*Ray POV
Aku berjalan mondar mandir gelisah karena pintu ruang perawatan belum juga terbuka.
"Kak ray kamu yang tenang" ucap rain menenangkanku.
"Gimana aku bisa tenang. sasha selalu sakit siapa yang memberitahu dia pernikahaan aku" ucapku kesal.
"Ya tuhan. Ray bego kamu meninggalkan jeni di acara pernikahaan kalian" teriak Rayna kesal membuat terkejut dan baru menyadari itu.
"Aku gak peduli lagi. saat ini sasha dalam kondisi kritis. aku harus menemani dia" ucapku
"Ya terserah. aku sudah memberitahu tapi kamu jangan menyesal saat jeni tidak mau kembali kepada kamu" ucap Rayna memberi peringatan kepadaku.
"Aaakkkhhh kenapa jadi seperti ini sih" teriakku kesal dan hendak melangkahkan kakinya keluar namun terhenti saat pintu ruang perawatan terbuka.
"Keluarga nona sasha" ucap perawat
"Saya dok" ucapku cepat dan khawatir.
"beliau sudah sadar namun Kondisinya kritis dan beliau mencari tuan ray" ucap perawat tersebut.
Aku pun melangkah masuk dan menghampiri ranjang sasha.
"Kak ray maafkan aku merusak pernikahan mu" ucap sasha
"Sasha kamu tidak merusak apapun aku selalu mencintai kamu" ucapku sembari mengusap lembut pipi gadis itu.
"Kak ray. menikahlah dan bahagialah dengan gadis itu. Dan anakmu memerlukan kamu sebagai ayahnya" ucap sasha dengan suara semakin pelan
"Aku akan menikahi kamu jadi kamu harus sembuh sayang" ucapku sembari mencium kening sasha
"Aku lelah kak ray. aku harus pulang" ucap sasha dan seketika matanya terpejam.
"Sasha kamu harus bangun. kamu janji akan menikah dengan aku" teriakku frustasi saat suara mesin memberi tanda jika sasha sudah meninggal.
Seminggu setelah kepergiaan sasha. Aku membuka mata di pagi hari dan tiba tiba tercium aroma tubuh jeni di kamar ini karena selama seminggu aku tidak kembali ke rumah dan selalu berada di rumah duka.
"Jeni aku rindu kamu" ucapku lirih mengusap sisi lain ranjang yang pernah di tempati oleh jeni.
Akupun bangun dan merapikan diri hendak pergi ke rumah jeni dan meminta maaf kepadanya. Saat tiba di rumah mewah tersebut tampak sepi. Aku tekan bel beberapa kali dan keluar seorang lelaki tua.
"Anda cari siapa tuan?" tanyanya pelan
"Apa Jeni ada di rumah?" tanyaku di balas dengan gelengan dari lelaki tua tersebut.
"Kemana dia pergi?" tanya ku khawatir
"Anda sendiri yang sudah mencampakkan nona jeni untuk apa anda kembali? untuk membuat dia lebih malu. Tuan kecil kecewa kepada anda dia tidak mengharapkan anda kembali" ucap lelaki tua tersebut dengan nada marah
"Beritahu saya dimana jeni sekarang?" tanyaku dengan perasaan bersalah kepada anakku.
"Anda tidak perlu mencari mereka. biar mereka bahagia tanpa anda. saya permisi" ucap lelaki tersebut kembali menutup pintu.
"Ya tuhan apa yang sudah aku lakukan? Aku mencampakkan wanita yang sudah membesarkan anakku dan mencampakkan darah dagingku sendiri" teriakku.
Tubuhku terjatuh karena kaki ku terlalu lemas saat menyadari semua kebodohanku. kemana aku saat jeni mengandung Audrey? Aku sedang setia menjaga sasha dan melakukan pertunangan dengan selly. Dimana aku saat Audrey mencariku? Aku sedang bersenang senang dengan para wanita karena terlalu sedih mengingat penyakit sasha. Aku tidak pantas menjadi suami sekaligus ayah bagi mereka!. pikiran ku terus berkelana aku harus mencari jeni dan audrey dimanapun mereka menetap.
Di sebuah rumah sakit,jeni sedang terbaring lemah dengan audrey yang terus menjaganya.
"Hey nona jeni. apa anda sudah makan siang?" tanya richy sahabat jeni yang menjadi dokter pribadi jeni.
"Paman richy aku juga lapar" ucap audrey memeluk richy
"Tentu saja aku punya sandwitch kesukaanmu tuan muda ku yang tampan" ucap richy memberikan sandwitch kepada audrey.
"Terimakasih richy kamu selalu membantuku" ucap jeni menatap richy
"Tentu saja. karena kamu adalah sahabat terbaikku" ucap richy mulai menyuapi makanan ke dalam mulut jeni. "Dan jangan lupa minum vitamin mu agar anak dalam kandungan mu itu sehat" ucap richy mengingatkan.
"Baik pak dokter." ucap jeni dengan tertawa ringan.
"Paman richy. nanti setelah mami sehat aku ingin pergi membeli komputer baru. kamu harus menemani aku" ucap audrey
"Tentu saja keponakanku yang tampan" ucap richy mengacak lembut rambut audrey