Suasana dikediaman keluarga Yuda, saat itu hari masih gelap ketika Tuan Yuda muncul di ambang pintu ditemani asistennya "bi, Tuan sedang mabuk, bisa tunjukkan saya dimana kamarnya?! " begitu sopan sang asistant di balas dengan anggukan sigap bibi jona sebagai asisten rumah tangga keluarga Yuda sejak 10 tahun terakhir, jadi ia sudah paham semua situasi dan para penghuni rumah ini, sebenarnya rumah ini hanya ditempati oleh beberapa orang diantaranya Nyonya Susan, Yurika, Bibi Jona, paman Jona, dan seorang satpam sering dipanggil Lutfi,, jadi dimanakah istri kedua Tuan Yuda dan dua anak lainnya?! mereka tinggal terpisah, karena secara hukum sah Nyonya Susan adalah istri pertama jadi dia yang menempati rumah utama sementara istri kedua menempati sebuah villa yang tak kalah mewah dan megahnya di sebuah perumahan elit, untuk Tuan Yuda sendiri dia bisa tidur dimana saja yang dia mau tapi sangat jarang berada dirumah utama menemani Yurika dan Nyonya Susan. Sang asisten segera keluar kamar setelah membaringkn bosnya di ranjang tak luput membuka jas dan sepatunya, tidak mungkin ia menyerakan pekerjaan ini ada asisten rumh tangga untuk menangani, ia hanya berpesan agar memperhatikan dari luar, Bibi Jona mengangguk mengerti, kemudian bergegas keluar menghilang dibalik pintu menuju mobil pribadinya menuju kerumahnya, sebagai asisten tidaklah mudah tapi pekerjaan ini sudah dilakoni selama 4 tahun semenjak lulus kuliah, dia merupakan karyawan yang cukup tegas, lugas, dan disipilin jadi Tuan Yuda menyukainya, hingga sering menyerahkan tanggungjawab padanya tanpa khawatir mengakibatkan sang asisten hanya memiliki sedikit waktu untuk dirinya sendiri, sementara orang seusianya sudah menikah atau setidaknya memiliki pacar.
Sekitar jam 7 pagi erangan ringan terdengar dari kamar majikannya, Bibi Jona datang tergopoh-gopoh dari dapur, ia melihat bosnya meringis memegang kepala " Tuan tunggu sebentar saya sudah menyiapkan sup untuk anda, untuk mengurangi pusinh dan pengar" begitu Bibi Jona menjelaskan ia lngsung berlari kedapur menuangkan sup ke dalam mangkuk dan mengantar langsung ke kamar, Tuan Yuda menyantap sup itu tanpa peduli apapun setelah selesai ia menyerahkan mangkuk kosong itu kehadapan Bibi Jona, dengan sigap Bibi Jona mengambil, Tuan Yuda terhuyung-huyung ke kamar mandi, dari kamar mandi ia menginstruksikan agar Bibi Jona keluar kamar, Sudah biasa jika ia jarang peduli dengan Yurika ataupun Nyonya susan jadi ia tidak heran jika majikannya tidak bertanya keberadaan istri pertamanya, hingga di meja makan dia sedikit heran ketika dimeja hanya ada dia dan hanya ada 1 sarapan, Tuan Yuda memutuskan bertanya " apa cuma aku yang sarapan?!" ia bertanya tanoa menoleh sambil melihat jam ditangan, akhirnya Bibi Jona memiliki kesempatan untuk menjelaskan " Nyonya dan Nona sedang keluar kota Tuan, katanya ingin mengunjungi sodaranya"
"Oh, sepertinya aku kurang memperhatikan dia dikantor jadi aku tidak tahu dia sudah libur kerja, sudah berapa lama? Tuan Yuda melanjutkan sembari melirik hpnya mencoba menghubungi Yurika tapi panggilannya tidak terhubung, di saat yang sama pintu terbuka istri mudanya muncul dengan tampang kesal "sayang ternyqta semalam kmu tidak pulang, kamu ada disini? Menemani istri tuamu?! " ia menyeringai seolah mengejek, "tapi sungguh disayangkan dia tidak menemani suaminya sarapan, apalagi melayanimu diranjang, iya kan sayang?!" Begitulah kata- kata tajam itu keluar seakan menusuk se isi ruangan berharap didengar oleh Nyonya Susan. "Sudahlah, jangan ribut pagi-pagi begini, kepalaku pusinh semalam pulang dari bar, kupikir Wildan membawaku ke Villamu, dan disini tidak ada orang yang kamu maksud" begitu Tuan Yuda menjelaskan dengan enggan sambil menyeka mulutnya setelah meneguk segelas air hangat, bangkit meninggalkan ruang makan menuju pintu dn menaiki mobil istri keduanya, istrinya mengikuti langkah suaminya dengan angkuh, di tengah perjalanan ia bertanya kemanakah gerangan Nyonya Susan " dia sedang mengunjungi sodaranya, entah dimana, sudahlah, bukannya lebih baik dia tidak muncul di antara kita? Jadi posisiku tidak akan terancam lagi? " Tuan Yuda menyeringai sedikit puas,
"Kamu tidak bisa selamanya ada dibalik bayang-bayangnya, semasih dia hidup dia kan terus menghantui posisimu dan anak- snak kita" istri mudanya merengut kesal, begitulah ia selalu berhasil memprovokasi suaminya hingga mereka terpisah jarak sejauh ini, padahal tanpa ia menyingkirkan istri pertamanya ia akan tetap menjadi penguasa sebagai wali dari kepercayaan istrinya, sayangnya godaan selalu datang. Sementara Tuan Yuda tidak ada niat untuk mengakhiri nyawa istri tuanya, ia masih berpikir suatu saat ia akan dibutuhkan, terlebih lagi anaknya Yurika, bagaimana mungkin ia ingin membunuh darah dagingnya sendiri, tetapi bisikan setan selalu berhasil memprovokasi keteguhannya tetapi jauh dalam lubuk hatinya ia tidak menginginkan itu,
Mereka toba dikantor di ikuti sang istri, "untuk apa kamu ikut?" Tuan Yuda menoleh
"Apa aku dilarang mengantar suamiku muli sekarang? " istrinya menoleh dengan lirikan genit seperti biasa, yang membuat suaminya bertekuk lutut dihadapannya sampai sejauh ini, Tuan Yuda hanya berpaling tanpa mengubris dn melanjutkan langkahnya menuju lift ke ruanganya, sampai diruangannya sang istri berceloteh ria " ini sungguh luar biasa kan?! Coba kamu bayangkan kapan lagi kita bisa begini?! Apa kamu mau hidup melarat hanya karena kamu kasihan kepada istri dan anakmu itu? Apa yang kamu harapkan dari mereka lagi? Aku sudah memberimu 2 anak, apa itu tidak cukup??? Atau kamu mau kita membuat anak lagi?"
"Sudah cukup, jangan berlebihan, tidakklah bagus untuk usiamu sekarang ini" begitu percakapan itu di akhiri, istrinya keluar, pamit pulang, sebelum itu ia menuju ruang HRD ingin menanyakan alasan cuti Nyonya Susan dan ia mendapat apa yang ia harapkan, ia langsung bergegas pulang dan meluncur ke alamat yang diberikan oleh HRD, tetapi sesampainya disana ia tidak menemukan apapun selain rumah tua tak berpenghuni bahkan sudah tak terurus sekian tahun, dari sana ia menyadari bahwa Nyonya Susan sedang menghidar, kemudian ia menelpon suaminya " kamu terlalu percaya, istri tuamu sedang membohongi kmu dan perusahaan"
" apa maksudmu?" suaminya tidak mengerti
"Aku ada di alamat yang seharusnya dituju oleh istrimu, ternyata disini hanya rumah tua tak berpenghuni sekian tahun," kemudian trlpon terputus, ia pulang dengan garang, perasaannya campuraduk, ia merasa telah lengah, ia menghubungi beberapa orang sewaan luntuk menyelediki Nyonya Susan.
Jauh dari kota, di pelosok pegunungan berdiri megah dan kokoh bangunan kuno yang menyerupai kerajaan vampir seperti dalam kisah mitos, hari sudah gelap ketika mereka mulai menyalakan ganset, ukurannya besar cukup untuk bertahan 1 bulan sebelum harus d isi ulang di kota, jadi mereka harus bisa hemat, menggunakan yang seperlunya saja, dan segera mematikan ketika sudah tidak diperlukan, di ruang tamu Yurika masih berkutit dengan laptopnya, ibunya duduk disebelahnya sambil memegang secangkir kopi, sementara itu Parto sedang dihalamn belakang kaca yamg sudah usang, Marni di dapur menggosok sisa makan malam mereka, "Yuri, ibu tidak berniat menyembunyikanmua selamanya disini menjadi gadis desa atay gadis rumahan seolah menjauhi krumunan, harimu masih panjang, banyak hal yang bisa kamu raih, dimanapun kita berada kita asti akan mati ketika waktunya tiba.. Tapi alangkah baiknya jika kita mati meninggalkan suatu perjuangan dan kehirmatan, bukan jadi pengecut bersembunyi seperti ini" begitu ia menyeselaikan ungkapannya ia sadar, ia sedang menasehati dirinya sendiri. Sementara Yurika hanya menatap langit-langit mencerna tujuan dari ungkapan itu dan menunggu kelanjutannya
"Untuk saat ini ibu hanya memilik sedikit uang, tidak akn cukup untuk kita bersembunyi selamanya disini, jadi ada baiknya kita gunakan sisa uang itu untuk mraih sesuatu" begitu mata ibunya berbinar penuh semangat, yurika mulai beranjak dan tertarik, kira-kira apa maksud ibunya, kemudian ibunya melanjutkan
"Ibunya punya beberapa batang emas peninggalan kakekmu tanoa diketahui ayahmu, itu ingin bu gunakan untuk membiayaimu "operasi pelastik" " Yurika tercengang.