Akhirnya Santos tiba di toko penjual air minum.
"Mbak....eh mas, saya beli galon."
"Manggilnya mbak donk. Kan eike masih muda." ucap seorang laki-laki yang berdandan ala-ala wanita.
Bulu kuduk Santos berdiri. Benar, bahwasanya ia tak takut apa pun. Tapi kalau berhadapan dengan waria... well..... itu hal yang berbeda.
"Eh...iya mbak. Galon satu berapa ?"
"Delapan belas ribu. "
"Okay."
Wuuuussshhhh...
Dengan kecepatan kilat Santos langsung kabur setelah meletakkan uang pas di meja kasir.
"Uhhh.... hampir saja."
Brakkkkk.... Klunting.....
Suara meja patah terdengar tak jauh dari posisi Santos berdiri. Ia pun menengok, penasaran. Terlihat pemilik toko tergopoh-gopoh meminta maaf kepada orang-orang berbadan besar.
"Maafkan kami. Bulan ini dagangan kami agak seret." ucap pemilik toko.
"Itu bukan urusanku. Cepat bayar uang keamanan." gertak laki-laki berbadan besar.
Pemilik toko memandang wajah Santos dengan penuh harap. Berharap agar dibantu.
Okay kawan, kisah ini terlalu klasik untuk dijelaskan. Langsung ke akhirnya saja.
Tubuh pria-pria berbadan besar itu jatuh lunglai ke aspal. Sebagian tulang mereka patah dan dislokasi. Malangnya nasibmu.
Geng Kampung ? Gak Level.
Salah seorang pria berbadan besar tiba-tiba mengeluarkan suar.
Duarrrrr....
Terbentuk gambar kera besar di langit. Itu adalah tanda anggota geng kera meminta bantuan.
Seakan terheran-heran dengan suar tersebut, senyum simpul untuk kedua kalinya tergambar di wajah Santos.
Hidup memang tak terduga.
Apakah Santos dalam masalah besar ?
Kita tunggu lanjutannya..