Chereads / Ketika Indonesia Menaklukkan Dunia / Chapter 9 - Masuk Partai PReI

Chapter 9 - Masuk Partai PReI

Partai pertama di eIndonesia adalah Narcissist

Partai terkuat adalah IDS

Kalau ideologi dunia sih saya dulu sempet kepincut PKeI

Tapi akhirnya…

"Selamat. Anda sudah sampai level 7! Anda bisa masuk ke dalam sebuah Partai! Dengan masuk Partai Anda bisa menjadi Ketua Partai, Anggota Kongres (Caleg), atau bahkan Capres!" demikian lembaran eRepublik terbuka saat aku suatu hari sampai ke level 7.

Mmmkay. Pikirku dengan malas. Kubuka lembaran partai. Ada banyak partai di sono. Mulai dari yang paling top: Indonesian Defensive Socialist, anggota 500 orang. Beuh! Banyak amat? Memang doi Partai terbesar di eIndonesia. Lambangnya agak aneh, karena kecil gambarnya, dan kesannya merah darah tua dalam lingkaran. Geli (sori IDSers :D)

Nomor dua PReI (Partai Republik eIndonesia). Lambangnya oke, keren, cool, apik. Mmm... di wiki katanya didiriken anak-anak Bandung, komunitas gamers terutama managerzone dan ikariam.

Lalu ada Partai Rakyat Merdeka, logonya hijau, perisai, dan kelihatannya keren. Pejuang gitu kesannya. Lalu PKeI dan Narcissist. PKeI dengan lambang arit dan palunya mengingatkanku bahwa paham Kosminisme. Paham terlarang di RL ini ternyata senantiasa memiliki daya tarik tersendiri sampai bisa muncul lagi dalam format dunia mayanya, dan Narcissist adalah partai paling aneh yang pernah kudengar. Partai cinta diri? Wew. Narsis!

Pada akhirnya, meski 80% hatiku kepingin memilih PKeI awalnya (rayuan buat jadi anggota partai terlarang dan jadi bad boys sungguh menggiurkan), namun akhirnya aku kecantol ama logo PReI yang indah. Burung merpati biru indah berlatar merah putih. Apik. Modern. Moderat. Anggun. Saya langsung jatuh hati. Presiden bulan itu pun dari PReI, kang aban. Jadi aku joinlah PReI.

Kemampuan logo memang dahsyat… Belakangan pas ngobrol sama para sepuh PReI, ketahuan bahwa yang rancang logo itu juga kang aban. Aku join partai karena Logo. Konyol kan? Dalam hal ini, saya rasa gen rakyat Indonesia (RL) mengalir dalam darahku. Biasanya rakyat Indonesia juga milih partai dari logonya kan, kalo bukan liat pemimpinnya?

*Jalan Hidup

Tapi pada akhirnya aku tidak menyesal sama sekali masuk PReI. Kang aban dan anggota PReI lainnya sangat ramah. Mereka sering berkumpul di room khusus #prei. Saat aku pertama kali datang, mereka semua menyambut dengan ramah. Aku banyak sekali bertanya kepada mereka. Yang tadinya temanku hanya wikipedia dan artikel buat mencari informasi, kini mendadak ada banyak "guru-guru" gratis. Mereka mengajarkan banyak sekali hal.

Namun yang paling prinsip adalah: "Mau jadi apa kamu dalam hidupmu?"

Saat pertama kali aku ditanya seperti itu, jelas aku tidak tahu. Wong aku ini masih tidak tahu apa-apa, baru anak baru level 7. Namun para anggota PReI selalu berkata, "Tidak peduli apa yang mau kamu lakukan di eRepublik ini. Yang penting dilakukan dengan Calm, Cool, dan Confident." Tiga C yang jadi semboyan PReI.

Anggota PReI selalu mendorongku buat aktif, dan karena dasarnya senang berorganisasi dan berpolitik, maka aku sangat senang bisa ikutan. Aku jadi tahu cita-citaku mau jadi apa dalam permainan ini. Saya pengen jadi terkenal! Jadi pejabat negara!

Saya selalu curhat sama kang aban. Dan kang aban kayaknya ngelihat semangat berapi-apiku buat terjun ke arena politik. Emang saat aku mengenal tahu mengenai PReI mendadak aku menyadari bahwa ambisiku untuk membantu eIndonesia bisa kesampaian.

Namun aku masih anggota baru, pikirku. Rasanya masih merasa gak mampu ngapa-ngapain. Namun aku setiap hari ada di chat sambil berusaha menulis artikel di koranku. Melihat aku aktif, mereka agaknya tergerak.

*Tawaran Jadi Anggota DPR

Tak disangka, tak dinyana, baru berumur kurang dari 2 minggu maen erep, kang aban udah nawarin: "Mau jadi kandidat kongres?"

"Wah mau donk!"

"Oke. Sini saya ajarin. Lu pindah partai ke IDS?"

"Lha? Napa pindah partai?"

"Bulan ini PReI nitipin calegnya ke IDS. Kita ada koalisi sama mereka. Jadi elu masuk sana, tapi nyalonin atas nama PReI."

Langsung aku kurang senang, "Lha, abis jadi DPR gimana? Masak di IDS?"

"Ya balik ke PReI lah. Ini biar kita semua bisa meliputi semua wilayah dan memperbesar angka kemenangan kongres pake sistem bagi-bagi suara."

Saat itu aku kebetulan sedang mempelajari mengenai soal pemilihan umum (election).

Ada 3 pemilihan umum dalam eRepublik. Tiap tanggal 5, ada pemilihan umum Presiden. Tanggal 15 ada pemilu ketua partai atau ketum (ketua umum) atau ketupat (ketua partai). Tanggal 25 ada pemilihan kongres atau DPR.

Fitur paling menarik di Erepublik ini tentu saja adalah posisi kepolitikan itu sendiri. Posisi kepolitikan diatur lewat partai-partai.

Partai yang memiliki 5 besar anggota terbanyak, pada hari H-1 sebelum pemilu (ketum, kongres, atau presiden) berhak mengajukan calonnya. Nah, ceritanya saat itu partai IDS-PReI berkoalisi.

Kali ini mereka tidak ingin lagi kecolongan seperti bulan sebelumnya oleh kader-kader PKeI. Pada pemilu bulan Jan-Feb, PKeI sangat hebat koordinasinya, hingga bisa menggondol hampir seperempat kursi anggota DPR meski anggota mereka jumlahnya relatif sedikit (150 orang).

Bandingkan dengan koalisi IDS – PreI (waktu itu jumlahnya baru 600 orangan dan jumlah penduduk eIndonesia masih 5000-an)…

Dengan hati dag-dig-dug, aku keluar dari partai PReI. Setelah berkoordinasi sama kang Trixi, ketupat dari IDS, aku lalu pesen tiket pesawat dan terbang ke Hobart, Tasmania. Kang Trixi ngomong-ngomong jago bahasa Prancis, ahli sejarah Napoleon (tokoh favoritnya Talleyrand), dan pakar sekali di bidang ekonomi. Dia juga adalah ketua kongres, cuman saat itu aku (begonya) belum tahu.

Setelah jalan-jalan nengokin anjing Tasmania, Wombat, Emu, dan Platypus bukan Play typhus (ngeri ah kalo kena…), aku mendaftarkan diri sebagai kandidat kongres di Cabang IDS setempat dengan melampirkan presentasi.

Kata Kang Aban sebenarnya tidak usah harus presentasi, tapi aku berpikir untuk menunjukkan keseriusan, aku harus berpresentasi. Kampanye memang kurang begitu efektif di Erepublik, tetapi setidaknya aku harus mengeluarkan kata-kata. Setelah selesai mengarang pamphlet, namaku diajukan ebagai caleg resmi IDS di Tasmania. Presentasiku masih kusimpan sampai hari ini.

Bentar, ini materi kampanyeku:

Teman-teman setanah air,

Saya dengan ini mengajukan diri untuk menjadi calon anggota kongres untuk wilayah Tasmania. Lalu, apakah menariknya dan menguntungkannya sehingga Anda sebaiknya memilih saya? Akan saya jelaskan sikit:

1. Saya sedang di tahap 2 dalam permainan online. Singkatnya, saya lagi gila erep. Jadi saya akan belajar sekuat tenaga, OL sebanyak-banyaknya, supaya saya bisa menjalankan tugas dan fungsi saya dengan baik. Tidak ada kata absen dan terlambat bagi saya dalam memvote atau rapat kongres.

2. Saya berencana menjadikan Tasmania ini sebuah sebuah tempat yang indah untuk tinggal, wilayah indonesia yang langgeng dengan mulai mempropose pendirian defense system. Tidak sepatutnya wilayah sah eIndonesia tidak memiliki bahkan sistem keamanan yang bs melayani kebutuhan mendesak para penduduknya.

3. Tidak seperti orang aussie yang membuat Tasmanian devil terancam punah, kita akan melestarikan alam lingkungan, kalau perlu mengklon agar hewan kebanggaan indonesia ini bisa hidup dan berjaya kembali.

Itulah janji dan tekad saya,

Semoga kita semua bisa membuat eIndonesia ini menjadi lebih baik!

Jaya eIndonesia!

Lalu Kang Trixi pun menyegel pengesahanku sebagai kandidat resmi IDS-PreI dari Tasmania. Bangga bukan main melihat diriku ada di daftar caleg. Akhirnya, tanggal 25 pun tiba. Hari pemilihan Kongres!

Proses pemilu merupakan hal yang mendebarkan. Aku memvote untuk diriku sendiri pada tanggal 25, baru aku terbang kembali ke Sumatra. Lalu kupanggil semua teman-temanku, downline-downline dan frontline eRepku.

Sampai tengah malam aku masih unggul suara 6-2 melawan saingan terdekatku dari partai PRM. Tapi besoknya, wuih ngeri, lawan hendak menyusul jadi 6-4. Kupanggil spare votersku dan suaraku naik!

Ajaib, bahkan teman-teman satu partai yang tidak ku-sms pun ada yang terbang bela-belain demi gua! Percaya atau tidak, aku bahkan belum belum genap berumur sebulan saat itu. Baru berumur 21 hari, aku sudah memenangkan pemilu ini. Menang dengan 10 suara melawan kader PRM veteran yang sudah lama bercokol di Hobart!

Senang rasanya jadi anggota DPR. Dapat medali kongres lagi dan tambahan angpao sebanyak 5 gold. Senang bisa duduk di eSenayan. Senang bisa jadi orang penting di eIndonesia tercinta. Ingin rasanya berbakti luar biasa. Semua ini terwujud karena masuk partai, semua terwujud karena aku tidak salah memilih logo awalnya…

Menjadi anggota DPR juga bisa melakukan berbagai usulan administrasi pemerintahan misalnya: mengajukan usulan donasi uang dari negara ke Bank NBI (National Bank of eIndonesia alias BI-nya eIndonesia), mengajukan perubahan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, atau pajak impor.

Lalu juga bisa mengajukan usulan pencetakan uang negara, bahkan juga pemecatan presiden. Sungguh berkuasa.

Meski sedih juga pas rapat pertama, saya langsung dijerumuskan jadi sekretaris kongres… (sob).. itu cerita lain lagi…

*Sejarah Parpol di eIndonesia dan Peristiwa Koalisi '58

Kehidupan perpolitikan di eIndonesia sangat menyerupai kisruh dan lobi-lobi politik di RL. Sedikit saya ulas beberapa partai dan karakteristik mereka.

Semenjak didirikan, Partai Narcissist dan AGIP mulai mendominasi pemerintahan di bulan-bulan pertama eIndonesia. Namun setelah para pemain dari forum kaskus mulai berdatangan, mereka tidak puas dengan status quo dan mendirikan partai Indonesia Defensive Socialist (IDS).

Kelompok ini merekrut banyak sekali anggota dan segera menjadi partai terbesar sekaligus partai pemenang pemilu. Partai beraliran sosialis ini terus mendominasi perpolitikan eIndonesia dengan janji menjadikan eIndonesia negeri yang makmur, merata, harga barang rendah, dan angkatan perang yang kuat.

Pecahan dari anggota-anggota IDS yang tidak puas dengan status quo lalu membentuk Partai Rakyat Merdeka (PRM) yang memiliki corak ultra-nasionalis. Sifat PRM beraliran kanan, namun banyak anggotanya yang memiliki sifat utilitarian: segala cara ditempuh demi mencapai kejayaan bangsa, dan perjuangan bisa ditempuh dengan segala cara, termasuk lewat media, cyber war, dan lain-lain.

Lalu bulan April 2008, lahir Partai Komunis eIndonesia (PKeI), partai anyar yang memiliki citra bad boys, anarkis, dan penuh retorika pedas dan anti-pemerintahan. Dengan daya tarik unik mereka yang demen rusuh, selama yang penulis saksikan sendiri, ideologi Komunisme yang berupaya mereka terapkan di eRepublik mengundang banyak sekali pro dan kontra. Bahkan ada kisah mengatakan bahwa ada BAKIN dan intel dari RL menyusup ke dalam tubuh partai itu, mengintai apakah PKeI akan jadi momok atau kuncup tumbuhnya kembali paham yang paling ditakuti dan disalahpahami di RL ini. Sampai sejauh ini wacana komunisme yang mereka gelar hanya berupa filsafat Kosminisme itu sendiri. Mereka tidak secara aktif menarik pengikut, namun ketika para pemain baru tertarik, mereka secara otomatis terbentuk dalam role-play kader kosminis dan cukup menikmati cara main mereka sendiri dengan pura-pura jadi kosminis. PkeI, karena cara mainnya yang kontroversial, suka membuat keributan dalam negeri, hingga banyak berkonflik dengan partai lain, terutama IDS.

Menjelang bulan Juni, dominasi IDS dalam perpolitikan mendorong partai NCS-PRM-PKeI membentuk koalisi bernama koalisi '58 (diambil dr nama gerakan politik mahasiswa tahun '69). Janji mereka adalah akan ada rotasi kepresidenan antar partai selama mereka saling mendukung. Hasilnya pada periode itu partai NCS dan PRM berurutan menjadi presiden mengalahkan IDS. Nah, pada saat tiba giliran PKeI, tak nyana berita adanya koalisi '58 bocor.

Sementara, PReI didirikan dengan aliran ekstrem kanan, juga ultranasionalis. Semboyan PReI adalah membentangkan sayap eIndonesia ke 5 benua. Partai ini mendukung eIndonesia sebagai negara imperialis. Berawal dari pencinta game Managerzone yang banyak main eRepublik dan sering kumpul-kumpul kopi-darat, maka PReI menjadi partai yang cukup aktif. Belum lama berdiri, anggota mereka sudah mencapai ratusan dan setelah memanggil kader-kadernya yang tersebar di berbagai partai (penyusupan sebelum pendirian PReI) agar kembali ke partai induknya, segera mereka menjadi salah satu partai 5 besar.

PReI didekati IDS yang gundah dengan isu koalisi '58 untuk koalisi. IDS menyadari benar mereka tidak akan memegang kekuasaan jika tidak berkoalisi. PReI memanfaatkan kesempatan ini dengan meminta dukungan IDS terhadap calon presiden PReI, dan IDS setuju. Lalu sejak itu dimulailah periode koalisi IDS-PReI dengan presiden bergantian dari kedua partai ini, yang berlangsung sampai bulan April 2009, dan diangkatnya dua presiden dari PReI yakni Bima dan aban.