*RAY POV
Mataku seketika berbinar melihat kertas bukti DNA itu. Aku tak habis pikir bagaimana mungkin aku selalu ragu sejak awal. Andai aku mengetahui semua sejak awal aku akan mencari mereka. Takdir memang jahat mempermainankan perasaanku. Saat ini aku sudah berada didepan sekolah anakku. Betapa rindunya aku padanya. Tak lama kemudian nampak tubuh kecil berlari ke arahku dan langsung naik ke gendonganku memelukku.
"Papi aku rindu sekali kepada papi" ucap audrey sembari memeluk erat tubuh ray dan membenamkan wajahnya di leher Ray.
"Papi juga sangat merindukan kamu" ucap ray sambil mengusap lembut rambut audrey
"Milloo. kamu tidak kangen tante lea?" ucap Rain merengek
"Kenapa aku harus kangen tante lea??" tanya audrey membuat Rain memoncongkan bibirnya.
"Gimana kalo kita makan siang?" ajak Ray dan disetujui oleh Audrey dan Rain
Merekapun memutuskan untuk makan siang di salah satu restaurant cepat saji.
"Gimana kamu bisa punya ide buat tes DNA?" Tanya rain di sela sela makan
"Karena aku jenius seperti papi" ucap audrey sambil memasukkan nasi kedalam mulutnya.
"iya iya kamu jenius" ucap Ray gemas melihat cara makan audrey padahal cara itu miliknya.
"Kalian gak ada rencana kasih tau kak jeni?" tanya Rain
"No,No,No mami itu bodoh. lebih seru untuk mempermainkannya" ucap audrey dengan seringai licik
Mereka bertiga pun membuat strategi agar jeni jatuh cinta kepada ray.
Keesokkan harinya saat semua karyawan sudah keluar kantor,jeni sedang merapikan mejanya dan bersiap pulang. Tiba tiba Ray keluar dari ruang kerjanya.
"Sekretaris jeni,kenapa kamu belum pulang?" tanya ray menghampiri meja kerja jeni
"Saya sedang merapikan meja sembari menunggu supir menjemput" ucap jeni kepada ray tanpa menoleh.
"Kamu tidak membawa mobil mu sendiri?" tanya Ray dengan senyum sejuta maknanya.
"Yahh. pagi tadi tiba tiba mobil saya rusak mesinnya. jadi harus di bawa ke bengkel" ucap jeni sambil menghela nafas
"Bagaimana jika anda pulang dengan saya. saya akan mengantar anda" ucap ray memasang wajah datarnya
'aahh bos ini selalu mempermainkan perasaan. terkadang senyum manis terkadang lurus seperti batangan besi' bathin jeni mendengus.
"Saya di jemput oleh sup,,," belum jeni menyelesaikan ucapannya tangannya sudah di tarik oleh Ray dan menuju basement.
Selama perjalanan jeni hanya melihat ke arah jendela menatap ramainya lalu lintas saat jam kerja selesai.
'Ddrr,,ddrrttt' ponsel Ray bergetar dan di lihatlah ada panggilan masuk dari peter.
'Hallo peter' ucap ray
'....'
'aahh oke oke saya langsung kesana dengan sekretaris jeni' ucap ray memutus sambungan telpon.
"Sekretaris jeni. kamu ikut dengan saya. saya ada acara pesta disalah satu tempat sekitar sini dan peter menunggu kita" ucap ray menatap jeni
"baiklah pak" ucap jeni karena dia masih terlalu takut untuk membantah atasannya ini.
Saat ini mereka tiba di sebuah kelap malam bernama CLUB SAKURA. saat melihat nama tempat itu tubuh jeni langsung bergetar hebat seakan kejadian buruk akan terjadi saat ia masuk kedalam sana.
"Mari sekretaris jeni. peter sudah menunggu kita" ucap ray menarik tangan jeni masuk kedalam sementara tubuh jeni masih gemetar dan wajahnya tampak pucat.
"Ray,kita disini" teriak peter saat melihat ray memasuki ruang tersebut.
"Hey peter. kenapa kamu memberitahunya tiba tiba." ucap ray kesal kepada peter
"Tadinya aku hanya ingin sediri tapi lihatlah mereka disini" ucap peter sambil menunjuk teman temannya. "Wah sekretaris jeni terimakasih sudah hadir di pesta kecil saya ini" ucap peter tersenyum kepada jeni sementara ia sedang memeluk dua orang gadis.
"Sa,,sama sama tu,,tuan peter" ucap jeni gugup
Setelah itu mereka pun memesan beberapa minuman beralkohol.
"Hey jeni,,kamu cantik sekali" ucap Ray saat ini sedang mabuk berat.
"Pak ray,anda baik baik saja" tanya jeni yang baru minum sedikit.
"Gak baik jeni,,saya kehilangan anak dan istri saya,,hiks,hiks" racau ray menangis saat mabuk
"Tuan peter bagaimana ini? pak ray sudah mabuk berat" ucap jeni bingung
"aahhh. cantik kamu tanya,,,sama,,receptionis aja" ucap ray sambil sesekali menciumi gadis gadis disisinya
Jenipun membawa Ray ke arah receptionis.
"Berapa nomor ruang vip pak ray?" tanya jeni sambil menahan tubuh ray.
"aahh tuan ray. 404" ucap wanita itu
'404?? kamar malam itu..' bathin jeni semakin takut
"Apa tidak salah nomor ruang?" tanya jeni memastikan
"Sudah pasti benar nona" ucap wanita itu.
Saat ini jeni menatap ragu pintu tersebut haruskah dia masuk atau letakkan saja pak ray di koridor??. Perlahan jenipun memasuki ruang VIP itu.
Deg,,
Deg,,
Seketika bayangan malam itu terekam kembali dalam ingatannya. Jeni pun melemparkan tubuh ray di atas ranjang. karena merasa haus jenipun meminum segelas air putih yang disediakan. Tak lama setelah meminun air itu jeni merasakan perasaan yang familiar.
'uughghhh panas banget' pikir jeni
"Jeni apa kamu baik baik aja?" tanya ray yang sebenarnya memang tidak mabuk.
"Uuuggghhhh aaaahh panasssss pakkkk" ucap jeni sambil menatap wajah ray
'Obatnya bereaksi' bathin ray tersenyum melihat wajah jeni yang merona
"Jeni apa kamu tidak ingat saya?" tanya ray sambil menindih tubuh jeni
"aaahhh bayangan ini,,,malam itu,,,hiks hiks" jeni pun menangis merasa kejadian ini sama dengan kejadian waktu itu.
"Jeni kami kenapa?" tanya ray mulai panik.
"kamu jahat,,hikkss,,jahat,,,kamu kemana aja?" ucap jeni langsung merasakan matanya semakin berat dan pingsan.
Setelah itu Ray panik dan segera membawa jeni ke rumahnya dengan tergesa gesa.
Setelah itu jenipun di periksa oleh dokter.
"kondisi dia gimana wil?" tanya ray panik
"dia baik baik saja cuma dia seperti trauma ray. kamu harus jaga dia baik baik dan jauhkan dari hal hal yang memunculkan traumanya" ucap william
Setelah itu diapun meninggalkan kamar ray. Tak lama setelah itu Rain dan Rayna masuk kedalan kamar.
"Kok jadi seperti ini?" ucap rain bingung dan gelisah
"Papi,mami kenapa?" tanya audrey yang tiba tiba muncul
"sayang. ini sudah larut kenapa kamu disini?" tanya Ray memeluk audrey
"Aku khawatir sama mami" ucap audrey
"Sebenarnya ini ada apa sih? dan siapa anak ini sih ray. main panggil kamu papi papi aja" ucap rayna bingung
"Rayna,kenalkan dia audrey putraku anak kandungku" ucap ray memperkenalkan audrey.
"Sebaiknya kita tidak mengganggu kak jeni. lebih baik ngobrol di ruang tamu" ucap rain