Santos segera berlari ke dapur. Diambilnya pisau daging berwarna keperakan yang setiap hari diasah. Dengan cekatan Santos keluar ruangan. Tak dihiraukan sedikitpun istrinya yang kencing di celana, ketakutan.
Wushhhhhh.....
Oke pembaca yang setia, kira-kira apa yang akan dilakukan Santos :
1. Berlari menyelamatkan diri seperti pecundang, atau
2. Nothing to lose, menyerang semut raksasa ?
Ya. Tepat sekali.
Hidup hanya sekali. Jalani dengan sepenuh hati.
"Rupanya hari ini datang juga. Tidak sia-sia kuasah pisau ini selama 10 tahun." pikir Santos.
Santos naik tangga ke atas genteng. Ia melompat. Berpegangan di antena semut.
Kuangggggggg....
Eksoskeleton semut lebih tebal dari yang Santos duga. Pisau dagingnya gagal menembus kepala semut.
Semut melawan. Kepalanya digoyangkan ke segala arah tapi Santos tak juga lepas. Semut mulai marah. ia berlari ke depan. Menerjang rumah-rumah tetangga Santos. Hancur semua. Namun Santos tetap tak tergoyahkan. Merasa frustasi, semut pun mulai menjerit.
Kriiieeeeeekkkkkkkk....
Gawat. Serangan suara ultrasonik memekakkan telinga Santos. Kepalanya mulai pusing. Perutnya mual.
Ini tak bisa dibiarkan.
Dengan tangannya yang gesit, pisau di tangan Santos mulai menari.
Thousand Dancing Knife.
Muncullah ribuan bayangan pisau yang berkilau. Dengan gerakan yang liar semuanya mengikuti perintah Santos.
"Serang leher...."
Crassshhhhhhh !!!!!!!
Leher semut raksasa putus. Darah hijau mengalir deras. Santos pun melompat turun. Tubuh besar Semut ambruk. Debu-debu beterbangan.
Santos berdiri tegak. Rambutnya melambai tertiup angin sepoi layaknya seorang hero.
Hidup sepenuh jiwa.
Krieeeekkkkkkk...krieeeekkkkkkk...
Rupanya puluhan bahkan ribuan Semut raksasa merasakan sedihnya kematian salah seekor dari mereka. Tak ayal mereka bersegera datang berdiri melingkar siap untuk menyerang Santos.
"Pak.... Pak. Kenapa galon jatuh malah melamun ? Bapak sakit ?" ucap istri Santos.
Terperanjat. Santos tersipu malu.
"Enggak Ma, ini lagi siap-siap beli galon".