Chereads / Ketika Indonesia Menaklukkan Dunia / Chapter 5 - Kai Pang Mode ON: Lalu Aku Mengemis…

Chapter 5 - Kai Pang Mode ON: Lalu Aku Mengemis…

Mengemis itu idealisme jika dikerjakan demi cita-cita

Mengemis baru rendah jika demi sekedar mengemis

Mengemis itu adalah seni…

Pengemis buruk rupa pun bisa jadi telur Phoenix perkasa nan cantik rupawan

Itulah sebabnya eKonfusius (abis minum Anggur Kolesom)

berkata: "Jangan remehkan pengemis… eh salah, generasi muda…"

Seorang generasi muda…

Bisa menjadi jendral, pemimpin, atau penyelamat di masa depan…

Satu-satunya cara yang syah bagi kaum bayi baru yang miskin, tak kenal takut dan malu, muka badak, untuk menjadi kaya dalam waktu singkat adalah:

Mengemis.

Kay Pang. Buluk Topan Mangkok Jalanan.

Why? Kenapa harus mengikuti rute fakir dan anak jalanan ini?

Ada lebih dari 1001 alasan buat menebalkan muka ini.

Misalnya…

Alasan 1001 : Kami nubie. Yang lebih kaya bagi-bagi harta donk.

Alasan 1002: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara dan para GM (pengusaha) wkwkwkkwk…

… hingga:

Alasan 1012: Kami aset berharga untuk vote tanpa di-ban dalam sepuluh hari, kami memerlukan gaji buat bisa nyoblos. Saling bantu napa?

Alasan 1013: Lihat kutipan eKonfusius di atas. We're precious… MY precious…!

Berbekal kepolosan yang hanya dimiliki kaum newbie, kemanjaan yang hanya dimiliki mereka yang belum pernah bekerja keras, dan ke-tidak-tahu-malu-an mereka yang malas bekerja, maka ku-PM Pak Presiden Bolodewo, plus Presiden yang baru terpilih bulan februari: kang aban, dan entah siapa lagi…. Dengan tidak tahu malu minta sumbangan 5 IDR saja. Bayangkan bahkan aku bangga meminta-minta saja tadi!

Lalu aku menunggu dengan cuek, persis kaya pengemis profesional. Datang sukur gak datang ya uwes…

Ternyata respon yang datang itu mengubah hidupku. Kang Bolodewo memberikan 5 IDR lalu menyuntik wellness dengan gift hingga wellness saya bertambah 10! Wuih betapa baik hatinya!

Lalu, menyusul kang Aban memberi 5 IDR pula.

Dalam sekejab aku tambah kaya dan sehat. Top dah!

Tapi ada satu pesan Kang Bolodewo yang menghenyakkanku.

"… datanglah ke IRC, chatroom pusat komando kita."

Aku tergelitik penasaran. Apaan itu IRC? Aku jarang sekali chat. Lagipula, bukankah MIRC itu jadul? Barang yang sudah ketinggalan zaman?

Beberapa hari pun berlalu. Aku tidak ke IRC. Namun aku seringkali mengganggu Kang aban (Pak Pres) dengan berbagai pertanyaan nubie gak penting, tapi selalu mendapat respon yang positif dan sabar. Aku makin kagum dengan kepribadian para pejabat di sini. Mana ada Presiden negara yang tega ngebalasin surat-surat dari rakyat jelata gembel macem saya? Waduh, saya jadi malu.

Apa salahnya aku bergabung ke IRC? Pikirku.

Rasanya ingin juga mengenal para pembesar yang bisa membuat eIndonesia menjadi negara adidaya ini. Perasaan positif makin membuncah dalam dadaku. Berbagai alasan penghalang pun mulai sirna.

Ada satu alasan lagi yang mendorongku masuk ke dalam IRC. Sebelumnya aku sebagai warga Indonesia telah diimbau (sesuai KBBI, jangan tanya!) untuk mendaftarkan diri (mendapat KTP) di forum erepublik Indonesia. Proses ini tidak ada kaitannya dengan fitur dalam eRepublik sendiri tapi amat penting.

Mengapa perlu mendaftar KTP? Agar bisa dikenal sebagai warga negara eIndonesia yang sejati. Bukannya susupan dari luar atau elemen-elemen subversif lainnya. Kemudian setelah di"masking" atau diberikan KTP, kita boleh mendaftar di divisi ABeRI kita yang termashyur itu.

KTP belum kunjung didapat-dapat, apalagi masuk ABeRI…. Maka aku menginstal program MiRC dan masuk ke server rizon.net, channel #erepindo.

***

Namun akhir-akhir ini, mengemis pun mulai dicibiri para pemain lama. Terlebih para newbie kini ditangani oleh Departemen Sosial eIndonesia dalam program mentoring mereka yang profesional. Permintaan ngemis dilayani dengan pendidikan, pemberian subsidi senjata, serta suntikan gift buat menambah wellness.

Namun kadang, ada juga para pemula yang demikian mandirinya hingga mereka tidak pernah meminta bimbingan atau penjelasan. Mendadak saja mereka sudah menguasai permainan ini, bahkan menyalib para pemain lama dalam hal kemakmuran.

Di ujung spektrum lainnya, ada para pemain yang tak henti-hentinya bertanya. Untuk para pemain yang luar biasa getol menimba ilmu, juga buat mentor yang aje gile sabarnya, saya persembahkan lelucon ini:

*Diem dan Makan Roti Q1-mu!!!*

(Barang konsumsi dalam permainan eRepublik dibagi menjadi 5 Q atau kualitas. Mulai dari Kualitas 1 sampai 5. Roti atau food kualitas satu adalah makanan paling murah dan memiliki efek penyembuh wellness terendah.)

Di negaraku, tingkat rasa apresiasi dan sayang terhadap perkembangan para pemain baru sudah mencapai puncaknya.

Sudah jadi ujar-ujar umum bahwa kami sampai harus menyemir sepatu newbie, harus mengantarkan makanan buatnya (kalo bukannya menurunkan hujan roti dan mentega buat si newbie), dan mengajari mereka pelajaran yang bagus dan mendalam (bukan 'memberi pelajaran' dalam artian pake rotan). Malah bukannya ngajarin, para mentor yang kena rentetan pertanyaan gokil hingga ngaco yang persis seperti pertanyaan ala Zen.

Jadi ceritanya, suatu hari aku melihat sepasang mentor dan junior ini sedang menunggu waktu mereka untuk mulai makan (hampir menjelang 00.00 waktu eRep). Mereka berdua benar-benar lapar. Si mentor depsos benar-benar mendambakan roti dan steak karena lapar, sedangkan si murid yang dibimbingnya lapar pengetahuan dan perhatian.

Jadi, pas jam tepat berdenting menunjukkan lewat pukul 00:00, dan si murid terus mengusik pembimbingnya dengan banjir pertanyaan. Akhirnya, pembimbing ini murka dan meraung, "DIEM DAN MAKAN ROTI Q1-MU!!"

Ck…ck… Kalau kalian melihat pasangan macam ini di negeriku, kalian akan dicambuk, dirotan, lalu dioles pake garam dan madu, dibanjiri lebah dan aneka macam siksaan ala dinasti Qing dan Ming.

Tapi bagiku sendiri, aku sulit untuk tidak bersimpati dengan pembimbing itu.

Bukannya apa, kadang-kadang para newbie yang bener-bener ngeselin dan gak berenti-berenti nanya (kalo ketemu) perlu diajarin buat tahu adat.

Aku akan menceritakan pengalamanku sendiri dengan seorang newbie edan.

Newbie yang sedang kubimbing ini memang luar biasa brilyan. Ia seperti spons, bia menahan pengetahuan lima kali lipat berat tubuhnya. Namun ia terus mengusikku dengan pertanyaan, dan karena waktu itu aku sejenis menteri pendayagunaan pemain baru (LIHAT "Universitas Newbie") aku harus menjawab pertanyaannya dengan sopan.

Ia bertanya kepadaku, "Mengapa eIndonesia berperang lawan eAmerika Serikat?"

Kujawab dengan tegas, "Karena mereka adalah musuh!"

"Mengapa mereka musuh?" Ia bertanya dengan mata bundar mengiba ilmu kayak mata Bambi si rusa cilik.

"Karena mereka beraliansi dengan ATLANTIS, blok negara-negara musuh kita. Mereka pernah berusaha menyerbu negara-negara sahabat kita di masa silam!" Aku menyebutkan korban eUSA seperti operasi French Toast yang nyaris menghancurkan seluruh wilayah Prancis (Sekali lagi, ini ejaan RESMI, bukan salah tulis!), Invasi ke Portugal, lalu operasi Taco Bell yang menyerbu Meksiko, dll.

"Mengapa eUSA menyerang negara-negara ini?"

"Eh… Sejujurnya saya gak tau pasti. Mungkin buat seneng-seneng... Mungkin buat menaikkan laju perekonomian… Mungkin juga karena mereka bosen..."

"Mengapa mereka bosen?"

Aku mulai dongkol, "Karena game eRep ini fiturnya gak begitu banyak… Selain kisruh politik, ya negara didorong buat kisruh militer. Belum lagi mekanisme gamenya, serta fitur ideologi…"

Aku dipotong singkat, "Mengapa erep gak ngasih banyak fitur? "

"Sebab mereka permainan browser!"

"Kenapa permainan browser online gak banyak fiturnya?" Desaknya.

"Karena mereka bisa dimainin gratis!"

"Kenapa mereka gratis?"

"Sebab kalo mereka GAK gratis, saya gak bakal mainin ini game!"

"Mengapa kakang gak mau maen kalo gak gratis?"

"Karena gua gak punya duit!"

"Mengapa kakak gak punya duit?"

"Karena gua gak banyak perhatiin kerja ama sekolah saya..." Saya tak sadar mulai curcol dan jadi down.

"Mengapa gak perhatiin kerja ama sekolah?"

"Karena… Idup gua kosong… Aku kecanduan internet… Ah seandainya aku bisa memutar lagi waktu sebelum aku kenal game ini..."

"Mengapa kakak idupnya kosong?"

"....." Aku tak mampu menjawabnya. Terus terang, aku terpukau. Itu kayak pertanyaan yang gak bisa dijawab kaya: Apakah Alam Semesta ini ada ujungnya? Bagaimana mekanisme kehidupan pertama bisa sampe muncul? Pertanyaan-pertanyaan maha ilahi macem begitu.

Iya… Mengapa idup saya kosong?!

Keheningan menggantung terus, sampai si murid agaknya mulai teralih perhatiannya, melewati momen pencerahan dan kebingunganku dengan cueknya. Selagi aku masih berjuang, bergelut batin, antara derita hidupku dan kewajibanku dalam eRep....

"Mengapa kakak tadi bilang gak gitu yakin tentang alasan mengapa eUSA nyerang negara-negara sekutu kita?"

Murka deh aku.

"DIEM DAN MAKAN ROTI Q1-MU!!"

Tantangan saya kepada para gamer:

Saya tantang Anda semua yang mengaku gamer. Bisakah Anda menceritakan mengenai kehidupan karakter game Anda, apa pun game itu, kepada orang luar non-gamer di dunia luar sana, tanpa membuat mereka bosan? Tanpa menggunakan berbagai istilah aneh dan bahasa ajaib? Bisakah Anda menceritakan kisah hidup karakter Anda bagaikan kisah hidup nan nyata?

Cobalah.

Saya adalah elf level 82 di Azeroth? Cupu. Saya main Ragnarok jadi Asinan (Assassin)? Guild saya juara satu benua? Pangya saya nomor satu? Saya juara CS? Payah. Semua orang menguap mendengar cuap-cuap Anda saat menceritakan lakon Anda.

Tapi kalau Anda berkata, saya pernah berjuang menjadi anggota DPR eIndonesia mewakili provinsi West Siberia. Lalu menjadi gubernur Adelaide, provinsi eIndonesia. Seorang ABeRI berpangkat Jendral, pernah berperang lintas benua. Seorang menteri pertahanan dan juga anggota divisi Elite yang setara dengan Kopassus, tambah Anda.

Coba perhatikan reaksi lawan bicara Anda. Ia pasti tengah membandingkan geografi yang ia pelajari di sekolah dengan ucapan Anda. Membandingkan aneka jabatan RL yang ia ketahui. Ia pasti ternganga. Malang memang lawan bicara Anda, namun kini minatnya entah kenapa tak bisa lepas dari Anda.

Sihir eRepublik. Efek mistis negeri eIndonesia.