Pagi itu cahaya matahari menyeruak lembut melalui celah tirai penutup jendela kaca, Yurika perlahan membuka matanya melihat sekeliling sesaat ia tertegun mengamati sekelilingnya bingung "dimanakah ini?! " kemudian ia menepuk ringan jidatnya seakan mengingat sesuatu dan benar saja ia sedang berbaring diranjang empuk di sebuah rumah asing ditengah hutan, disampingnya tak lagi terlihat sosok ibunya berbaring, entah sejak kapan ua hanya sendiri, memang todak ada hal aneh yang terjadi atau mungkin saja dia terlalu lelah untuk menghkawatirkan apapun, ia beranjak dari ranjang menuju jendela dan membuka tirainya, cahaya matahari langsung menerobos seakan menyerang dirinya, sudah sedikit hangat dan tinggi, itu artinya hari sudah cukup siang ia melihat sekeliling disekitarnya berdiri kokoh pohon pinus dan pohon hutan lainnya dikejauhan tampak lembah yang tak terjangkau seketika ia menyadari posisinya seperti disebuah bukit, setelah itu ia memeperhatikan gerak gwrik di halaman rumah itu ada ibunya dan dua orang semalam masih ada membantu ibunya mengurus segala keperluan, akhirnya ia memutuskan turun karena cuaca diluar lumayan bagus dibandingkan semalam, halamannya lumayan luas ia penasaran untuk menjelajahi tapi sebelum itu ia mencuci muka terlebih dahulu sebelum akhirnya menuruni tangga dan menemukan sarapan di atas meja dapur dekat tangga, sekilas ia melihat sekeliling sambil duduk menyantap telur dadar dan nasi putih, matanya menyelinap kesana kemari memperhatikan setiap titik gorean di rumah itu, memang tidak ditemukan ke anehan, meski sudah lama terabaikan namun struktur bangunannya masih kokoh dan kuat suasananya juga tidak semencekam tadi malam, beberapa menit kemudian ia keluar berkumpul dengan ibu dan dua orang itu, melihat putrinya keluar ibunya hanya tersenyum di ikuti dengan dua orang disamping ibunya,
" bagaimana non tidurnya? Lelap sekali pasti sangat lelah ya," Marni tersenyum ramah sambil memegang canggul
"Iya non, nanti anda akan terbiasa disini," imbuh parto sambil terus menarik rerumputan ke ujung rumah, Yurika hanya tersenyum, ia berjalan melihat sekeliling ketika tatapannya dikunci oleh sesuatu yang menjulur di tembok pagar samping dengan penasaran ia mulai meraih benda itu, terlihat seperti ular,, ia pun berteriak dan terjatuh tepat disebelah pot bunga yang sudah pecah, ia merangkak bangun namun tanpa sengaja tangannya menyentuh sesuatu yg sama persis dengan yang ia lihat di tembok pagar sebelum akhirnya ibu dan dua orang itu datang tergopoh-gopoh menyadari apa yang terjadi dan membantu Yurika berdiri, parto tersenyum geli " itu hanya kulit ular non, bukan ularnya"
"Mungkin karena rumah ini lama kosong dan semak belukar tumbuh liar, bukan hal yang aneh bagi ular untuk tinggal, tapi sekarang ke adaan sudah bersih jadi tidak perlu cemas" Marni menimpali.
Setelah insiden itu Yurika hanya duduk di beranda depan sambil memegang laptopnya, dulu ia memiliki mimpi jadi penulis, jika dihubungkan dengan situasi sekarang, ini adalah awal yang bagus untuk memulai sambil belajar, kemudian ibunya menghampiri dengan secangkir teh panas menyodorkan pada putrinya sambil berkata " kita akan terlahir kembali dari sini" tatapannya menerawang jauh bagaimana ia akan bertanggungjawab terhadap putrinya ini,
" ibu aku tidak masalah jika tidak harus melanjutkan kuliah, itu bisa dilanjutkan kapan saja, setidaknya saat ini aku sudah memiliki ijazah terakhirku, dan aku ingin belajar menulis" Yurika mengungkapkan isi hatinya agar ia dan ibunya merasa tenang
" untuk saat ini, selain itu, apalagi yang bisa kita lakukan?! Selebihnya ibu minta maaf jika harus membawamu ke dalam situasi ini" ibunya menunduk menyesal
"Sudahlah bu, aku mulai menyukai ini" Yurika menyemangati ibunya sambil tersenyum sumringah,
"Tapi, sebelum itu, bisakah aku tahu beberapa hal?! Bukankah memang seharusnya aku harus tahu? " ia sedikit menyudutkan ibunya, ia sudah sngat penasaran seakan dadanya sesak dan meledak memikirkan seperti apa hidupnya kemarin dan saat ini. Ibunya tersenyum dan mulai bercerita "Yuri,,, rumah ini adalah peninggalan keluarga ibu satu-satunya yang tidak dikuasai ayahmu, kenapa ibu membawamu kemari bukan semata-mata karena ibu tidak punya uang untuk mendapatkan tempat tinggal yang lebih layak dikota sana, tapi mulai saat ini ibu ingin kamu bersiap-siap untuk segala hal dan kemungkinan untuk kita berdua, segala yang dimiliki ayahmu saat ini, itu adalah milik keluarga ibu dan suatu saat itu harus menjadi milikmu, ibu tidak akan perhitungan jika di antara ayahmu hanya ada kamu dan ibu, tapi dirimu tahu di antara keluarga harmonis kita muncul "mereka" begitu ibunya mengakhiri ceritanya dengan menahan emosi, matanya mulai merah, panas dan berair kemudian memegang kedua tangan Yurika seakan memohon " kuatlah demi ibu nak" begitu adegan itu terjadi Yurika menatap mantap ibunya dan yakin akan keputusannya, " jangan terlalu banyak berpikir bu, sekarang kita disini rasanya sangat tenang, aku ingin menikmati ini, tapi itu bukan berarti lupa tujuan kita" begitulah ia menyemangati ibunya dan mereka saling bertukar cerita satu sama lain yang selama ini jarang sekali mereka lakukan, iya jarang, karena ibunya selalu sibuk bekerja dan ia terlalu sibuk sekolah.
Keluarga ibunya memiliki sebuah perusahaan kontruksi ketika mereka menikah ia menyerahkan tanggungjawab dan percaya kepada suaminya, ia hanya fokus kepada rumah tangga sebagai istri dan ibu untuk Yurika, ayahnya berusaha mengambil alih semua kekuasaan dn ketika hal itu terjadi datanglah masalah. Saat itu Yurika berusia sekitar 3 Tahun sedang bermain dihalaman belakang ditemani pengasuhnya, terdengar bel digerbang berbunyi nyaring satpam melihat siapa yang datang, setelah melihat dan bertanya kepada tamu ia melapor kepada nyonya susan sebagai tuan rumah, tidak lain adalah ibunya Yurika,
"Siapa jim?" Tanya nyonya susan sembari memasak di dadur,
" seorang wanita nyonya, membawa dua orang anak laki dan perempuan ia menanyakan keberadaan suami nyonya pak Yuda" satpam menjelaskan
" ada perlu apa? Siapa dia? Kerabat suamiku kah?" Nyonya susan bertanya sambil terus menggoyang-goyangkan panci saat ini memasak udang pedas manis kesukaan suaminya
" silahkan dia masuk" nyonya susan memberi intruksi. Satpam berlari keluar dan mengantar wanita itu menemui nyonya susan diruang tamu, tidak lama kemudian nyonya susan muncul sembari membawa Empat cangkir teh di atas nampan tidak lupa sepuring biskuit, menyodorkan ada mereka dengan sopan sembari tersenyum.
"Saya ingin bertemu dengan Yuda, dimana dia?!" Wanita itu langsung ke point utama kedtangannya tanpa menghiraukan nyonya susan sebagai Tuan rumah, sementara anak-anaknya berkeliaran kesana kemari seperti cacing dan menjatuhkan minumannya dilantai, sebelum nyonya Susan menjawab ia berlari kecil ke dapur mengambil lap untuk mengelap sisa teh yang tumpah agar lantai tidak licin yang mengakibatkan anak-anak itu terjatuh. Dengan tenang nyonya susan bertanya " maaf, nyonya siapa? "
Namun wanita itu berkata dengan sengit " tidak usah berbasa-basi, aku kesini ingin menemui Yuda, kamu tidak tahu siapa saya, seorang asistan rumah tangga sepertimu saja begitu merepotkan, aku tidak ada waktu untuk bercengkrama denganmu, aku harus membawa anak-anak ini pada Yuda agar dia mengurusnya"
"Saya adalah istri Yuda" pernyataan singkay itu membuat wanita tamu itu tersontak, wajahnya memerah entah karena malu, marah, cemburu, segalanya menjadi satu kemudian ia menyela " jadi kamu wanita itu?! Wanita yang sudah merebut calon suamiku?! Ternyata tampangmu tidak lebih baik dari seorang pembantu, hamya saja kamu kaya, orang tuamu berkuasa, dan itu dulu, sekarang lihat siapa dirimu?! Hanya seorang ibu rumah tangga, apakah suamimu jarang menaiki ranjangmu? Apakah kamu selalu kedinginan di ranjangmu?! Haha, sungguh menyedihkan" begitulah wanita itu menherang nyonya susan bertubi-tubi, hingga nyonya susan tersungkur di sudut kursi tanpa bisa melakukan apapun bahkan untuk sekedar menatap mata wanita itu, kemudian wanita itu berlalu sambil menarik tangan kedua anaknya, membawa keluar dan hilang dijalan utama setelah menaiki taxi. Nyonya susah masih terpuruk dan semua kejadian itu disaksikan oleh pengasuh putrinya dari sudut ruangan dekat dapur, sementara Yurika asik bermain dihalaman belakang. Melihat situasi ini pengasuh Yurika tidak mengganggu tuannya, namun ikut merasakan pedihnya ke adaan saat itu, tidak berhenti sampai distitu saja, ke adaan mulai memburuk bahkan sangat buruk ketika suaminya membawa wanita itu pulang dan mengumumkan mereka akan menikah secara resmi, sebagai istri yang mencintai suami dengan tulus penuh percaya diri, Nyonya susan sama sekali belum menyiapkan diri dan hatinya untuk berada pada tahap ini, ia tidak bisa menolak selain ancaman juga dirinya terlalu lemah untuk melawan menyadari cinta pada suaminya luar biasa, ia tidak mampu untuk menolak apapun dari suaminya termasuk penghinaan ini, ia menerimanya, setelah mereka resmi menikah nyonya Susan mulai disudutkan pada pilihan ini dan itu pada akhirnya ia harus datang ke kantor untuk bekerja tapi tidak sebagai istri bos besar atau pemilik perusahaan yang sah, melainkan sebagai karyawan biasa, sementara istri keduanya hanya bwrada dirumah menjadi ibu rumah tangga yang patuh, sesekali datang kekantor untuk pamer dan merusak suasana hati nyonya Susan, begitulah yang terjadi sekian lama sampai saat ini dimana Yurika sudah lulus Sekolah menengah, setidaknya jika saat ini ia dilarikan posisinya sudah cukup dewasa dan aman tidak akan ketinggalan sekolah, untuk perguruan tinggi bisa menyusul kapanpun, nyonya Susan sudah lama menyiapkan ini, hanya saja tidak menyangka secepat ini ia melakukannya, penyebanya tidak lain adalah istri kedua suaminya, yang berusaha untuk merebut semua warisan, awalnya ke adaan tidak serumit ini, kejadian dimulai pembatu dirumah sedang memberrsihkan dokumen yang ada di gudang dan melihat dokumen dimana tertulis " surat wasiat" yang isisnya mengatur tentang pengalihan ahli waris kepada Yurika saat usianya 18 tahun, dengan tidak sengaja anak perempuannya melihat itu dan melaporkannya pada ibunya, sehingga niatnya sangat memuncak untuk menghabisi Yurika segera.