Seminggu ini jeni dan ray sibuk mempersiapkan kembali pesta pernikahan mereka. Padahal jeni ingin melaksanakan pernikahan setelah ia melahirkan si kembar tetapi ray tidak mau menunggu dan selalu berdalih jika ia takut jeni meninggalkan ia kembali.
"Huh" helaan nafas terdengar.
"Kenapa? Capek?" tanya ray
"Jelaslah capek. kamu pikir bawa badan tiga itu gampang?" maki jeni kepada ray
"Ya maaf. tapi ini undangan terakhir. gak enak kalo suruh orang lain yang menyampaikannya" ucap ray dan langsung mencium pipi jeni
"Ya ini terakhir loh awas aja kalo sampe ada lagi. aku gak mau ikut" rengek jeni karena merasa lelah.
Saat ini jeni dan ray sudah kembali ke rumah dan sedang beristirahat di sofa.
"Kaki aku pegel" rengek jeni
"Yaudah sini" ucap ray sembari mengangkat kaki jeni dan mulai memijatnya. "Kaki kamu gede sayang. kaya tukang becak" celetuk ray sambil tertawa kecil.
"Sialan kamu ray. kaki aku harusnya langsing kalo bukan karena anak anak kamu ini" ucap jeni sembari menunjuk perutnya yang sudah besar.
"Iya iya sayang. bercanda sihh" ucap ray takut karena semenjak kembali jeni menjadi lebih berani dan terkadang ray takut dengan sifat jeni.
"Aku mau pergi ke suatu tempat" ucap jeni sembari menurunkan kakinya dari pangkuan ray
"Mau kemana kamu?" tanya ray membuntuti jeni
Mereka tiba di salah satu pemakaman dan jeni sedang berdiri di depan dua buah nisan yang bersanding.
"Mah,pah. maafin jeni yang gak bisa jaga diri sendiri. maafin jeni jadi anak yang durhaka" ucap jeni sembari meneteskan air mata.
"Udah jangan nangis sayang" ucap ray mengusap punggung jeni.
"Mah,pah kenalin ini ray. dia calon suami aku dan juga ayah dari anak anak aku" ucap jeni sembari tersenyum.
"om, tante. saya janji akan menjaga anak gadis anda dengan baik" ucap ray sembari mengalihkan pandangannya ke wajah jeni.
"Mami sama papi darimana??" tanya audrey saat melihat ray dan jeni melangkah masuk ke dalam rumah
"Dari makam nenek sama kakek" ucap jeni
"Kok aku gak di ajak?" rengek audrey
"Tadi kamu lagi tidur sayang. mami sama papi gak tega mau bangunin kamu" ucap ray menggendong audrey
Ray masuk kedalam kamar audrey dan menemani audrey tidur malam itu.
"Papi apa papi mencintai mami?" celetuk audrey membuat ray terenyuh,bagaimana tidak? bahkan sampai saat ini anaknya masih meragukan kehadiran dirinya dalam kehidupan anaknya.
"Tentu sayang. papi mencintai mami,papi mencintai kamu dan juga adik kembar kamu" ucap ray mengeratkan pelukannya.
"Kalo papi cuma mau nyakitin mami. aku pilih hidup kaya dulu hanya berdua mami tapi mami gak pernah nangis" ucap audrey kembali membuat ray merasa bersalah.
Tujuh tahun lalu ia tidak mengetahui keadaan jeni. apa yang sudah jeni lalui dalam waktu panjang itu hingga membuat jeni dan audrey memiliki hati yang keras. Bahkan beberapa bulan lalu ia kembali meninggalkan jeni yang sedang hamil anaknya,ray benar benar merasa jadi lelaki pengecut.
"Papi kenapa nangis?" tanya audrey saat melihat air mata turun ke pipi ray.
"Papi ngerasa jadi pengecut. papi juga ngerasa gak pantas jadi papi kamu. maafkan papi selama ini sudah melukai kalian" ucap ray mencium pucuk kepala audrey dan tidur bersama malam itu.
Jeni membuka kamar audrey dan berjalan mendekati ranjang audrey.
"Good night son" ucap jeni mencium kening audrey
Jeni pun merebahkan tububnya di sisi audrey dan menutup matanya. Namun tiba tiba sebuah tangan besar memeluk jeni dari belakang.
"Ada apa?" tanya jeni sembari mengusap punggung lengan ray.
"Aku banyak berdosa pada kalian" ucap ray lirih.
"Jangan terlalu dipikirkan. aku juga tidak peduli kamu mencintaiku atau tidak karena bagiku yang terpenting adalah kebahagiaan anak anak" ucap jeni membuat hati ray terluka.
"Jeni. sungguh aku benar benar memcintaimu. Gak peduli seberapa banyak wanita yang datang di masa depan. aku hanya akam fokus kepada kamu dan anak anak kita" ucap ray
"Ray. sungguh aku sudah hidup bahagia tanpa kamu sekalipun. jadi hadir mu hanya pelengkap untuk anak anak. aku tidak akan menggunakan perasaanku karena aku tidak ingin terluka kembali" ucap jeni
"Jeni kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya" ucap ray. ia tahu jika saat ini semua ucapan jeni itu nyata karena itu mengalir begitu saja tanpa kontrol itu berarti ia sedang dalam mood yang buruk. Ia tidak ingin menekan jeni yang dapat berakibat kepada calon anak mereka.
"Gimana kalo nanti kita honeymoon ke jepang?" tanya ray mengalihkan topik pembicaraan
"Ya terserah kamu aja" ucap jeni pasrah.