuah pujian untuk seorang gadis.
"Dio! Aku pinjem kain yang di tangan mu itu!" kata Puput sambil menunjuk kain-kain putih yang membalut tangan Dio.
"Buat apa?" tanya Dio dengan cengo. Cowok ini memang selalu membalut kedua tangannya dengan kain putih yang sengaja dia lilitkan. Katanya sih biar terlihat lebih keren.
"Buat sumpel mulutnya nih! Sama iket tangannya!" kata Puput dengan muka psikopat.
"Biar aku aja!" balas Dio yang langsung nyengir. Kapan lagi dia bisa menistai NPC ini setelah sebelumnya rencananya untuk mencemplungkan NPC ini ke sumur gagal. Dengan cepat Lee mengikat tangan Joker dan menyumpal mulutnya itu.
"Ini akibatnya kalau berani mengatai aku!" kata Puput dengan senang dan tertawa puas. Erik diam-diam nyengir bahagia karena dendamnya terbalas.
.
.
.
"Lebih baik untuk hari ini kita bermalam disini. Aku akan pergi mencari air, sisanya cari kayu bakar dan makanan" kata Arjuna yang kemudian beranjak berdiri dan pergi bersama Gama yang kini ukurannya sudah mengecil.
"Kalau begitu aku akan pergi mencari kayu bakar" kata Rika memutuskan untuk pergi mencari kayu bakar.
"Aku ikut!" samber Hery yang segera menyusul Rika.
"Aku akan mencari makanan. Amel, kau disini dengan Kisa. Jaga Rama dan juga Rere" kata Wahyu yang juga pergi untuk mencari makanan.
"Aku mengerti. Kalian hati-hati ya!" balas Amel seraya mengangguk cepat dan menggeser posisi duduknya lebih dekat kepada Rere.
.
.
.
"Wow! Mainannya keren-keren!" ucap Tomi dengan takjub saat mainan-mainan raksasa itu dipamerkan muncul satu-persatu dari dalam kotak hadiah. Sedangkan Steve menyaksikan dengan mata yang sparkling-sparkling.
"Dan ini dia kotak mainan terakhir! Mari kita lihat apa isinya!" kata sang pembawa acara dengan sangat antusias, membuat para penonton yang ada disana ikut antusias untuk menyaksikannya.
"WAW … !" begitulah kira-kira respon para penonton saat melihat isi dari kotak terakhir itu, yang memunculkan sebuah mainan raksasa (ukurannya mungkin 4 kali dari tubuh pria dewasa) dengan bentuknya seperti bayi. Tapi ada yang aneh ketika mainan itu bergerak dan menyerang penonton! Kepanikan pun terjadi.
"ASTAGA! INI, KAN GIANT BABY!" teriak Pandu sambil berlari dari serangan si bayi.
"Benar juga, pantas seperti pernah melihat bentuknya!" bales Ryu yang rupanya baru ingat. Maklum kalau di game bentuknya tak sebesar ini cuma namanya doang giant baby. Ternyata pas lihat aslinya gede banget.
"Giant baby apa tuh?" tanya Anna yang memang tak tau sama sekali soal monster ini.
"Itu monster bayi raksasa, termasuk salah satu monster MVP!" kata Pandu menjelaskan kalau ternyata monster itu tipe MVP. MVP adalah monster yang memiliki jumlah point lebih besar dari elite boss dan memang diperuntukkan untuk menjadi monster yang harus dikalahkan oleh para pemain dalam jumlah yang banyak.
"Jangan banyak bicara ayo cepat kabur dari sini!" kata Steve yang langsung mendorong Pandu.
.
"Ada apa ya di luar?" Nisa berusaha melongok keluar bersama dengan Denis dan Andre untuk mengetahui dari mana asal suara kegaduhan tersebut. Akan tetapi pemilik INN tersebut dengan cepat menutup pintu rapat-rapat dan meminta agar tidak ada satu pun yang keluar.
"Di luar ada monster! Bayi raksasa. Kumohon untuk semua pelanggan untuk tidak meninggalkan tempat ini" katanya dengan keringat dingin yang mengucur keluar.
"Sepertinya itu giant baby and our comrades" kata Kaze datar sambil menunjuk Pandu serta Steve yang berlari, di belakangnya menyusul Anna, Ryu dan Tomi. Dan tampak seorang bayi besar yang mengejar mereka.
"Itu, kan… Ryu dan Tomi. Apa yang mereka lakukan disini?" kata Reza yang melihat kedua temannya di luar.
"Apa kita harus menolong mereka?" tanya Angel yang mencemaskan Pandu dan yang lainnya.
"Tidak usah khawatir" kata Fugo dengan datar.
"Giant baby pada dasarnya bukanlah mahkluk jahat, dia tidak memiliki skill yang mampu melukai orang lain" timpal Kaze menjelaskan maksud dari kata-kata Fugo yang mengatakan untuk tidak khawatir.
"Hanya saja … " Kaze tidak melanjutkan ucapannya.
"Giant baby memiliki kemampuan untuk melumpuhkan dan melemahkan pertahanan lawan. Dia musuh yang cukup merepotkan" sambung Sinta yang kemudian berjalan keluar sambil mempersiapkan kipas besarnya.
"Sinta kau mau apa?" tanya Nana begitu melihat gadis berkuncir empat itu membuka pintu INN.
"Mau apa lagi? Tentu saja melawan mahkluk besar itu!" jawab Sinta sambil menyeringai kecil. Dia memaksa pemilik INN untuk membuka pintu untuknya.
"Tunggu, aku ikut!" kata Denis yang bergegas menyusul Sinta.
"Aku juga ikut!" Reza ikut menyusul Sinta dan Denis yang sudah keluar lebih dulu.
"Tunggu!" teriak Angel yang juga tak mau kalah.
"Yang lainnya tetap di dalam!" kata Sinta saat sudah berada tepat di depan pintu bersama yang lainnya. Mereka menurut dan tidak protes.
"AERO BLASTER!".
Bagaimana pertarungan Sinta dan yang lainnya melawan Baby Giant itu?