Hendry mendorong pintu utama rumah Vero dengan punggungnya hingga pintu tertutup dan terkunci otomatis. Dia baru saja menerima surat peringatan dari sebuah kampus di kota itu. Ia belum mengalihkan pandangannya dari kertas hingga berada di ruang tengah. Amira, "ternyata dia sudah bangun,"pikirnya ketika menemukan perempuan mungil itu sedang bersandar di kusen pintu kamar Vero. Berdiri sambil nyengar-nyengir sendiri.
Sejenak, Hendry merasa penasaran apa yang dilihat Amira. Sesuatu yang sepertinya membuatnya hilang akal. Dan, tidak ada apa-apa… kecuali Vero yang sedang tertidur pulas dengan kaki dan tangan terikat seperti biasanya.
"Hei! Kurasa surat ini untukmu!" ujar Hendry menggoyangkan kertas di jarak lima sentimeter dari wajah Amira.
"Apaan sich?" kesal Amira merampas kertas itu.
Wajah Amira berubah murung. Surat itu adalah surat peringatan dari kampusnya karena sudah tiga hari berturut-turut tidak masuk kuliah tanpa alasan.