Pertempuran dahsyat WSR II terjadi saat aku sedang berlibur 3 hari pasca-tewas dibunuh Sebahmah dan gangnya. Alkisah, setelah WSR kita berhasil rebut, pemerintah mengamankan bagian Eastern Region lalu memerdekakannya kembali ke tangan Rusia demi memblok serangan Rumania.
Untuk sementara, segalanya berjalan damai. Kita bisa bernafas lega. Semua penduduk mulai berbondong-bondong pindah ke WSR, termasuk mayat saya, dan akun baru saya: elros elrond.
Tapi eRumania tidak putus asa. Mereka meminjam dana habis-habisan, melakukan sistem diktaktor militerisme buat memaksa warga mereka bekerja khusus memproduksi senjata dan bijih besi. Mobilisasi mereka keras dan ketat, memertaruhkan segalanya demi merebut kembali WSR.
Mereka sengaja tidak memperpanjang MPP mereka dengan eNorwegia, lalu menyerbu eNorwegia, mem-by-pass region mereka, lalu sekali lagi bertetangga kembali dengan WSR, lalu pada saat di Indonesia dinihari, waktu yang sangat tidak menguntungkan, mereka menyerang WSR kembali.
Pertempuran WSR kedua pun pecah sudah.
Tank-tank kedua belah pihak saling menyerang tanpa henti. Tapi Wall WSR yang didgaya itu pun berhasil dikerek turun hingga tembus oleh pasukan ATLANTIS. Ada kritikus yang menganalisa bahwa kesalahan eIndonesia adalah karena tidak menurunkan Tank pada hari pertama perang. Itu tidak benar. Kita juga menurunkan Tank kita dengan dahsyatnya.
Kali ini aliansi ATLANTIS bersatu padu, tidak seperti eUSA yang berperang sendiri di ranah Sombrero (eMexico) saat kita menghajar West Siberia pada awal bulan Maret.
Pada dini hari menjelang pertempuran usai, saya masih sempat online dan melihat wall masih berada di batas aman, 20k di admin center. Tapi saya masih nubie. Saya tidak mengetahui bahwa sekalipun 24 jam lewat, pertempuran masih berlanjut sampai ada yang bisa menjebol sampai ke bawah admin center (underground), atau mengangkat wall dan mengusir musuh sampai No Man's Land.
Terus terang saya juga baru mengetahui hal ini dari perang melawan USA kemarin di California (hehehehe). Saya hanya mendengar kisahnya di kemudian hari. Pada saat tengah malam, semua personel ABeRI sudah sibuk meronda, bahkan mencari-cari mana tentara yang belum turun.
Senjata pun dikais-kais dari mana pun.
Senjata yang demikian langkanya...
Banyak yang menyumbangkan senjatanya ke Pemerintah.
Membanting harga...
Banyak Tank yang turun hanya bermodalkan Q4 saja..
Semuanya memburu momen...
Bersaing dengan pasir waktu yang kian menurun...
YM diteriaki, tapi tetap saja banyak yang tidak hadir. Sementara tank-tank musuh kian bergelora, di lajur sebelah kanan, kita defender hanya terdiam pasrah.
Menyesakkan. Memilukan.
Perasaan yang ada hanyalah marah, kesal, tak berdaya, dan lelah.
Maklum, saat itu di Indonesia adalah dinihari, sedangkan musuh malam hari. eRumania berhasil membayar kekalahan mereka yang pahit dalam pertempuran WSR I. Pada pukul 5 pagi, semuanya selesai.
West Siberia had been conquered by Rumania.
Gelap hati tiada terkira...
Dada serasa gemuruh oleh segala macam perasaan yang hitam dan bergemuruh...
Berbisa...
Erepindo-talk sunyi. Para pejuang kita hanya bisa terdiam. Terpana...
Tidak mau memercayai bahwa kenyataan bisa demikian memerihkan...
Betapa kemalangan bisa demikian menghempaskan...
Setelah perjuangan demikian berat... Mata demikian merah dan lelah...
Tidak ada yang bahkan berpikir bahwa inilah kira-kira yang dirasakan orang Rumania dua minggu yang lalu. Semuanya hanya bisa terpekur diam.
Tidak ada yang bersuara...
Pekak rasanya oleh suara kesunyian yang mengerikan ini...
Channel erepindo-talk yang demikian bising oleh celotehan dan curahan emosi...
yang biasanya hidup dan berdenyut:
Saat itu begitu hening...
Marah. susah, duka...
Ingin rasanya meneriakkannya...
Tapi bahkan tidak ada yang menggerakkan jarinya...
Bengong...
Hingga mereka melihat Presiden Rikwandi berbicara.
Pak Presiden mengucapkan sesuatu yang demikian berkesan sekali bagi orang-orang yang saat itu hadir di sana. Para saksi sejarah yang menceritakan momen itu kepada saya.
Kira-kira beliau berkata begini: "Teman-teman, meski kita kalah, terima kasih banyak ya sudah mau berjuang bersama. Saya sangat menghargainya. Jangan patah semangat. Kita masih bisa menang!"
Sebagian besar dari kita begitu mudahnya untuk marah dan mengucapkan kedengkian, menyangkal kenyataan, atau mencari kambing hitam... atau meneriakkan, "Kenapa kita kalah?!!"
"si X sih!! si Y lah!"
"Ke mana kalian semua?!!"
Atau segala macam serapah yang sebenarnya hanya makin membunuh jiwa...
Betapa sulitnya dan bijaknya mengatakan DALAM suasana yang demikian genting dan menentukan, kata-kata bijaksana dan rendah hati ini: "Terima kasih sudah berjuang bersama. Jangan putus asa. Maafkan kami, mari kita berjuang lebih baik lagi."
Suasana murung tak terhentikan tiga hari setelahnya. Banyak artikel analisis kering dan dingin bermunculan, mengulas apa dan kenapa, bagaimana dan kapan, tapi tidak ada yang bisa mengguratkan bagaimana momen itu. Menyarikan apa yang tak terucapkan, yang mengguntur, menggelegar dalam benak ribuan orang.
Sungguh ini adalah fenomena tak terkatakan.
Dan ini pun baru awal dari mimpi buruknya. eRumania terus merangsek, dan bangsa kita makin terpuruk dalam kekalahan demi kekalahan. Namun berkat semangat kita yang tak kenal menyerah, setelah mencapai jurang paling dalam, bangsa ini berhasil mendaki dan kembali bangkit kelak. Kembali menantang eRumania dalam pertempuran paling bersejarah sekaligus pertempuran penghabisan: Pertempuran West Siberia III.