Ray dengan setia selalu menemani jeni dalam masa pemulihan kakinya. Audrey sekolah di antar oleh asisten ray dan terkadang di antar oleh ray dan jeni. Saat ini Ray sedang menggenggam kedua tangan jeni agar jeni bisa kembali berjalan,Setelah pemulihan selama tiga minggu ini pertama kalinya jeni kembali jalan dengan normal.
"Ahhh ray aku bisa jalan lagi" ucap jeni senang dan memeluk ray
"Iya kamu hebat. Nanti saat menikah kamu sudah bisa berjalan" ucap ray yang tiba tiba membuat wajah jeni merona.
"Ray kamu yakin mau nikah sama aku? aku seorang ibu dan,," ucap jeni terpotong karena ray membungkam mulut jeni dengan jari telunjuknya.
"Sssuttt. kamu itu lupa kalo audrey juga anak aku dan aku pengen kasih adik buat audrey" ucap ray menggoda jeni.
"Ray kamu selalu menggoda aku" ucap jeni memukul ringan dada bidang ray.
"Yasudah sekarang ayo kita pulang dan jemput audrey di sekolah" ucap Ray menggandeng tangan jeni.
Mereka tiba di depan sekolah audrey dan nampaknya belum jam pulang sekolah.
"Besok kita fitting gaun pengantin buat kamu" ucap ray menatap wajah jeni.
"Gaun pengantin? aku gak mau gaun pengantin di desain oleh orang lain aku mau gaun pengantin di desain sama desainer Xu" ucap jeni menuntut leon
"Ayolah jeni,Desainer Xu itu sulit bahkan wajahnya pun gak ada yang tau" ucap ray frustasi
"Aku gak mau yang lain dan kamu harus cari dia" ucap jeni
"Oke oke. semuanya buat kamu sayang" ucap ray dan langsung mencium bibir jeni dengan ganas.
"Uummmm eemmpphhh"
Jeni mendorong tubuh ray dengan kuat dan membuat ciuman itu lepas.
"Kamu itu mesum. ini di depan sekolah ray" teriak jeni kesal
"Rasa bibir kamu masih sama seperti di dalam lift" ucap ray menggoda jeni membuat jeni mengingat tragedi di dalam lift tersebut.
Tak lama kemudian terlihat beberapa anak mulai keluar dari gedung sekolah. Ray dan jeni langsung keluar dari mobil dan menunggu audrey.
"Mami papi kalian jemput aku" ucap audrey senang menghampiri ray dan jeni.
"Hay sayang. gimana sekolah hari ini?" tanya jeni lembut
"Masih sama seperti sebelumnya. Wow mami kamu sudah bisa berjalan lagi sekarang" ucap audrey saat melihat jeni melangkah menghampirinya.
"Iya dan mami gak perlu ke rumah sakit lagi. mami bisa mengantar kamu pulang pergi sekolah" ucap jeni menggendong audrey.
"Mami hebat" ucap audrey
"Hey tampan kamu melupakan papi disini" ucap ray pura pura merajuk.
"Ahhh papi terimakasih sudah jemput aku" ucap audrey lalu berpindah gendongan ke ray dan mencium pipi ray.
"sama sama anak papi" ucap ray mengusap lembut rambut audrey.
Tiga hari kemudian ray berhasil bertemu dengan asisten desainer Xu dan membahas desain yang di inginkan oleh jeni sementara asisten itu hanya mengangguk bosan karena ia sudah tau rancangan itu ada di meja kerja desainer Xu.
"Baiklah tuan ray kami akan menyelesaikan dalam tiga hari" ucap nina
"Terimakasih nona nina" ucap ray sembari menyalam formal kepada nina.
'Haisshh sebenarnya gaun itu sudah ada di gallery' bathin nina sembari menggelengkan kepalanya pelan.
Malam hari sebelum acara pernikahan Ray masuk kedalam kamar dan melihat jeni yang baru selesai mandi.
"aahhhh rayy" lenguhan jeni karena ray menciumi leher jenjangnya.
"Kamu wangi banget" ucap Ray tersenyum.
Malam itu pun menjadi malam panas untuk jeni dan ray sebelum pernikahaan mereka.
Hari pernikahan Ray dan Jeni pun tiba. Mereka berdua sudah berada di altar dan siap mengucap janji suci pernikahan mereka. Para tamu sudah memenuhi gedung tersebut termasuk keluarga besar Ray.
"Ray atmadja apakah kamu bersedia menerima Jenita Queena dalam kondisi apapun? baik senang atau susah,suka dan duka,,,"
"Saya bersedia" ucap ray mantap
"Jenita Queena apakah kamu bersedia menerima Ray atmadja dalam kondisi apapun? baik senang atau susah,suka dan duka,,"
"Saya ber,,," ucap jeni terpotong
"Ray aku kembali" teriak seorang wanita dari ambang pintu gedung dan seketika menarik seluruh perhatian orang yang hadir di gedung tersebut. Gadis itu berlari dan memeluk ray. Jeni langsung berurai air mata saat gadis tersebut tiba tiba pingsan dan membuat ray menggendongnya ala bridal lalu meninggalkan gedung tersebut. Jeni terduduk di altar dengan uraian air mata hanya di temani oleh audrey yang berada disisinya.
"Mami kenapa papi memilih tante itu?" tanya audrey tidak terima karena ray meninggalkan mereka.
"Papi lebih mencintai wanita itu sayang" ucap jeni sembari mencoba berdiri dan mengambil langkah keluar dari gedung.