Chereads / Ketika Indonesia Menaklukkan Dunia / Chapter 34 - Gathering Nasional eRepublik Indonesia

Chapter 34 - Gathering Nasional eRepublik Indonesia

Saya belum pernah mengikuti Gathering eRepublik lokal (Jakarta, Bandung, Surabaya, Jogjakarta) yang pernah diadakan dulu, karena selalu tabrakan dengan jadwal RL saya. Beruntung panitia Bandung mulai mengadakan Gathering skala Nasional eRepublik di Padepokan Karang Tumaritis, Lembang. Hanya dengan membayar seratus lima puluh ribu rupiah, kita bisa melewatkan tiga hari dua malam bersama para srikandi dan arjuna eIndonesia, bertemu tokoh-tokoh legenda eIndonesia.

Pengabdian dan dedikasi para pemain sepuh zaman Beta pun terlihat. Banyak dari Kalimantan yang sukar datang, namun mereka memberikan data talangan hingga jutaan rupiah. Maka tak nyana pada tanggal 26-28 Juni kemarin, saya akhirnya bisa bertemu dengan warga-warga eIndonesia yang selama ini cuma saya jumpai lewat chat dan avatar. Kini saya bisa bertemu langsung dengan mereka, dan saya bisa mengatakan bahwa menyesal sungguh orang yang belum bergabung dengan game dan komunitas yang luar biasa ini. Bahkan kata-kata LUAR BIASA, DAHSYAT, ato semua kata motivator laennya udah gak mempan sama yang satu ini HIDUP INDONESIA!

Kisah Gathering ini saya mulai di suatu siang hari, kala saya memasuki lapak shuttle bus Xtrans di Ruko Palais Lippo Karawaci. Sebelumnya sudah janjian akan bertemu dengan blink_az aka Ond3l alias kang Adit. Dengan malu-malu mendekati meja tiket, sementara pandangan saya menyapu semua calon penumpang. Hanya 1 yang kira-kira mencurigakan karena menatap aneh kepada saya. Ia berbadan tinggi besar, membawa bawa tas besar, erkaos merah dan bercelana jins. Ia memperkenalkan diri sebagai kang adit alias Ond3l, sang pengusaha eIndonesia kawakan sekaligus Gubernur NBI. Di RL-nya dia bekerja di Bang CIMB Niaga di Lippo Karawaci.

Lalu sepanjang perjalanan yang tiada berasa, bertukar pikiran mengenai keadaan cadangan emas dan IDR negara; lalu kasus penjualan gold menjadi rupiah RL oleh para pedagang pasar gelap; tak terasa kami asyik mengobrol soal politik dan ekonomi, hingga akhirnya kami sampai ke bandung pukul setengah enam sore. Lalu sambil menunggu jemputan yang belum datang, akhirnya muncul juga panitia gathnas menemani kami rumah makan Ayam Jakarta, Bandung.

Pertama yang datang adalah fajar, simon alias drestamerjuna , dan dhiarkh. Wew, suasana langsung ramai, dan kami ngobrol ngalor-ngidul mengenai erepublik dan menyinggung beberapa gathering yang ternyata sering diadakan anak-anak eRep Bandung. Lalu juga sedikit membicarakan isu serangan ke eHawaii yang sangat ditunggu-tunggu, sampai kelompok mamih sandygee, kang aban, kang bulubaok , anindya, kang keril ama sutan alias Profesor Andrianto alias Rudsaint datang.

Lama banget kami mengobrol di sana. Akhirnya pukul 10 malam, rombongan kecil kami baru naik ke Lembang. Ketemu nugelobudug di alfa Midi, kemudian langsung bertolak menuju Padepokan Karang Tumaritis karena dikabarkan sukm ama gagah sudah kesepian menunggu di sana sejak jam 12 siang. Disinyalir bahkan mereka sudah hampir berbuat yang bukan-bukan (membakar padepokan ato mandi berdua ala maho). Muncul kabar lagi bahwa om Isnuwardana beruntung bisa hadir menemani mereka jam 9 malam.

Tempat Gathnas kami ternyata vila berudara sejuk yang sangat luas. Besar lagi sejuk dan rindang, lengkap dengan anak-anak Unpad yang juga mengadakan acara di sana. Setelah menaruh tas, kami makan dan ngumpul di joglo dan aula. Mamih Sandygee, Anindya, sama kang Aji langsung buka lapak pendaftaran.

Nugelobudug langsung beraksi menunjukkan berbagai sulapan kartu selagi yang lainnya mencoba online dengan laptop kang adit atau laptop siapa satu lagi. Sebelumnya beberapa pemain yang dekat dengan Mimin telah memberitahu akan diadakan acara gathnas ini agar kami boleh online menggunakan 1 ip bersama-sama selama 2-3 hari. Repot kalau Pemerintah dan tank-tank ajaib di-ban hanya karena Gathnas. Kebetulan malam itu pas eHungaria menyerbu Raska (LIHAT Bab sebelumnya), dan kami bergantian menyumbangkan damage sekadarnya di sana.

Selagi malam kian panas dengan obrolan eRepublik, klenik, main tepok, kopi darat, gelombang demi gelombang makhluk-makhluk #erepindo-talk berdatangan. Para Tank, FM, serta GM kelas kakap kontan ngumpul dan mengobrol. Diperkirakan 20% kekuatan Tank inti eIndonesia rasanya kumpul di sini.

Ada om Bima yang tinggal di Jakarta. Beliau adalah pendiri PReI, mantan presiden, ahli strategi perang, sekaligus eSuami Sandygee. Mamih Sandygee sendiri adalah dosen arsitek yang tinggal di Kupang, NTB. Lalu kang aban yang berjenggot dan suka bercanda lepas bekerja di bidang IT, termasuk pernah memberikan sarah sehan penggunaan Facebook ke ibu-ibu Bhayangkari Provinsi Jawa Barat

flik_kenni yang banyak sekali pengetahuannya soal eRepublik dan aliansi masih mahasiwa menjelang tugas akhir. Sama dengan sukm. Hadir juga kang Masila, presiden bulan itu, yang langsung dari Papua (RL) datang jauh-jauh ke Lembang. Kang Masila adalah pegawai audit instansi pemerintah di Papua. Kerjanya seringkali bepergian ke wilayah-wilayah terpencil, namun dedikasinya kepada eIndonesia sungguh luar biasa. Bicara soal daerah terpencil, salah satu presiden dan sesepuh eIndonesia, kang Bolodewo tinggal di kalimantan dan pernah menemani Tim National Geography masuk ke pedalaman hutan Kalimantan. Seru yah kedengarannya.

Lalu, tentu saja om Isnuwardana, nabi adam eIndonesia, seorang dokter dan dosen di Universitas Mulawarman. Ia mengenakan jaket klub Kendo Monash University di Australia.

Tanker dan srikandi kita, Vienna Elle adalah mahasiswa di London School University. Sedangkan mbak ina_indonesia, yang pernah jadi eIstri kang aban, adalah pegawai negeri departemen kesehatan di Jawa Timur.

Malam makin larut seiring makin banyak orang yang berdatangan. Perlahan saya mulai menggigil kedinginan. Sungguh kesalahan fatal ndak membawa jaket tapi untung mbak Elle meminjami saya jaket.

Sampai jam lima pagi kami ngobrolin rencana eIndonesia menuju Hawaii, menunggui perang eSerbia yang berakhir dikalahkan musuh. Sepet rasanya, saya rebah 1 jam di ranjang, sebelum terbangun pagi-pagi benar. Lalu bersama kang Sutan atau rudsaint kami ngobrol dengan Mamih Sandygee dan axllyne di paviliun dekat kandang burung merak.

Ternyata banyak sekali yang tidak saya ketahui mengenai keadaan politik zaman dahulu, sungguh senang bisa ketemu mamih yang banyak cerita kepada saya. Juga kang sutan yang bercerita seru mengenai PKeI zaman dahulu. Bagaimana pada zaman sebelum modul perang muncul, suasana politik dalam negeri begitu panas melebihi pijar api plus cabe rawit. Bagaimana anak-anak ngumpul di YM conference setiap hari dan ngobrol sampai pagi. Bagaimana perseteruan IDS vs PKeI bermula. Lalu keluhan mereka mengenai iklim politik saat ini yang halus dan lembut, adem ayem, tidak seperti dulu.

Wew, rasanya bagaikan ikut bersama mereka kembali ke masa lalu. Tibalah saatnya mandi pagi sebelom makan, harus mandi biar tidak tambah menggigil. Selepas mandi langsung ambil tas karena digusur kamarnya dan kumpul di joglo. Acara perkenalan pun berlangsung selepas makan nasi uduk. Sebelumnya ketemu sama emortal, Jaka Aldila, Cassava, yang ternyata datang jauh-jauh dari Surabaya, hebat!

Makan pagi yang diwarnai pembicaraan seru bersama kang masila mengenai keadaan Papua. Kisah-kisahnya mengenai bagaimana sepiring nasi goreng di pinggir jalan bisa seharga 150 ribu di pelosok Papua, wew! Lalu saya satu meja dengan kang Mata-mata Legendaris, yang menceritakan mengenai "sedikit" petualangannya di Norwegia.

Mataku yang sudah 5 watt langsung jadi seterang Phillps pas acara perkenalan. Satu per satu peserta diminta saling memperkenalkan sambil diiringi lawakan dan canda tiada henti. Karena sudah saling mengenal di eRepublik sedemikian lama, jelas joke-joke di IRC dan artikel kini bermunculan dalam Gathnas.

Perut yang sudah kenyang ketawa dari kemaren malam sekarang sampai sakit dikocok-kocok ama mereka. Lalu acara dilanjutkan dengan membuat segulung karton pajang yang dilukis dengan timeline sejarah eIndonesia. Mulai dari pembentukannya hingga Juni 2009. Peserta bebas mencorat-coret dan menandai kapan dia lahir, kapan parpolnya lahir, kapan perang ini terjadi. Segera terjadi diskusi dan corat-coret yang mengasyikkan. Lalu ada kuis dengan hadiah langsung kaos atau buku kiriman Mimin dari eRumania.

Sehabis makan siang, kemunculan mamangbakso membuat saya terpana. Itu kan temen baek kakak saya dulu! Mamangbakso, komdiv lendir, ex-presiden Afsel, pengusaha kripik pisang lampung itu ternyata dia toh! Kontan kami berjabat tangan sambil saling tersenyum lebar. Mungkin pikiran kami sama: dunia benar-benar selebar daun kelor.

Setelahnya, kami semua, rombongan sekitar 45-50 orang, pergi berwisata naik mobil ke Tangkuban Perahu. Indahnya kawah Dayang Sumbi dan Sangkuriang di kala sore hingga senja. Dengan mengenakan kaus biru seragam Gathering eRepublik, kami beramai-ramai menikmati indahnya pemandangan.

Di sana kami bertemu Donagung, Lesandee, Hudiyawan. Setelah foto-foto bersama spanduk eRepublik, lalu bertekad meminta Mimin menjadikan Jawa sebagai lokasi kaya besi (Gunung Tangkuban Perahu kaya sulfur), rombongan kami mampir di Kafe Sumur Lembang. Kang DonAgung cerita mengenai hantu-hantu di Tol Cipularang, sambil pada menyeruput susu dan makan roti bakar.

Saat kembali ke Padepokan lagi malamnya, rombongan semakin ramai. Tidak tidur sama sekali tidak menghalangi kemeriahan. Meski harus naik tangga buat pindah kamar, kami asyik mengobrol soal eRepublik. Gila rasanya menyadari bahwa kami sudah mengobrol eRepublik sehari semalam tapi belum bosan juga. Saya sekamar ama sukm, junhere, aban, flik_kenni, nitnotnet.

Malam itu, saat makan, kang aban bikin saya panik berat. Masa saya disuruh tulis artikel ke koran. Saya jelas gelagapan. Tapi dasar tukang ketik, saya harus siap angkat pena dan asal tulis. Saya terpaksa bolak-balik ambil charger dan laptop Kang Adit. Lalu acara paling seru dimulai. Pembahasan sejarah eIndonesia. Gak bisa saya ceritakan satu per satu selain kekaguman saya pada semua orang di gathnas ini yang begitu serunya menceritakan satu per satu sejarah eIndonesia. Hebat bukan maen, dan juga kang buj3l yang begitu berkesan bagi saya. Makasih udah berbagi pengetahuan dan menyemarakkan eIndonesia.

Malam itu jam tiga pagi, akhirnya pembahasan dan obrolan bubar juga. Sehabis diwejangi macam-macam, dan rekonsiliasi bertemu dengan Pak Presiden Rikwandi, dan Kang donagung, dua mantan bos saya pas jadi kabinet. Saya jadi sangat gembira. Saya bahkan tidak sempat nyicipin ketan bakar atau sate kambing karena tenggorokan saya seperti dari penggaris plastik saat itu, seret dan gak enak. Tapi semua obrolan dan dagelan begitu seru, sampe lupa waktu. Bahkan obrolan harga pasar dan pembicaraan para gembong-gembong kartel perusahaan yang berkumpul di sana udah seru bener.

Banyak mantan pemimpin yang dulu sering berkumpul di channel pemerintahan di #barak saling melepas rindu. Mereka kini bilang bahwa mantan penghuni #barak banyak yang masih sering kumpul di #ex-barak. Lalu mereka bertanya kepadaku mengenai rencana eIndonesia menyerang eUSA. Kapan? Bagaimana?

"Belum cukup dana dan koordinasi. Tapi semua sudah tidak sabaran," jawabku, "Termasuk PEACEgc."

Lalu mereka nostalgia membahas tokoh-tokoh zaman dahulu yang sudah tidak ada lagi sekarang. Mengagumkan melihat bagaimana tokoh-tokoh yang partainya bermusuhan di eRep begitu akrab bercengkrama. Mungkinkah semua konflik itu hanya sekedar role play belaka? Namun antusiasme dan cinta terhadap eIndonesia tetap begitu terlihat.

Malam itu, kami baru tidur jam tiga. Lalu baru bangun pukul 07.30. Dingin bukan main udaranya, tapi hangat. Saat pagi hari, Donagung bercerita bagaimana ia men-TO eRRC pada bulan Januari 2008 pada zaman Beta dengan cara menyogok teman-teman sekampusnya untuk online dan memilih dia.

"Kok bisa?"

"Gampang aja. Gue ajarin suruh klik mana masuk mana. Terus gue kasih satu orang es teh manis."

"Terus elu dapat berapa dari PTO itu?"

"Yah... Beberapa ratus ribu CNY. Kita cetak duit terus waktu itu."

Aku hanya bisa bertepuk tangan. Cerdik benar Donagung ini.

"Itu PTO pertama kali eIndonesia... cuman gak tertulis di sejarah hehehehe..."

Lalu sehabis makan pagi, kami melakukan foto-foto lalu, setelah makan siang, mengadakan perpisahan mengharukan. Saya dan beberapa rombongan jawa timur diantar kang Teguh (saya gak tau nick erepnya, mohon dikasih tahu), bersama kawan-kawan lain ke Stasiun lalu ke Jalan Asia Afrika. Saya baru balik sampai di Jakarta jam 11 malam karena ikut acara kerja di Bandung bersama perusahaan saya yang kebetulan lagi roadshow di sana.

Sungguh Gathering yang tak terlupakan.

Kesan Pertemuan eRL

Ketika selama ini kita hanya ketemuan melalui chat dan YM, kita hanya bisa menebak-nebak... bagaimana tampang teman-teman yang punya id ini dan itu. Kita tahu sifat mereka (kurang lebih) namun bagaimana RL-nya.

Dulu aku agak waswas dan takut ketemu mereka di RL. Takutnya bikin malu saya, namun saat saya bergabung dalam Gathnas "gila" di mana kami mengobrol soal eRep tanpa henti 3 hari 2 malam, saya merasa bahwa komunitas ini memang unik dan luar biasa.

Meski banyak senior dulu bercerita bahwa politik dalam eRepublik hanyalah permainan, dan esensi game masih tetap mencari fun, namun kadang konflik antar pribadi masih terjadi. Dulu sampai ada isu intel, polisi, sibuk mencari-cari kader PKeI, atau ancaman via telpon. Namun di balik semua itu, anak-anak eRepublik yang datang dari berbagai latar SARA ini tampaknya membaur begitu akrab.

Mungkinkah ini yang disebut dengan toleransi dan keharmonisan itu?

Di negeri RL kita Indonesia, kita kadang masih sukar sekali bisa bersatu. Berbaur tanpa kenal takut dan sungkan. Namun untuk bisa membaur dan bersatu, kita perlu memiliki tujuan yang sama dan pernah bekerjasama, bahu membahu, melalui suka dan duka, malang dan untung, sama-sama memeras keringat dan berbagi kenangan.

Saya iri dengan para pemain yang telah lebih dahulu bermain ketimbang saya. Mereka tampak begitu alami, akrab satu sama lain. Mereka tidak pandang bulu dan lugas. Inilah persahabatan yang muncul dari hasil rekan seperjuangan bersama.

Tidak peduli dalam game ini mereka beda parpol, beda pandangan, beda nuansa dan cara bermain, namun dalam Gathnas ini, mereka datang sebagai warga eIndonesia. Mereka datang sebagai manusia dan gamer. Mereka datang sebagai sahabat. Merekalah menurut saya cerminan warga Indonesia sejati yang ramah, suka sokong menyokong, murah senyum seperti yang dibilang dulu dalam kisah-kisah zaman baheula, yang makin menyusut di tengah globalisasi dan era modern ini.

Bangsa yang menjunjung tinggi gotong royong, tepa salira, kebebasan berpendapat, juga kehormatan. Itulah bangsaku dan cerminan komunitas ini. Komunitas eRepublik Indonesia.